- Beranda
- Stories from the Heart
Balada Kisah Remaja Genit (Jurnal Komedi)
...
TS
tabernacle69
Balada Kisah Remaja Genit (Jurnal Komedi)
Quote:

Jurnal ini dapat membuat orang yang membacanya merasa BOSAN, tidak tertarik lebih lanjut dan kehilangan SELERA untuk membacanya, mereka akan merasa bahwa membaca jurnal serta kisah ini hanyalah membuang buang waktu mereka saja. Membencinya, mengkritiknya, membuangnya, dan melupakannya.
Tetapi bagi mereka yang bertahan, berjiwa santai dan pandai mencicil dalam membacanya.
Sebuah keajaiban akan terjadi.
Dan mereka akan mengingatnya.
..... Jurnal yang bakal saya bagikan ini mostly atau kebanyakan, bakalan bercerita tentang gimana cara untuk survive / bertahan di lingkungan sekolahan yang ekstrim dan berantakan, berandalan, dengan siswa cewek dan cowok yang nakal-nakal banget didalamnya, serta yang kebanyakan senang dan hobi banget mojok plus mesum di kantin belakang sekolah. Hehehe.
Dan nakal disini tuh sebutlah, pakai narkoba, nggak nurut sama guru, tawuran dan lain lain nya... betul betul nggak ada yang bisa dibanggain, apalagi kalau nakalnya masih dari duit orang tua. Tapi jangan emosi duluuu, karena ada pelajaran yang bisa diambil dari kenakalan-kenakalan itu.
* * *
PROLOG
"Bang, kau jangan lupa sama janjimu ya, kau kan anak lelaki, terus kau kan sudah lulus SD juga. Nah sekarang, merantau lah kau ke tempat orang."
Ucapan diatas adalah pesan dari bokap buat saya, karena ditagih janji, dan harus menepati janjinya, keputusan itu pun membuat saya harus memberanikan diri saya untuk pergi merantau ke tempat orang, sebuah tempat yang jauh dari kota kesayangan saya, kota yang saya tinggali.
..... nah waktu ituuu saya lagi ngobrol ngobrol santai sambil menikmati perjalanan sama sopir pesanan bokap di pertengahan malam, waktu itu kalau saya coba ingat ingat lagi secara persisnya..., perjalanan saya ini terjadi di bulan Februari, tahun 2007. Pak Amin namanya.
Sekitar jam setengah dua belas malam, dengan menaiki Range Rover Vogue warna hitam yang saya tumpangi, sopir pesanan bokap saya ini membawa kami melaju secara ekstra hati hati tepat didalam rerimbunan serta gelapnya taman hutan raya Bukit Soeharto.
Di Borneo, Kalimantan Timur.
Bukan karena apa apa, tapi karena kabarnya tempat ini adalah tempat yang super duper keramat.. jadi ya saya nggak bisa sembarangan bertingkah laku di tempat ini. Sompral atau belagu sedikit aja, saya yakin kalau saya bisa hilang di bukit yang menyeramkan ini.
.....
"Mas, kalau kita lagi lewat bukit Soeharto ini saya harap mas banyak banyak berdoa ya, jadi biar nanti kita bisa keluar dengan selamat." obrol si pak Amin kepada saya di saat itu, sambil dia tetap fokus dengan kendali setir yang berada didepannya.
Saya yang nggak tahu apa apa, cuma bisa merasakan bahwa bulu kuduk saya agak merinding. Sebab hanya ada kami berdua di tengah malam itu, dan persis seperti yang supir saya bilang, suasana di bukit Soeharto ini terkenal mencekam dan mengerikan.
Gosip gosipnya sih tempat ini adalah tempat rahasia, dulunya, yang dipakai untuk membuang mayat para preman yang dibunuh serta dikarungi selama pada masa pemerintahan yang terhormat... bapak presiden Soeharto. Tapi ini semua masih katanya ya...
Luar biasa...
Cuman, sebelum saya cerita lebih jauh lagi tentang kisah saya di tahun 2007 sampai dengan 2008 pertengahan itu.., saya pengen omongin satu hal yang bakalan bikin semuanya jadi jelas, bahwa, hidup saya nggak akan dimulai sampai akhirnya saya memutuskan untuk memberanikan diri dengan merantau seperti ini...
Ini adalah sebuah perjuangan yang sudah saya lewati di masa lalu saya, yang ternyata memberikan banyak kesan dan kenangan bahkan sampai hari ini.
Jadi waktu itu saya masih kelas 6 SD, baru lulus banget dari SD, kemudian merantau lah saya untuk cari sekolahan baru dan duduk di bangku SMP.
Hidup dan tinggal di keluarga Soematra memang begini, betul-betul keras didikan nya, meski saya tahu mungkin diluar sana ada yang sudah ditempa meski dari umur yang lebih muda, kayak waktu masih di bangku taman kanak kanak, mungkin? saya nggak hafal gimana persisnya.
Yang jelas waktu kelas dua SD saya pernah diguyur air dingin tepat tengah malam dan disuruh tidur di luar rumah, sama bokap saya, nyokap nangis-nangis dan nggak mampu ngelawan bokap, sampai akhirnya saya pun hampir kena hipotermia, dan kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Itu belum seberapa friends, waktu kelas lima SD saya pernah dijebloskan ke dalam penjara setempat sama bokap saya.
Penyebabnya?
Saya membuat skema ponzi (investasi bodong) di sekolah saya yang menyebabkan teman-teman saya kehilangan uang liburan mereka. Total dana yang saya gelapkan itu senilai puluhan juta rupiah. Under tiga puluh juta waktu itu kalau nggak salah.
Karena hal ini lah, saya dijebloskan kedalam sebuah tempat untuk menterapi anak-anak yang memiliki kecenderungan aneh aneh. Termasuk penjara itu tadi.
Seorang Philargyrist. Adalah orang yang suka dengan uang, bentuknya, gambarnya, teksturnya. Ngomong ngomong, under 30 juta, adalah nominal uang yang kecil dan sedikit sih memang, kalau bisa lebih banyak, saya pengen nya 50 juta atau lebih, tetapi untuk ukuran anak SD di tahun 2005, menurut orang-orang itu adalah hal yang agak tidak wajar.
Selain itu saya punya tendensi sebagai seseorang yang mengidap obssesive compulsive disorder, yang menyebabkan saya melakukan suatu kebiasaan secara repetitif, berulang ulang kali secara terus menerus, disini kasusnya saya punya kecenderungan untuk kembali menyedot uang uang itu lagi, buat saya, koin seratus perak yang sudah lecek dan kumal itu adalah sesuatu yang amat sangat mengundang.
Kalau buat kamu situasi seperti itu adalah angin selewat saja, ya mending buat saya aja duitnya, kenapa? karena setelahnya saya akan mencuci koin itu lalu memasukannya kedalam celengan saya.
Suara dentingan dari koin ituloh.... indah. Dan esensinya buat saya, every coins, matter.
Nah, jadi hukuman yang tepat bagi orang seperti saya adalah mencuci otak serta mental nya secara menyeluruh. Salah satunya adalah dengan men-terapi dan menjebloskan saya ke dalam penjara anak serta tempat praktik psikiater dan psikolog, untuk disatukan dengan kriminil-kriminil cilik atau anak-anak 'special needs' yang lainnya.
Hahahahaha, ya nggak sebegitu juga horornya, karena banyak kok yang pintar-pintar juga, di terapi disini, ada yang savant, ada yang synesthesia, ada yang prodigy, haha, mau apa lo? yang imbecile juga ada kok. Dan duit orang tua mereka nggak tanggung-tanggung kalau udah main ke psikiater dan psikolog. Hahahahaha.
Being a criminal mind, hukuman selanjutnya yang dilimpahkan kepada saya—masih yang kayak begitu juga, akhirnya saya pun pernah terpaksa ikutan tidur dirumah sebuah komunitas pemulung yang tinggal di sekitar komplek perumahan kami, ini waktu di Sumatra selatan kalau nggak salah, (saya kenal sama ketua komunitas pemulungnya, dan saya tidak membatasi diri sih.. asyik-asyik aja) Nah, disanalah saya belajar tentang gimana caranya jadi anak laki laki yang tahan banting. Itu semua belum termasuk bogem mentah dan ikat pinggang bokap.
Makanya saya sering ngebayangin, apa jadinya ya kalau teman teman saya yang dimanja itu, diperlakukan begitu sama Bapak mereka, wah sudah bunuh diri kali mereka. Walaupun anak aparat atau anak pejabat, tapi kalau pola asuh nya kayak pola asuh bokap saya, alamat selesai itu anak-anak manja.
.... juga kalau seandainya saya tidak memutuskan untuk merantau di tahun 2007 silam, saya bakalan tetap diusir juga sama bokap saya, nggak diakui sebagai anaknya, karena lembek, lemah, dan nggak mau berjuang. Bokap emang kejam kalau udah soal yang beginian.
Yang membuat saya mampu bertahan hingga hari ini ya adalah karena diri saya sendiri, karena nggak ada yang bisa menyemangati diri selain kita sendiri.
Alasan kedua, saya orangnya rasional, kalau dipukul itu artinya sakit, ya jangan suka mukul orang lain. Ketiga, saya orangnya senang gagal, karena dari gagal saya bisa belajar.
Keempat, saya anak bandel, nggak sempurna, dan suka belajar dari kesalahan yang dibuat oleh diri sendiri.
Kelima? nggak ada, jangan banyak banyak hehe, nanti pusing coy.
* * *
Dan juga... saya nggak akan tulis kisah saya ini kalau motivasinya kurang kuat.. saya sengaja tulis jurnal saya ini untuk mengingat masa masa itu, juga untuk mengenang perempuan terbaik, yang pernah hadir ke dalam hidup saya, selain nyokap saya sendiri tentunya...
Dan ini rasanya sungguh klise (biasa aja) memang... kalau dipikir pikir lagi, tapi ya, saya paham lah resikonya sedikit mengorek masa lalu itu kayak gimana. Makanya saya beranikan untuk menulis ini.
Jurnal dan kisah ini... juga saya tulis dan ceritakan ulang untuk menghormati orang orang didalam kehidupan saya. Harapan saya, semoga saya lancar menulisnya sampai akhir, karena ini bisa dibilang enggak banyak juga.
Jadi ya semoga saya bisa bawa alur cerita saya ini secara ringkas, padat dan jelas. Biar nggak ada yang pusing apalagi sampai sakit jiwa waktu ngebacanya.
So, nama saya Arang (Ara), sering dipanggil begitu karena kadangkala sifat saya yang menyengat kayak bau belerang, dan ini, adalah balada kisah hidup saya.
* * * * *
Indeks
Part 1 — Lagi enak-enaknya, saya ditendang.
Part 2 — Bokap saya yang kamu tidak sukai.
Part 3 — Life is normal.. kalau kamu lagi boker.
Part 4 — Seperti Arang, seperti belerang.
Part 5 — Jangan sampai, berpisah...
Part 6 — Saya yakin, diatas langit, masih ada langit.
Part 7 — Saya yang bawa pesta nya ke tempat kamu.
Part 8 — Masa lalu saya yang terancam punah.
Part 9 — We live in a world full of danger.
Part 10 — The GIANT remains incognito.
Part 11 — Shiz's Laik Dat Maighti Soerawizeza.
Part 12 — Teori sandal jepit Swallow hitam punya saya.
Part 12.2
Part 13 — Waktunya-kamu-ikut-saya-main.
Part 13.2
Part 14. — Mengupas tuntas, menyingkap tabir..
Part 15 — Kita tanding ulang, lo berani?
Part 15.2 — Every hotel is waving.
Part 16 — Saya harus mengingat kembali beberapa aturan lama...
Part 17. — One Level Above
Part 18. — Saya, Gog Magog, kamu, dan kabar yang mengejutkan.
Part 19. — Perdebatan diantara kamu dan saya.

Part 20. — Saya kembali ke tahun 2006.
Part 21. — Jalan Van de Venter.
Part 22. — Saya, moving to Borneo.
Part 23. — Saya dalam dunia perantauan.
Part 24 — Saya, kehidupan baru, dan bencong di masa lalu.
Part 25 — Borneo, saya dan kehidupan yang gokil abis!
Quote:
House of the suspects.
Ilustrasi tokoh.
Ilustrasi tokoh.
Quote:

Polling
Poll ini sudah ditutup. - 0 suara
Siapa tokoh yang paling kamu benci?
Freya
0%
Arang
0%
Burnay
0%
Asbun
0%
Dedew
0%
Diubah oleh tabernacle69 29-11-2020 17:52
makgendhis dan 50 lainnya memberi reputasi
49
49.5K
Kutip
632
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
tabernacle69
#227
Part 15. — Kita tanding ulang, lo berani?
Quote:

"Ih, pada harum banget, pasti kalian udah pada janjian ya... emangnya mau pada kemana sih?" tanya tante Juni kepada kami bertiga.
"Bukan urusan kamu, Juni." jawab Burnay ketus kepada nyokapnya.
"Ehhhhh dasar yaaa kamu little bastard, hahahaha." tante Juni pun ketawa mendengar anaknya ngomong begitu.
"Hey Burn, words." warning gue merespon ucapan nya. Itu dia ngomong begitu sama Ibunya sendiri dong. Hahahaha, GOKIL!
Kalau gue sampai berani ngomong kayak gitu sama Bunda gue, udah digorok kali gue sama Bunda.
Dan, kalau kami jawab mau ke Vienna, nanti alamat nggak dikasih ijin dong sama tante Juni, lalu kalau kami bilang mau ke Rudy Hadisuwarno, siapa juga yang mau nyalon jam segini, lagian si Freya kan nggak kelihatan mau nyalon juga, jadi akhirnya seperti yang sudah kami rencanakan sebelum-sebelumnya, modus operandi kami adalah bilang ke tante Juni bahwa kami bertiga mau pergi ke butik Twomodachi, mau lihat-lihat baju, untuk Mami nya Freya.
Kenapa nggak jawab mau ke Pevejiv aja? the crosscheck, my friend, the crosscheck, tante Juni punya mata dan telinga yang cukup banyak di kota ini, apalagi waktu itu Pevejiv masih dalam masa pembangunan, dan bnayak kontraktor nya adalah kolega Tante Juni di dunia profesional. Jadi kalau kami sampai nggak ter-absen di satu tempat dimana kami bilang tempat itu adalah tempat tujuan kami, lalu tante Juni tahu akan hal itu, bisa bisa kejadiannya sama kayak waktu gue dan Burnay bilang ke mau ke Saisan di Hegarmanah.
Tahunya kami malah pergi ke Mensyen, sebuah klub malam di Pevejiv, sama si Ashburn. Maka pulangnya kami jadi nggak boleh masuk kedalam rumah Burnay sama tante Juni, jadi ya mau nggak mau, secara terpaksa gue dan Burnay harus menginap dulu di hotel Shayraton. Lagi lagi nama tempat harus diplesetin..
***
"Mau ke Twomodachi tante, mau lihat-lihat baju untuk mommy Freya." jawab Freya, padahal ini hanyalah alasan yang kami buat buat aja.
"Ih... baik banget, liat deh dik, kamu contoh nih dari Freya, sama Ibunya aja dia baik... coba kalo adik... mana ada kayak gitu sama Ibu..." keluh tante Juni kepada Burnay.
"Ga penting lah Bu, Ibu kan udah dikasih uang juga sama Babap (bokapnya Burnay, suaminya tante Juni), kenapa ibu ga belanja sendiri aja." jawab Burnay simpel.
"Hee... kamu tuhh.. dibilangin malah mendebat, ya udah, be safe ya kalian semua..." jawab tante Juni kepada kami bertiga.
"Iya tante, kami pergi dulu yaa.." jawab Freya lalu melenggang menjauhi lintu depan rumahnua Burnay.
"Ateu, Arang pergi dulu." lalu gue mencium tangan tante Juni. Kami pun pamit pergi... gue lihat tante Juni menutup pintu depan rumah. Nah, sekala kami berjalan keluar menuju pagar depan rumahnya keluarga itu, si Burnay pun mulai berbicara, "Frey, nanti lu bisa jalan dulu ke Gandapura kan, gua mau ambil barang."
"Ambil apa, Burn?" tanya Freya kikuk.
"Udah lu masuk mobil aja dulu, ntar gua kasitau. Eh, gua oke kan pake baju begini?" tanya Burnay.
"Lo udah oke kok, Burn..." sahut Freya yang iya iya aja jawabnya, disitu gue pengen ketawa.
"Jangan sok manis lu Frey, rematch sama gua mau ilang apa lu ntar?" tanya Burnay belagu.
"Hahah, yang ada Aprilia lo kali yang bakal gue embat..." kata Freya yang kembali membalas ke-belaguan si Burnay itu...
Perbedaan nya atau the difference is... Burnay kalau ngomong 'gue', dia menjadi 'gua...' sedangkan kalau kami ya tetap stabil di 'gue' saja...
Berikut tersimpulkan bahwa di dunia ini, ada dua tipe orang... yang pertama ya itu tadi, yang kalau ngomong jadi 'gue', sedangkan yang kedua, kalau ngomong jadi 'gua', hehehehehe.
***
Setelah berhasil masuk ke dalam mobil bermerek Nizzam, eh salah, Nissan nya si Ireng, maksud gue. Dengan posisi duduk gue yang berada di kursi depan, sedangkan Burnay dan Freya duduk di kursi belakang. Yondra, sopir nya si Freya pun bertanya, "Kita jalan, Non?" ke arah majikan nya itu, lalu dijawab, "Tunggu dulu Yon." kata Freya santai.
"Burn, jalan kemana ini kita?" tanya Freya kearah Burnay.
"Ke Gandapura dulu Frey, gua mau ngambil cue (stik biliar) gua dulu." jawab Burnay dalam balutan jaket jeans hitam kaos abu tua, dan celana jeans berwarna abu charcoal nya.
"Okey..." jawab Freya datar. Tanda tanda nih.
Dari depan kursi, gue menolehkan kepala gue kebelakang dan menunjuk nunjuk jemari sambil menjulurkan lidah gue ke arah si Freya, gue bilang, "MAMPUS LO!" dengan Freya yang mengacungkan bogem mentah nya ke arah gue.
Didalam mobil, disaat melakukan perjalanan kami banyak ngobrol-ngobrol tentang... kebanyakan sih tentang urusan-urusan mengenai sekolah kami lah ya, jadi keputusan nya sudah final bahwa Freya akan pindah ke Jakarta, itu disebabkan karena gue pindah ke Kalimantan.
Sudah jelas sekali di awal, bahwa rumusnya kalau gue tidak memutuskan untuk pindah ke Kalimantan, maka gue akan memilih untuk bersekolah di BIS Surya Sumantri, Freya pasti akan ikut bareng gue, dan besar kemungkinan teman-teman gue yang lainnya akan ikut satu sekolah juga dengan gue.
Beberapa diantaranya adalah Lody, Ashburn dan Bagas, juga ada beberapa kawan dari luar sekolah. Nah, mereka semua memang dekat dengan gue. Nggak terkecuali anak kelas sebelah kayak Dedew, yang hukumnya caklek banget sudah pasti di Angela, karena sekolah itu pendidikan disiplin nya bagus banget.
Amih Ageung juga sekolah disana tahun 43 an. Dulu disana Mevrouw atau guru nya pada tegas dan galak. Jadi rata rata yang keluar dari sekolah itu jadi disiplin gitu. Tapi kok gue lihat si Dedew keluar dari situ malah makin bejat ya kelakuan nya. Nggak tahu deh kenapa bisa begitu..
***
Balik lagi ke malam itu... malam itu, Freya nanya ke si Burnay, bakal dimanakah orang itu melanjutkan sekolahnya... karena gue ingat Freya sempat bilang begini, "Burn, ntar lanjut kemana lo SMP?" dengan santainya Burnay menjawab, "Di Ghontor..." jawabnya simpel.
"Ha... seriusan lo..." si Freya langsung melongo.
"Nggak lah bodoh, lu kira gua produk agamis." jawab Burnay kasar.
"Gua ntar bakal ke yang deket-deket aja kayanya Frey, pusing gua anjirr dipaksa masuk sekolah agamis melulu." keluh Burnay lagi.
"Terus jadinya dimana dong, elo?" tanya Freya.
"Di Dar** *ik** aja Frey. Kenapa, lo mau ikut masuk sana bareng ama gua?" kata Burnay.
"Tapi gue kan Chris**an Burn..." ucap Freya kaget.
"Hahahaha ya masa bodo nyet, kali kali elu minat nyobain aliran hidup gua." lalu si gila Burnay itupun ketawa keras banget di momen ngobrol-ngobrol tersebut, Yondra pun yang tadinya menahan tawa akhirnya ikut ikutan tertawa, kemudian dipukul bagian kursi belakangnya oleh nona Freya.
Lalu disana, gue ngapain? gue cuma bisa geleng geleng kepala, emang dasar anjing anjing SARA ini ya begini behaviour (kelakuan) nya, ini dari SD nya aja udah kayak begini bercandanya...
Terus terakhir ketemu malah makin parah aja bercandaan nya... udah bukan soal dunia lagi, tapi apa itu... soal proses biologis sebelum lahir ke dunia, zigot - zigot gitu kalau nggak salah. Masturbasi dan segala macamnya juga masuk, terkadang, norak banget memang mereka-mereka itu...
***
Saat itu mobil yang kami tumpangi sudah tiba di depan Aryaduta, kemudian lanjut lagi... sampai akhirnya masuklah kami di daerah Gandapura, Burnay memberikan petunjuk dan direksi satu demi satu kepada Yondra, sampai akhirnya tiba lah kami didepan sebuah rumah yang lumayan besar dengan arsitektur modern kontemporer, dia minta kami untuk menunggu.
"Lo tunggu bentar ya." lalu dia pun menelepon seseorang, pagar pun langsung dibukakan, Burnay segera masuk kedalam rumah itu, sekitar 6 menit kemudian berlalu... Burnay pun keluar dari rumah itu dengan membawa sebuah benda panjang yang ditutupi oleh kain kanvas berwarna hitam.
Burnay mengetuk jendela kaca mobil kami. Freya membukakan nya.
"Frey, bagasi belakang lu bukain dong."
"Oke." jawab Freya cekatan.
Selesai memasukkan benda itu ke bagasi dan masuk kembali kedalam mobil, Freya ngomong sama Burnay, "Burn, segitu takutnya lo kalah rematch sama gue, sampe harus bawa tongkat custom lo." tanya Freya santai...
"Idih, pede lu." jawab Burnay singkat.
"Hahaha, cue (tongkat) lo itu apaan deh jadinya? McDermott?" tanya Freya.
"Bukan, Schon aja yang gua ini." jawab Burnay.
"Enak buat jack up.. above.." tambah Burnay lagi.
"Pokoknya lo runner up." jawab Freya menantang, kayaknya kuping dia panas.
Tapi kalau sekarang ucapan itu bisa berubah dan termodifikasi menjadi, "Pokoknya lo runner up. Kayak Liverpool." Haaaahahahahahahaha.
"Hehehe.. kita liat.." jawab Burnay kalem.
Dalam hati, gue bingung, obrolan orang orang borjuis sih memang begini... gue yang nggak pandai tentang dunia per biliar-an cuma bisa menyimak dan manggut-manggut aja ketika melihat si Freya dan Burnay berbincang-bincang soal seperti itu. Billiard, not my field of expertise, alias bukan bidang gue.
***
Dari jalanan Gandapura... mobil kembali melenggang bebas menuju ke arah jalanan Diponegoro, tapi semua orang lebih kenal daerah ini dengan nama Gasibu, Cisangkuy, Gedung Sate, museum geologi... nah dari situ, kami pun lanjut nyebrang dan naik ke flyover Pasupati... kemudian turun di red light crossroad jalanan Cihampelas bawah...
Bandung di malam itu... tidak hujan, tidak begitu dingin, juga tidak begitu sepi... tapi memang sangat nyaman bagi kami...
Satu hal yang gue ingat, adalah perkataan paman kami saat dia sedang ngobrol santai bareng gue sama Burnay.. waktu dia bilang gini.. "Listen ya adik adikku... Bandung ini emang nggak sebesar besarnya Jakarta.. tapi kalian harus tau.. kalo soal bejat... kota ini bisa sebelas dua belas sama Jakarta... kenapa? karena demand untuk selangkangan masih bisa ditemukan..."
"Jadi, jangan ngeremehin Kota ini ya... terus kamu, *paman gue itu menunjuk ke arah gue* kalau ada apa - apa yang kamu nggak tau soal kota ini, jangan sungkan, tanyakan aja sama saya. Nanti asng coba bantu jawab pertanyaanmu."
The next day gue pun mendapati Burnay berselisih sama anak klub mobil yang berasal dari Kota sebelah, anak itu meremehkan Kota ini. Ya intinya si Burnay itu cuma mencoba untuk membela Kota kesayangan nya yang sejuk dan temaram ini, nggak lebih dan nggak kurang... beda urusan kalau dia lagi menginjakkan kakinya di Jakarta. Burnay bisa tinggal mundur.
Tapi memang sih, banyak anak gaul dari Ibukota yang suka nge sok, dan sok tahu soal Kota Bandung ini, dikata mereka enaknya cari ladies escort (pramuria) itu di daerah Sarit*m, padahal yang the best sih ya di *okter *tten.. hahaha.. lucu memang orang-orang ini...
***
In-depth with Burnay.
Apart from being a Slytherin, like mine. Burnay, he's a Gryffindor.
Semua orang pasti tahu lah ya... kalau bagaimanapun hebatnya seorang Slytherin sudah berusaha dan berkompetisi, ujung-ujungnya yang menang pasti adalah seorang Gryffindor. Yeah, Gryffindor lagi Gryffindor lagi. Bosan banget deh, friends.
Tuh, jawabannya sudah gue jelaskan barusan ya. Jadi jangan tanya lagi siapa yang akan menang. Hahahahaha.
Burnay is a Gryffindor, or at least the house of Hogwarts nya dia adalah itu. Kami sampai-sampai membeli the sorting hat nya franchise film garapan Warner Bros itu untuk mengetahui kami nanti masuk ke house of Hogwarts yang sebelah mana.
Tahun 2001, si Burnay, setelah dia selesai menonton Harry Potter and the Sorcerer's Stone di International Plaza, Palembang. Langsung minta dipesankan topi sialan itu dari London via bokapnya, using an airmail, being sent straight to the western part of Sumatra. Easy peasy, japanesy. Alay heboh deh gue grrrrr....
Yah.., hal yang naas ini terjadi kedalam realita gue, dan si Burnay, sebagai sejarah panjang didalam hidup gue, gue dan dia hampir tidak bisa dipisahkan, friends. Jadi ya kami, most of the time, selalu bisa ditemukan sedang melakukan tindakan kriminal bareng bareng.
Karakter seorang Gryffindor kan memang begitu ya, diluar mereka nampak garang dan kejam, tetapi sesungguhnya jauh didalam diri mereka, mereka itu sangat baik dan bijak, tulus, suka menolong, dan senang mempertahankan serta menegakkan kebenaran. Basi.
Di sisi lain, Slytherin? seriously, you don't asks a Slytherin about being a Slytherin.
Slytherin ya umumnya memiliki impresi yang luar biasa di mata orang-orang, mereka senang bersikap baik..., bermulut manis... guess what? evry' Slytherin is a smooth-talker. Namun jaaaauuuhhhh didalam diri mereka, ada segumpal ambisi yang benar-benar kotor.
Slytherin suka memanipulasi orang... kemudian memanfaatkan mereka... bahkan tidak tanggung-tanggung, banyak barrier dalam hidup seorang Slytherin, yang mereka enyahkan hanya karena mereka ingin menguasai apa yang mereka mau saja. (Seperti kepercayaan yang sudah diberikan oleh orang lain, contohnya.) Targetnya bebas.
Bisa karir... bisa jabatan... bisa materi... whatever lah.
Nah, hal inilah yang membuat mereka dibenci oleh orang-orang didalam hidup mereka. Mereka adalah raja.. dan ratu.. dari suatu kepura-puraan yang mumpuni... intinya, ini hanyalah sebuah penjabaran dan analogi yang mungkin dapat kita cerna serta pahami...
Slytherin is a mudgy dickens! a sleazy demons! Pin and roast 'em in HELL! (ini adegan nya menampilkan villagers yang lagi ngamuk ngamuk, kayak kalau mereka lagi lihat witch yang mau mereka bakar... hahahahahaha)
***
Malam itu, edisi putar putar kota Bandung pun akhirnya terselesaikan... mobil yang kami tumpangi akhirnya tiba didepan Rumah Mode yang kala itu belum banyak digandrungi oleh para pelancong di Kota ini...
And for most of the time, our wheel of life does begins at the afternoon. Harusnya sih at night ya, tapi gue rasa enggak. Life in the city was always nostalgic.
Apalagi Bandung, wih... jangan tanya, nggak ada yang bisa menyaingi perasaannya! Meriah!
Cukup suruh Burnay menyalakan convertible yang terparkir di garasi nya kemudian putarlah musik yang berjudul Here, There and Everywhere nya The Beatles selama berada di perjalanan.
Pergi menyusuri viaduct dan berhenti untuk memesan es krim di Sumber Hidangan.
Atau berlanjut, berangin angin ke daerah Sersan Bajuri dan mengitari Lembang di sore hari.. melihat kebun teh yang disinari cahaya mentari pada sore hari... semuanya begitu sederhana, begitu berkesan...
Ini masih part 15, santai aja.. masih banyak slot untuk menuliskan kata kata bagi kita.
So di hari dan malam itu juga, gue, Freya dan Burnay sepakat untuk nyantai bersama, mari kita lanjut aja kisahnya... so sekitar jam setengah sepuluh malam mobil kami, eh mobil milik Freya sih lebih tepatnya lagi, tiba di Vienna restaurant and pool di jalanan Sukajadi.
So kalau dari Rumah Mode arah bawah, dari jalanan Cipaganti, rute nya itu luruss terus, nanti ada gerai waralaba restoran jepang, yaitu hokben, dari situ masih luruss lagi, kalau sekarang kan sudah ada gerai kfc ya disitu, biasanya suka dijadikan assembly point nya anak-anak kawaseki ninje atau klub motor yang lainnya.
Naahhh dulu di tahun 2006, itu belum ada apa apanya yang spesial, jadi itu dulu masih Gampoeng Aceh dan Layette gitu (plesetan), Layette ini semacam butik dan wellness centre gitu bagi kaum wanita, nah kamu masukkan aja Indra Brugm*nn kesitu, langsung jadi tempat prostitusi deh ya... hahahahahaha.
Hahah, lu orang pasti pada kaget kan? kok gue bisa tau yang begitu begitu... emang berapa lama gue ngendon di Bandung? kan udah gue bilang, dari tahun 99 akhir... gue udah establish disini. Tapi gue nggak bisa sombong juga, karena masih banyak kuncen di keluarga gue uang udah ngendon di Kota ini dari sejak jaman PKI masih suka nyari korban... coba tebak.. tahun 40 an..
Dan daerah daerah itu tuh terbagi menjadi dua friends... Setiabudi dan Sukajadi... apa beda diantara keduanya? eits, tentu ada bedanya... jangan dikira dulu itu disini semua sama aja ya friends...
Perbedaan jalanan Setiabudi dan Sukajadi atas terasa begitu jelas dari sejak dulu...
Jalanan Setiabudi lebih diperuntukkan untuk orang-orang extrovert yang mau memuaskan libido shopping spree mereka. Makan dan minum cantik, serta berlagak-berlagak jadi pelancong yang berasal dari Kota sebelah atau memang dia asli pelancong dari luar Kota Bandung.
Sedangkan jalanan dan daerah Sukajadi atas itu lebih cocok untuk inlander Bandung asli, yang sudah bosan hidup di Bandung, tapi masih punya banyak hepeng yang herannya nggak habis habis itu duit kalau dipakai di Bandung aja..
Orang orang ini berak duit. Beda ceritanya kalau mereka mau menghabiskan duitnya ke french riviera, mungkin duit itu bisa cepat habisnya... tapi ini kan dipakainya cuma di Bandung lagi, di Bandung lagi... iya.. disini yang murah-meriah masih bisa ditemukan... dinner di Sukajadi atas mentok mentok paling cuma 4 jeti... di MO jakarta mungkin 10 sampai dengan 20... belum dengan tetek bengek yang lainnya.. seperti harus stay dimana...
Easy to say kalau jalanan Sukajadi atas ketika malam tiba memang lebih sunyi, biasanya juga suka ada tempat tempat tanda kutip tapi bakal jadi panjang banget kalau cuma mau bahas itu aja. Tahun 2006, belum terlalu parah memang... tapi tempat-tempat yang kayak begitu ya karakter nya sama sih... buka tutup... kecuali restoran yang waras waras aja...
Oke... akhirnya kami pun tiba di areal parkir Vienna.. sebuah tempat remang remang... tempat makan malam.. tapi ada tempat buat billiard nya juga... kalau di tahun 2004 mungkin kita bakal pilih di daerah Surya Sumantri, dekat Setrasari Mall, cuma melihat perubahan
yang terjadi pada tempat billiard yang satu itu, iya.. berubah menjadi jorok, kita semua jadi ogah untuk pergi kesana lagi...
Walau sebenarnya gue adalah big fan dari "Kenapa elo nggak beli aja pool table, jukebox, dan bar sekaliber barman nya, lalu taruh dirumah elo.., kan lebih mantap?"
Namun that's not the way of the world.., friends... semua orang orang itu rupanya lebih suka datang ke pool centre yang memang disewakan untuk publik. Meski akhirnya mereka pada taruh meja biliar juga di rumah mereka masing masing.
The point is, semua ada proses dan waktunya... setidaknya yang memicu mereka untuk membeli meja billiard sendiri adalah hilangnya kesan eksklusif pada tempat biliar publik...
Contohnya... nih gue sebutkan beberapa ya... tempat nyodok itu dari indoor berubah menjadi outdoor... kedua... mereka cuma jual minuman sekelas Captain Morgan aja... tidak menjual Bacardi... yang notabene nya jadi favorit beberapa jenis manusia, salah satunya adalah si Burnay... hahahahaha.
Ketiga, nggak jelas mana aturan untuk member VIP sama member regular nya... kadang member VIP sudah reservasi, tapi malah hilang status booking nya... yang norak siapa? ya bagian pelayanan nya...
Keempat, banyak WTS yang diajak main sama pelanggan nya di tempat nyodok... terakhir, turnamen nyodok sekarang hadiah nya bukan moge lagi... tapi malah tv LED... hahahahahaha. Beda jauh lah sama golf... apalagi kalau kelasnya sudah nasional, senggol dikit jadi internasional golf itu... indochina isinya ya keluarga forbes indonesia semua...
Oh ya waktu itu minimarket belum menjamur banget friends.. paling cuma circle kay sama indomoret aja... paling banter ya Yomar*t.
***
Dan inilah percakapan-percakapan yang keluar setelah kami semua berada didalam Vienna.. ina dan inu.. ini dan itu..
"Yon, tolong pesenin table nomor 6, bayar dua jam aja dulu." itu kata Freya...
"Frey, bacon, cheese burger, sama seven up, trus kentang, dan onion rings nya ya..." nah kalau yang itu kata gue...
"M*rlboro, sebungkus, S*mpoerna mild, sebungkus, kalo bisa S*mpoerna nya yang berkode EF 27 ya." itu kata Burnay...
Halah... emang dasar anak kecil banyak gaya si Burnay itu... hahahahaha, peace Burn, peace... waktu itu gue belum memiliki minat untuk merokok, kenapa? ya belum ada Marlboro Mix 9 friends... nanti deh kapan kapan gue cerita itu rokok ajaib enak banget, pas gue lagi sayang sayangnya sama itu barang, itu produk malah menghilang begitu saja... iya, ditarik kembali dari pasaran..
Setelah begitu, barulah semuanya dimulai...
Diubah oleh tabernacle69 08-06-2019 14:46
masmas222 memberi reputasi
1
Kutip
Balas