- Beranda
- Stories from the Heart
Sarangkala (Kisah horor demit penculik bayi)
...
TS
endokrin
Sarangkala (Kisah horor demit penculik bayi)
Tanpa basa-basi lagi bagi agan dan sista yang sudah pernah membaca dongeng-dongeng saya sebelumnya kali ini saya ingin mempersembahkan sebuah dongeng baru

WARNING!!
Quote:
Saya mohon dengan sangat untuk tidak mengcopy paste cerita ini. semoga agan dan sista yang budiman bersikap bijaksana, dan mengerti bahwa betapa susahnya membuat cerita. Terima kasih
Quote:

Diubah oleh endokrin 11-11-2019 05:57
bagasdiamara269 dan 40 lainnya memberi reputasi
33
67.1K
Kutip
309
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
endokrin
#83
Quote:
CHAPTER 7
Selepas adzan isya, Kamu, Sari, Indah dan bidan Yuyun berangkat menuju rumah bu Warsih. Mereka akan menginap disana, bidan Yuyun merasa khawatir dengan keluarga bu Warsih setelah kejadian tadi siang. Sebagai Bidan dia merasa bertanggung jawab untuk keselamatan bu Warsih dan si bayi, walaupun pertengkaran tadi pagi dan kondisi bu Warsih sekarang, diluar kendali profesinya.
Bidan Yuyun sudah bisa melihat gejala-gejala stress paska melahirkan saat melihat perubahan sikap ketika bu Warsih hamil dan sesudah melahirkan. Dia yang mengira itu akan hilang dengan sendirinya seiring waktu berjalan, tampaknya ada faktor dari luar yang membuat gejala itu terdorong semakin kuat kemudian bu Warsih hilang kendali.
Kondisi bu Warsih saat tadi sore sepeninggalan Kamu, masih memprihatinkan. Walaupun sudah tenang, tapi dia masih belum bisa diajak berinteraksi. Bu Warsih masih menunjukan ekspresi datar, matanya melihat dengan tatapan kosong dan setiap kali diajak berbicara dia tidak menjawab dengan kata-kata maupun anggukan. Dia tidak mau makan dan minum, tapi untung bu bidan memberikan infus sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan.
“Kondisi paska melahirkan memang rentan stress, apalagi ini jelas-jelas ada pemicunya.”
‘Tapi bukan kah baby blues hanya menyerang wanita yang hamil anak pertamanya saja bu ?” Tanya Sari.
“Tidak selalu, stress kan bukan masalah kehamilan ke berapa. Tapi kondisi psikologinya.” Jawab bidan Yuyun.
“Bu kenapa kita harus menginap disana. kenapa tidak bu Warsihnya dan bayinya saja yang menginap dipuskesmas.” Tanya Indah yang tiba-tiba mengganti topik pembicaraan.
“Kasian. Dipuskesmas sempit. Belum lagi ranjangnya kan cuma satu. Bayinya dan anak-anak bu Warsih yang lain nanti tidur dimana.”
Indah tidak membantah lagi. Sepanjang perjalanan matanya selalu melirik kanan dan kiri untuk melihat semak belukar, sesekali dia juga melihat kebelakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya. Tangannya pun tidak lepas daritadi memegang baju Sari.
“Tenang saja, aku ketemu hantu bukan dijalan ini kok.” Kata kamu iseng kepada Indah, yang kemudian disusul tawa bu Bidan dan Sari.
Tubuhmu masih merasa lemas, mungkin dari efek obat penenang yang tadi siang diberikan bu bidan. setelah melihat kejadian yang mengerikan itu, kepalamu merasa sedikit pusing dan tubuhmu merasa lemas. Kamu hampir saja pingsan dan tidak bisa mengendalikan pikiran-pikiran buruk yang mulai menyerang. Setelah minum obat dan tidur membuat kondisimu jauh lebih baik, seperti sekarang.
“Kalian ini loh, sudah jalan rame-rame seperti ini saja masih merasa takut. Dulu ibu pulang dari rumah pasien tengah malam berani-berani saja, ya sedikit merasa takut dan ngeri sih tapi tidak separah kalian.”
“Kok kalian sih bu, mereka berdua saja mungkin, saya kan pemberani.” Jawab Sari tidak mau dituduh sebagai rombongan penakut.
Bidan Yuyun tertawa.
“Memang ibu belum pernah bertemu hantu ?”
“Ketemu hantu ? coba ibu pikir-pikir dulu.”
“Pernah sepertinya. Kejadiannya saat ibu pertama kali datang ke desa ini, ibu lupa lagi persisnya. Saat itu ibu baru pulang dari rumah pasien yang melahirkan, sekitar jam 11 malam. Ibu berani pulang karena menganggap masih sore, karena terbiasa dikota jam segitu masih ramai tidak se sepi kampung ini. dulu motor hanya dimiliki beberapa warga saja, masih termasuk barang mewah, profesi ojek belum seramai sekarang. Ibu memutuskan pulang sendirian, ibu berani karena dikampung tidak seberbahaya dikota. kalau wanita jalan sendirian, Tidak ada jambret atau penculik. Kalaupun ada , itu maling, maling ternak atau isi rumah.”
Bidan Yuyun menarik kerudungnya kebelakang yang mulai menutupi wajah.
“Memang ibu tidak ada yang mengantar ?”
“Tidak ada, ya karena itu tadi. Dikampung pria atau wanita yang jalan sendirian siang atau malam itu sudah terbiasa karena aman.”
“Saat ibu jalan sendirian, sebagai manusia normal ibu juga sedikit merasa takut. Bukan takut oleh orang, tapi takut bagaimana kalau tiba-tiba ibu melihat hal-hal menyeramkan. Mungkin karena ibu kebanyakan nonton film horror dan membaca kisah misteri seperti kalian ini, tengah malam dan tempat sepi selalu identik dengan suasana horror.Sewaktu ibu berjalan sendirian, perasaaan ibu mulai merasa tidak nyaman. Persis seperti Indah sekarang merasa ada yang mengikuti, padahal mungkin itu tidak benar. Hanya sebuah perasaan saja. tapi ketika ibu melewati belokan. Ibu mendengar suara yang cukup keras, seperti ada sesuatu yang jatuh. Awalnya ibu mengira itu buah kelapa, sampai akhirnya ibu sadari disepanjang perjalanan belum melihat pohon kelapa. Pohon kelapa biasanya kan Cuma ada disekitaran sawah atau kebun saja.”
“Terus bu ?”
“Ibu tengok kebelakang mencari-cari arah suara sekedar untuk memastikan. Tapi tidak ada apapun. Yang ada Cuma pohon beringin dan mahoni. disamping kiri dan kanan. Sampai akhirnya ibu melihat kucing hitam keluar dari semak-semak.”
“Lalu bagian ibu melihat hantu dimana ?” Tanya Sari
“Itu kucing hitam menurut orang-orang penjelmaan atau teman hantu kan ?”
“Hah ?”
Kemudian bidan Yuyun tertawa
“Ibu sedang mengerjai kami yah ? tidak baik berbohong sama murid sendiri bu.”
“Loh siapa bilang ibu berbohong. Cerita tadi nyata kok, memang kejadian, cuma minus hantu saja. tapi memang ibu mengalami itu, jadi tidak berbohong dong.” Kata bidan Yuyun sambil tertawa lagi
“Tapi sebentar bu, kalau kejadian itu nyata. Ibu sadar ga sih kalau kucing jatuh dari tempat tinggi tidak mungkin ada bunyinya. Apa benar ibu mendengar bunyi jatuh yang cukup keras ?” Kata sari.
Mereka berempat saling bertatapan, baru sadar bahwa mungkin cerita seram yang dikisahkan bidan Yuyun itu benar-benar seram. Yang awalnya mengira bahwa pengalamannya sebuah lelucon dengan tujuan untuk menakuti muridnya, kini bidan Yuyun merasa ceritanya tidak lucu lagi.
“Dijalan mana ibu mengalaminya ?”
“Dibelokan depan yang sebentar lagi kita lewati.” Jawab bidan Yuyun.
Sampai ke tempat yang dimaksud bidan Yuyun mengalami kejadian seram, mereka tidak berbicara lagi. Semuanya diam, tidak ada topik pembicaraan. Membuat suasana semakin tidak nyaman, sudah suasana gelap dan sepi ditambah tidak ada obrolan, yang terdengar hanya langkah kaki dan sesekali suara dari semak-semak yang terdengar, entah itu ulah kadal atau tikus.
Dijalan belokan yang dimaksud bidan yuyun memang ada pohon beringin, rasanya ini pohon terbesar yang ada dipinggir jalan dibanding pohon-pohon lain yang juga berdiri. Daunnya tumbuh begitu rimbun hingga menutupi dahan diatas hingga tak terlihat. Lingkar pohonnya begitu besar, hingga kira-kira membutuhkan empat orang yang saling berpegangan agar bisa memeluk pohon tersebut.
Semakin dekat dengan pohon beringin yang dimaksud, langkah kaki mereka semakin cepat. Hanya ingin cepat-cepat melewati pohon itu, padahal setiap hari mereka melewati jalan itu tapi siang hari. Sekarang lewat dimalam hari ditambah cerita pengalaman bidan Yuyun tadi membuat bulu kuduk mereka dengan cepat merinding.
“Tidak apa-apa, ini masih siang. Hantu juga masih belum keluar jam segini.” Kata bidan yuyun yang kemudian disusul tawa, entah dia mencoba menghibur muridnya atau dirinya sendiri. Suara tawa diakhir bukan membuat suasana menjadi tenang malah menjadi semakin mengerikan.
Begitu mereka melewati pohon itu, beberapa meter berjalan dari letak pohon beringin terdengar suara yang cukup keras dari belakang. Seperti suara benda jatuh menghantam tanah. Sontak keempat orang ini merasa kaget dan tanpa aba-aba Kamu, Sari dan Indah semua lari belingsatan tanpa peduli satu sama lain lagi.
namun sialnya sandal jepit yang Kamu kenakan putus hingga membuat kamu oleng dan terjatuh. Senter yang kamu bawa juga terlempar kebalik semak-semak. Saat itulah kamu reflek berteriak memanggil teman-temanmu dan bu bidan.
“Kamu tidak apa-apa ? tidak ada apa-apa, jangan takut. “ Kata bu bidan dari belakang setengah berteriak, karena hanya dia yang tidak ikut lari dan masih berjalan dengan santai dibelakang.
Tidak begitu lama Sari dan Indah juga kembali dari depan. Mungkin mereka baru sadar saat berlari kedepan mereka sendirian, dan bu bidan Yuyun masih tertiggal dibelakang.
“Kamu tidak apa –apa ?” Sari membantumu berdiri sambil menepuk-nepuk celanamu yang kotor oleh tanah. Wajahnya tampak berkeringat dan nafasnya sedikit terengah-engah. Sementara Indah langsung jongkok dan menutup matanya sambil tangannya berpegangan pada baju Sari.
Saat Kamu dan Sari melihat kearah bu bidan yang sedang berjalan dibelakang, mereka berdua tampak kaget melihat bayangan hitam seperti sosok tubuh manusia namun lebih tinggi dan kurus. Sosok itu berdiri dibelakang bu bidan, kamu bisa memastikannya itu bukan halusinasi karena terlihat dengan jelas saat Sari menyorotkan senter ke arah bu bidan.
“Kamu melihatnya ?” Tanya Sari.
Bidan yuyun tidak menyadari ada yang berdiri dibelakangnya, dia masih berjalan dengan tenang. Sosok itu kemudian membungkuk, tangannya menyentuh tanah. Kamu tidak bisa melihat matanya ataupun kepalanya karena terhalang tubuh bidan Yuyun. Kemudian sosok tersebut seperti merayap kearah pohon beringin. Merayap menuju dedaunan yang rimbun sehingga tidak terlihat lagi.
Lututmu terasa lemas, sehingga tidak kuat untuk berdiri. Begitu juga dengan Sari yang tiba-tiba terduduk sambil mematikan senter.
“Itu yang kamu lihat waktu itu ?”
Kamu hanya mengangguk.
…………………………………………..
Bidan Yuyun meminta maaf karena merasa bersalah telah menakuti kalian dengan pengalamannya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mencari tahu lebih lanjut, suara apa yang didengarnya tadi. Sari tidak berbicara lagi, dia diam sepanjang perjalanan, mungkin dia sedang mencerna apa yang dilihatnya tadi. Dia masih syok melihat sosok yang baru dilihatnya pertama kali. Andai saja yang melihat itu Indah mungkin dia sudah berteriak histeris.
Kamu juga ingin pulang saja daripada harus melanjutkan perjalanan ke rumah bu Warsih, tapi bila kamu pulang kamu harus melewati jalan yang tadi dan juga tidak enak dengan bu Bidan bagaimana kamu tega menghentikan niatnya untuk membantu bu Warsih.
Bagi Sari mungkin ini hanya sebuah kebetulan, pengalaman luar biasa yang tidak bisa semua orang alami, kalaupun yang tadi dilihatnya adalah makhluk halus itu akan menjadi kenangan buruk yang bisa menjadi bahan bercerita kepada teman-temannya nanti saat kembali ke kampus. Namun Bagi Kamu ini bukan sebuah kebetulan, karena apa yang dilihatnya terjadi untuk kedua kalinya.
Makhluk apa itu ? kenapa aku melihatnya lagi ? Jika aku memang tiba-tiba menjadi indigo kenapa Sari juga bisa melihatnya, tidak mungkin kami menjadi indigo secara bersamaan. Apakah makhluk itu memang sengaja mengikutiku ? lalu apa yang diincarnya dariku, aku bukan penduduk sini dan aku tidak memiliki salah apapun, Pikiran Kamu terus berkecambuk mencari jawaban.
Bersambung.....
Jangan lupa like, comen, share and subcribe
regmekujo dan 21 lainnya memberi reputasi
22
Kutip
Balas