- Beranda
- Stories from the Heart
(Horor) Rumah Pink Kenditz
...
TS
vizum78
(Horor) Rumah Pink Kenditz

Spoiler for :
Pintu itu perlahan terbuka dengan sendirinya,
Kenditz mulai merasakan hawa panas di tempat dia berdiri,
hal yang tidak mungkin terjadi karena setiap ruangan di rumah ini di penuhi hawa dingin AC,
perlahan dari pintu yang terbuka tersebut,
muncul sosok nenek tua yang tersenyum ke arahnya dan mulai berjalan perlahan ke arah Kenditz,
di iringi denting suara jam yang menunjukan jam 12 malam,
"Ibuuuuu....!"jerit Kenditz ketakutan tapi jeritannya tersebut hanya mengisi di dalam relung dadanya karena seluruh tubuhnya tak mampu tuk di gerakan,
"Cu...kog belum tidur...hihihihi!!"sapa sang nenek misterius tersebut ketika tiba tepat di hadapan Kenditz.
Kenditz mulai merasakan hawa panas di tempat dia berdiri,
hal yang tidak mungkin terjadi karena setiap ruangan di rumah ini di penuhi hawa dingin AC,
perlahan dari pintu yang terbuka tersebut,
muncul sosok nenek tua yang tersenyum ke arahnya dan mulai berjalan perlahan ke arah Kenditz,
di iringi denting suara jam yang menunjukan jam 12 malam,
"Ibuuuuu....!"jerit Kenditz ketakutan tapi jeritannya tersebut hanya mengisi di dalam relung dadanya karena seluruh tubuhnya tak mampu tuk di gerakan,
"Cu...kog belum tidur...hihihihi!!"sapa sang nenek misterius tersebut ketika tiba tepat di hadapan Kenditz.
Quote:
Malam itu hujan turun cukup deras,sesekali kilat menyambar sekaligus memberi efek ketakutan bagi orang-orang yg mencoba keluar dari rumahnya,namun tidak bagi sang penghuni sebuah mobil yang sedang terparkir di depan sebuah rumah berwarna merah muda yang terletak di pinggir kota.
"Sebentar lagi tengah malam Bos,sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan Nyai Putri,apakah kita bisa jalan sekarang bos?"
Sang supir yg bertubuh tambun tersebut bertanya kepada Majikannya yg duduk di kursi belakang,kegelisahan jelas terlihat di diri supir tersebut.
"Apakah kau takut sekarang abas?"
tanya sang Majikan yang terlihat masih muda dan tampak gagah,Dia menatap serius ke arah rumah tersebut seakan-akan menunggu sesuatu yang akan terjadi dengan rumah tersebut.
"maapkan saya Bos!"
ujar Abas yang terlihat pucat ketakutan dan berkeringatan padahal ac didalam mobil tersebut hidup.
Tak lama kemudian terdengarlah denting suara jam yang menunjukan tepat tengah malam dari rumah merah muda tersebut lalu di sambut dengan jeritan menyayat hati yang berasal dari rumah tersebut,
"jalan sekarang Abas !"
perintah sang majikan kepada supirnya tersebut,tampak sebuah senyuman misterius di wajah pria tersebut,di iring jeritan yang makin terdengar mengerikan,mobil tersebut berjalan pelan menuju jalan raya.
Siang harinya warga di kejutkan dengan meninggalnya seluruh penghuni rumah merah muda tersebut,Tidak berapa lama kemudian polisi dan mobil ambulance pun tiba di rumah tersebut,warga tampak ramai berkerumunan di sekitar rumah tersebut,ada ketakutan di wajah mereka melihat tragedi tragis di rumah tersebut.
"Satu keluarga tewas karena serangan jantung"
Headline media lokal memberitakan peristiwa tragis dan misterius tersebut.
Tidak ada yang tau peristiwa apa yg menimpa penghuni rumah tersebut hingga membuat mereka meninggal dalam kurun waktu semalam saja,Polisi pun kebingungan dengan peristiwa aneh tersebut.
"Sebentar lagi tengah malam Bos,sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan Nyai Putri,apakah kita bisa jalan sekarang bos?"
Sang supir yg bertubuh tambun tersebut bertanya kepada Majikannya yg duduk di kursi belakang,kegelisahan jelas terlihat di diri supir tersebut.
"Apakah kau takut sekarang abas?"
tanya sang Majikan yang terlihat masih muda dan tampak gagah,Dia menatap serius ke arah rumah tersebut seakan-akan menunggu sesuatu yang akan terjadi dengan rumah tersebut.
"maapkan saya Bos!"
ujar Abas yang terlihat pucat ketakutan dan berkeringatan padahal ac didalam mobil tersebut hidup.
Tak lama kemudian terdengarlah denting suara jam yang menunjukan tepat tengah malam dari rumah merah muda tersebut lalu di sambut dengan jeritan menyayat hati yang berasal dari rumah tersebut,
"jalan sekarang Abas !"
perintah sang majikan kepada supirnya tersebut,tampak sebuah senyuman misterius di wajah pria tersebut,di iring jeritan yang makin terdengar mengerikan,mobil tersebut berjalan pelan menuju jalan raya.
Siang harinya warga di kejutkan dengan meninggalnya seluruh penghuni rumah merah muda tersebut,Tidak berapa lama kemudian polisi dan mobil ambulance pun tiba di rumah tersebut,warga tampak ramai berkerumunan di sekitar rumah tersebut,ada ketakutan di wajah mereka melihat tragedi tragis di rumah tersebut.
"Satu keluarga tewas karena serangan jantung"
Headline media lokal memberitakan peristiwa tragis dan misterius tersebut.
Tidak ada yang tau peristiwa apa yg menimpa penghuni rumah tersebut hingga membuat mereka meninggal dalam kurun waktu semalam saja,Polisi pun kebingungan dengan peristiwa aneh tersebut.
karena baru tahap coba2 menulis di sfth jadi ane mohon maap apabila ada kekurangannya

Cerita ini hanya karangan ane semata dan berdasarkan gabungan imajinasi ane,peristiwa nyata dan cerita2 para orang-orang tua dulu tuk nakutian anak2 biar kagak nakal dan suka keluyuran kemana-mana,Ane rangkum trus di bumbui dikit dan ane jadikan tulisan ini.

Ane akan coba selesaikan nih trit walaupun mungkin agak lama yaa gan
Maklum ane juga sibuk di Rl

Quote:
First family

1.First Family
2.Teror in First family.part one
3.Teror in First family .part two
4.First family,Final chapter
second family

1.Second Family
2.Cahaya lilin tuk second Family
3.Pertempuran awal di second family
Side Story
4.Second Family Final Chapter
kenditz family

1.Kenditz Family
2.teror dimulai di rumah kenditz
Another story

1.story from the past,part one
2.Perang Terbuka
3.Kisah Timul
4.A & A
Kisah Premaisuri kegelapan

1.Satu diantara dua
2.Terlahir Kembali
3.Awal dari perjalanan sang kematian
4.Sei Banyu vs Nyai Putri
terima kasih bagi agan/sista yang telah mampir di trit ane

Mohon kritik dan sarannya tuk ane menjadi lebih baik dan semangat dalam menulis

Diubah oleh vizum78 30-01-2021 22:40
redrices dan 19 lainnya memberi reputasi
20
12.3K
Kutip
312
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
vizum78
#78
Spoiler for Sei Banyu vs Nyai Putri:

Sei Banyu semakin mempercepat langkahnya memasuki hutan tersebut.
Semakin Dia masuk lebih dalam,semakin sedikit cahaya Matahari menerangi langkahnya.
"Aku harus tiba di pondokan Kakakku sebelum hari menjelang malam.Hutan ini semakin malam semakin berbahaya tuk di lewati"keluh Sei Banyu dalam hati.
Sei banyu mulai mengerahkan tenaga dalamnya.
Dia pun berlari dan melompat tuk mempercepat sampai ke tujuannya.
Hutan Kadapan memang terkenal sangat angker dan hutan paling tergelap di kawasan tersebut.
Tidak satu pun manusia berani memasuki hutan tersebut keluar dengan hidup-hidup.
Di tengah hutan tersebut terdapat sebuah pondok dan sang penghuninya sangatlah di segani oleh penghuni Hutan Kadapan.
Sei Rimba namanya.
Sosoknya terbilang pendek dan gemuk namun kesaktiannya berbanding terbalik dengan ukuran tubuhnya.
Wajahnya bulat bersih sangat terawat dan berpakaian layaknya seorang pendeta hindu berwarna putih.
Sei Rimba tidak sendirian tinggal di hutan tersebut.
Dia mempunyai seorang murid tunggal yang melayaninya setiap hari.
Palakan namanya.
Sosoknya tinggi dan besar dengan wajah cukup tampan.
Selain belajar olah kanuragan.
Dia pun bertugas keluar hutan tuk membeli keperluan Gurunya di kampung terdekat.
Sore itu,ketika Dia sedang asyik memotong kayu bakar.
Dia merasakan sesuatu lalu Dia pun menghampiri Gurunya yang sedang santai di bale-bale pondok.
"Guru,sepertinya ada seorang yang cukup sakti mulai memasuki kawasan kita!".
"Dia itu Paman Gurumu.Entah apa lagi masalah yang menimpanya?".
Palakan pun kembali melanjutkan pekerjaannya yg sempat tertunda.
Beberapa lama kemudian.
Sesosok bayangan tiba di kawasan pondok tersebut.
"Banyu...Banyu.Ada gerangan apa engkau mendatangi kediamanku?"sapa Sei Rimba yang kini melihat Adik satu-satunya itu ada di hadapannya.
"Hahahaha....Kakakku tercinta,Adikmu ini nyawanya lagi terancam dan butuh bantuanmu!".
"Istirahat saja dulu engkau Banyu malam ini.Besok baru engkau ceritakan masalahmu!".
Kegelapan mulai memenuhi hutan itu.
Hanya cahaya api unggun saja yang menerangi sekitar pondok tersebut.
Keesokan harinya,tampak Sei Banyu dan Sei Alam terlibat pembicaraan yang serius.
Sedangkan Palakan tampak setia sebagai pendengar saja.
"Jadi saudara dari muridmu kini menjadi wanitanya Raja Muda Sangitan!"ujar Sei rimba setelah mendengar kisah Adiknya tersebut.
"Kesaktian penguasa jurang sangitan memang terkenal sangat tinggi.Hanya Guru kita yang mampu menandingi kesaktiannya!"sambung Sei Alam sambil mengelus-elus janggut putihnya yang panjang.
"Bukankah sekarang kesaktianmu sudah sejajar dengan Guru,Kak!".
"Entahlah Banyu.Aku pun belum pernah beradu kesaktian dengannya.Tapi kalau melawan saudara muridmu itu,aku rasa engkau mampu".
"Datuk Alam adalah musuh bebuyutanku dan kesaktiannya juga cukup tinggi.Akan tetapi saat beradu dengan wanita itu dengan mudahnya terbunuh!".
"Hmmmmm......Pukulan ajian bayu biru merupakan ilmu andalan perguruan kita dan selama ini cukup mumpuni tuk melawan musuh-musuh kita.Apakah itu tidak cukup tuk melawan wanita itu Banyu?".
"Sebagai petarung.Wanita itu punya kekuatan dan kecepatan sangat tinggi.Dengan mengandalkan pukulan bayu biru saja tidak cukup Kak!".
"Berarti engkau harus lebih memperdalam olah kanuragan Banyu.Cobalah sekarang engkau berlatih dengan muridku,Palakan.Aku ingin menilai sendiri kemampuanmu yang sekarang!".
Tak lama kemudian Sei Banyu dan Palakan telah berdiri berhadapan tuk mengadu kesaktian.
Setelah membungkuk sebentar tuk memberi hormat kepada Paman Gurunya.
Palakan langsung menyerang Sei Banyu.
Banyak jurus yang sudah mereka keluarkan dan beberapa kali terlibat adu tenaga dalam yang membuat tanah di sekitar mereka bergetar.
Tibalah saatnya mereka kini mengadu ajian andalan masing-masing.
"Keluarkan segala kekuatan kalian berdua.Anggap ini pertarungan hidup dan mati kalian!"seru Sei Rimba dari pondok.
Ditelapak kedua tangan Sei Banyu mulai mengeluarkan cahaya biru dengan bentuk laksana asap tebal.
Sedangkan di kedua telapak tangan Palakan pun mengeluarkan cahaya biru namun perlahan membentuk sebuah bulatan bola berwarna biru.
Dengan di barengi teriakan keras.
Keduanya sama-sama melepas ajian mereka tuk saling mengadu kekuatan tenaga dalam masing-masing.
"Blarrrrrrr..........."
Bunyi gemuruh dahsyat menghiasi Hutan Kadapan saat keduanya saling membenturkan tangannya.
Sei Banyu langsung terhempas jauh kebelakang sedangkan Palakan hanya termundur beberapa langkah dengan wajah merah padam.
Sei Banyu mencoba berdiri tegap walaupun tubuhnya kini bergetar akibat pertempuran tadi.
Tak lama kemudian,darah segar keluar dari mulutnya.
Melihat hal itu.Palakan segera berlari dan memapah tubuh Paman Gurunya tuk berjalan menuju pondok.
Sebuah tenaga baru merasuki tubuh Sei Banyu.
Tubuhnya terasa lebih ringan sekarang berkat pertolongan kakaknya Sei Rimba.
"Apa yang kau lakukan selama ini Banyu.Mengapa tenaga dalammu tidak mengalami kemajuan yang berarti?"Sei Rimba bertanya karena heran melihat perkembangan kesaktian adiknya itu.
"Mohon maap kak.Selama ini aku lebih banyak belajar pengobatan dan lebih mendalami ilmu raga anum"
"Hahahaha.....ada-ada saja kelakuanmu Banyu.Tuk sementara tinggallah disini tuk berlatih olah kanuraganmu dan memperdalam kesaktian ajian bayu birumu!"
"Baiklah Kak dan mohon pentunjukmu"
"Aku telah menyempurnakan ajian bayu biru dan penyempurnaan tersebut aku namakan ajian cakra biru.Butuh waktu lama hingga engkau bisa mencapai ke penyempurnaan tersebut,karena harus di barengi tenaga dalam yang sangat mumpuni Banyu!"
Mulai hari itu Sei Banyu pun menjadi penghuni Hutan Kadapan.
Seiring perkembangan waktu dalam kehidupan manusia.
Hutan Kadapan mulai terjamah oleh kemajuan peradaban jaman.
Di sekitaran hutan tersebut mulai ramai di penuhi perumahan.
Namun di bagian terdalam Hutan Kadapan masih tetap ada dan makin angker.
Penduduk di sekitaran Hutan tersebut bahkan memasang tanda larangan masuk karena keangkerannya.
Palakan mulai berbaur dengan penduduk disana.
Berkeluarga dan mendirikan sebuah perguruan silat di sebuah kampung yang paling terdekat dengan hutan tersebut.
Namun kewajiban mengurus keperluan yang di butuhkan oleh Guru dan Paman Gurunya masih terus dia lakukan walaupun kini dia lebih banyak di luar hutan.
Sebuah ruangan besar.Tampak Nyai Putri sedang duduk bersantai di sebuah kursi mewah laksana kursi singasananya.
Para pelayan dan pengawalnya berdiri berjejer di belakang kursi tersebut.
Dihadapannya tampak tiga orang sedang bersimpuh.
"Kalian telah lalai dalam menjalankan perintahku.Kurang mudah apa lagi syarat-syarat yang ku berikan agar kalian bisa sukses dan sekaya seperti sekarang ini.Setiap kematian,aku berikan kesuksesan dalam kehidupan kalian!".
"Ampun Gusti Nyai Putri.Para Polisi mulai mencurigai kegiatan kami.Jadi sementara ritual yang biasa kami lakukan kami hentikan dulu.Seperti perintah Gusti Nyai Putri bahwasannya kami harus berhati-hati dan menjauhi segala sesuatu yang bisa menarik perhatian Polisi"jawab salah satu orang yang sedang bersimpuh tersebut.
"Pasti ada yang orang-orang yang mengadukan kepada Polisi dan aku harap kalian bereskan itu.Kemudian berpindah tempat yang baru tuk memulai kembali.Ingat berkurangnya tumbal yang kalian berikan akan berpengaruh dengan hasil yang kalian dapat selama ini!".
"Segala titah Gusti Nyai Putri akan kami jalankan!"kata mereka bertiga serempak.
"Pergilah dan bereskan semua yang merugikan kalian!"perintah Nyai Putri kepada pengikutnya.
Mereka pun mohon diri dan beranjak pergi.
Jam telah menunjukan tepat jam sepuluh malam.
Kediaman Nyai Putri tampak sunyi dan sepi.
Hanya beberapa penjaga yang terlihat di pintu gerbang rumah besar tersebut.
Sebuah sosok tampak dengan mudahnya meloncati dinding tinggi rumah besar itu dan kemudian masuk ke dalam rumah tersebut tanpa di terlihat oleh penjaga di depan.
Sosok tersebut kini menuju ke kamar yang biasa di pakai tuk Nyai Putri beristirahat.
Dia pun membuka kamar tersebut layaknya tau dimana sang pemilik biasanya berada.
"Selamat malam Ayu Selasih atau haruskah sekarang kupanggil Nyai Putri.Hahahaha"sebuah suara menyapanya.
Mendengar nama aslinya di sebutkan,Nyai Putri pun kaget bukan main.Belum lagi kehadiran sosok tersebut bisa ada di kamarnya tanpa dia rasakan kehadirannya.
"Kakek Sei Banyu rupanya yang sedang bertamu ke kamar tidurku.Semakin muda saja kakek Sei Banyu terlihat dan semoga di ikuti dengan kejantanan yang muda pula.Hihihihi!".ejek Nyai Putri melihat sosok di hadapannya kini.
"Aku hanya berkunjung karena sudah sekian puluh tahun tidak mendengar kabar dari muridku Putri Selasih dan sedikit ingin menjajal kemampuan wanita yang telah membinasakan musuh bebuyutanku malam ini!"
"Hihihihihi....Mereka baik-baik saja dan aku tidak berkeinginan mengganggu kehidupan orang-orang yang masih sangat aku cintai walaupun mereka sedikit menyakiti hatiku.
Persoalan kakek ingin menjajal kemampuanku.Aku rasa kamar ini tidak cukup luas tuk kita mengadu kepandaian.
Bagaimana kalau di halaman belakang rumahku saja dan aku janji tak bakal kubolehkan anak buahku ikut campur!"tantang Nyai Putri.
Keduanya langsung melesat cepat pergi meninggalkan kamar tersebut.
Sesampainya di sana.Tanpa basa basi Nyai Putri langsung menyerang Sei Banyu dengan selendangnya.
Bagaikan ular,selendang tersebut melesat cepat menuju mangsanya.
Melihat itu Sei Banyu melompat menghindari terjangan selendang tersebut.
Kemudian merengsek cepat mendekati Nyai Putri tuk melepaskan pukulan ke wajahnya.
Nyai Putri langsung mengibaskan selendangnya berputar kembali tuk menyerang tengkuk belakang leher Sei Banyu.
Sadar bahaya yang akan datang.
Sei Banyu mengurungkan serangannya lalu dia bergerak menyamping kemudian mencoba meraih selendang yang menyerangnya.
Ujung selendang tersebut akhirnya mampu dia renggut dan menariknya sekuat tenaga.
Melihat selendangnya berhasil di tangkap.
Nyai Putri menyentakan selendangnya dengan keras dengan di aliri serangan tenaga dalam.
Sei Banyu pun tidak mau kalah.
Dia juga menghentakan selendang tersebut dengan tenaga dalamnya.
Tak ayal dua tenaga berlawanan saling berbenturan.
Terdengar bunyi yang mengelegar saat mereka beradu tenaga dalam lewat selendang tersebut dan kemudian selendang tersebut hancur lebur tak kuasa menahan tenaga yang berbenturan.
Dengan penuh amarah melihat selendang kesayangannya hancur.
Nyai Putri menggerung keras dan melompat menyerang dengan cakarnya yang kini terlihat mengeluarkan warna ungu.
Sei Banyu pun meladeninya dengan pukulan yang kini berselimutkan cahaya biru.
Pertarungan tersebut sangatlah sengit.
Tanah bergetar dan rumputnya tercabut terhamburan ketika mereka saling mengadu kesaktian.
Setelah melewati banyak adu kesaktian.
Nampak kini Nyai Putri mulai keteteran akibat tenaganya mulai terkuras abis.
Sedangkan Sei Banyu nampak semakin perkasa dalam melakukan penyerangan.
Melihat musuhnya mulai terdesak.
Sei Banyu mulai melakukan serangan dengan pukulan bertenaga kesaktiannya.
Nyai Putri makin terdesak,sesekali dia meladeninya namun sering kali dia menghindari serangan Sei Banyu dengan berlompatan ke belakang atau menyamping.
Pada suatu ketika,Nyai Putri pun akhirnya lengah karena mulai keabisan tenaga.
Tanpa mensia-siakannya.
Sei Banyu melepaskan ajian pamungkasnya yaitu pukulan cakra biru.
Karena tidak ada ruang tuk menghindar akhirnya mau tidak mau.
Dia pun berusaha menangkis serangan tersebut dengan sisa tenaga dalamnya.
Tak ayal tubuhnya langsung terhempas kebelakang dan menghantam tembok di belakangnya.
Dia pun langsung terkapar di tanah tak berdaya dengan tubuh penuh asap.
"Malam ini aku akan menamatkan riwayatmu.Engkau terlalu banyak membunuh orang-orang yang tidak bersalah padamu.Terimalah pukulan terakhirku ini Nyai Putri!".
Dengan menggerakan kedua telapak tangannya.
Kini terlihat cahaya biru bulat memancar.
Dari bulatan kecil kini makin membesar.
Dengan membentak keras.
Dia pun melompat kearah Nyai putri dengan posisi telapaknya terbuka.
"Duarrrr...."
Tubuh Sei Banyu termundur beberapa langkah ke belakang.
Seseorang telah menghadang pukulan telapak tangannya.
"Raja Muda Sangitan.Akhirnya engkau muncul juga tuk menyelamatkan gundik kesayanganmu.Hahahaha!".
"Akhirnya aku bertemu juga dengan kau Sei Banyu!".
"Aku dengar engkau sangat sakti dan sekarang aku ingin menjajal kemampuanku denganmu.Bersiaplah Tuan!".
Dengan bentakan keras,Sei Banyu langsung menyerang dengan kekuatan penuh.
Dia melayangkan tinjuannya ke arah Raja Muda Sangitan.
Dengungan keras dan tangan di penuhi warna biru meluncur deras.
Melihat itu.
Sang musuh pun menyambutnya dengan cakaran yang berselimutkan warna ungu.
Kedua tangan tersebut berbenturan dan menimbulkan bunyi ledakan menggelegar.
Keduanya pun termundur beberapa langkah kemudian kembali melanjutkan serangan.
Pertarungan mulai terlihat sangat cepat.
Keduanya saling mencari kelemahan masing-masing.
Setelah sekian lama bertempur.
Akhirnya mereka pun mencapai puncaknya yaitu saling mengadu kesaktian andalannya masing-masing.
Keduanya sama-sama merapal ajian pamungkas mereka.
Kedua cahaya biru dan ungu meluncur deras dari telapak tangan mereka masing-masing.
Kedua cahaya tersebut saling menekan.
Mencoba saling memukul mundur.
Wajah keduanya pun tampak bergetar hebat karena menahan desakan kekuatan tenaga yang sedang beradu.
Tak lama kemudian mereka pun terlempar dan terhempas ke tanah tertolak tenaga masing-masing.
Basah kuyup baju Sei Banyu dengan keringatnya.
Dia pun mencoba bangkit namun tak mampu.
Di lain pihak sang musuh telah berdiri gagah sembari tersenyum.
"Malam ini biar aku yang tuntaskan hidupmu Sei Banyu!"
Dia pun mengibaskan tangannya dan melancarkan pukulan jarak jauhnya ke arah Sei Banyu.
Sebuah deruan angin yang berwarna ungu meluncur deras.
Sei Banyu hanya menatap pasrah menatap serangan yang datang.
Pada saat paling kritis dan sinar ungu itu semakin mendekat.
Tiba-tiba sesosok bayangan putih merenggut tubuh Sei Banyu dan memapas sinar ungu yang datang.
Seiring bunyi ledakan keras, tubuh Sei Banyu pun menghilang dari tempat itu.
Raja Muda Sangitan langsung memapah tubuh istrinya dan membawanya masuk kedalam rumah.
"Orang itu memang sangat sakti Banyu.Andai aku terlambat sedikit saja maka tubuhmu akan hancur lebur terkena pukulannya!"ujar sang penolong.
Sei Banyu hanya tersenyum menahan kesakitan di dadanya.
"Engkau harus lebih giat berlatih tuk mengalahkannya!"kata Sei Rimba sembari mengobati adiknya ketika tiba di rumahnya.
Tahun demi tahun telah berlalu.
Di pinggiran hutan kadapan semakin ramai di penuhi oleh banyaknya manusia.
Namun keberadaan hutan kadapan tetap tidak terjamah oleh masyarakat di sana.
Palakan pun telah tiada dan perguruannya sekarang di kelola oleh cucunya yaitu Aki Selamat.
Suatu pagi yang cerah.
Tampak seorang anak muda belia sedang duduk bersimpuh di hadapan Aki Selamat.
"Jadi engkau datang kesini tuk berguru denganku,Anak Muda?"
"Benar Paman.Aku ingin menempa ilmu bela diri di perguruan ini !".sahut anak muda tersebut penuh percaya diri.
"Baiklah.Aku melihat engkau memiliki tekad yang kuat dan berani makanya aku bersedia menjadi gurumu!".
"Terima kasi Paman!".
"Siapa namamu Nak?".
"Yusman Guru!".
Semakin Dia masuk lebih dalam,semakin sedikit cahaya Matahari menerangi langkahnya.
"Aku harus tiba di pondokan Kakakku sebelum hari menjelang malam.Hutan ini semakin malam semakin berbahaya tuk di lewati"keluh Sei Banyu dalam hati.
Sei banyu mulai mengerahkan tenaga dalamnya.
Dia pun berlari dan melompat tuk mempercepat sampai ke tujuannya.
Hutan Kadapan memang terkenal sangat angker dan hutan paling tergelap di kawasan tersebut.
Tidak satu pun manusia berani memasuki hutan tersebut keluar dengan hidup-hidup.
Di tengah hutan tersebut terdapat sebuah pondok dan sang penghuninya sangatlah di segani oleh penghuni Hutan Kadapan.
Sei Rimba namanya.
Sosoknya terbilang pendek dan gemuk namun kesaktiannya berbanding terbalik dengan ukuran tubuhnya.
Wajahnya bulat bersih sangat terawat dan berpakaian layaknya seorang pendeta hindu berwarna putih.
Sei Rimba tidak sendirian tinggal di hutan tersebut.
Dia mempunyai seorang murid tunggal yang melayaninya setiap hari.
Palakan namanya.
Sosoknya tinggi dan besar dengan wajah cukup tampan.
Selain belajar olah kanuragan.
Dia pun bertugas keluar hutan tuk membeli keperluan Gurunya di kampung terdekat.
Sore itu,ketika Dia sedang asyik memotong kayu bakar.
Dia merasakan sesuatu lalu Dia pun menghampiri Gurunya yang sedang santai di bale-bale pondok.
"Guru,sepertinya ada seorang yang cukup sakti mulai memasuki kawasan kita!".
"Dia itu Paman Gurumu.Entah apa lagi masalah yang menimpanya?".
Palakan pun kembali melanjutkan pekerjaannya yg sempat tertunda.
Beberapa lama kemudian.
Sesosok bayangan tiba di kawasan pondok tersebut.
"Banyu...Banyu.Ada gerangan apa engkau mendatangi kediamanku?"sapa Sei Rimba yang kini melihat Adik satu-satunya itu ada di hadapannya.
"Hahahaha....Kakakku tercinta,Adikmu ini nyawanya lagi terancam dan butuh bantuanmu!".
"Istirahat saja dulu engkau Banyu malam ini.Besok baru engkau ceritakan masalahmu!".
Kegelapan mulai memenuhi hutan itu.
Hanya cahaya api unggun saja yang menerangi sekitar pondok tersebut.
Keesokan harinya,tampak Sei Banyu dan Sei Alam terlibat pembicaraan yang serius.
Sedangkan Palakan tampak setia sebagai pendengar saja.
"Jadi saudara dari muridmu kini menjadi wanitanya Raja Muda Sangitan!"ujar Sei rimba setelah mendengar kisah Adiknya tersebut.
"Kesaktian penguasa jurang sangitan memang terkenal sangat tinggi.Hanya Guru kita yang mampu menandingi kesaktiannya!"sambung Sei Alam sambil mengelus-elus janggut putihnya yang panjang.
"Bukankah sekarang kesaktianmu sudah sejajar dengan Guru,Kak!".
"Entahlah Banyu.Aku pun belum pernah beradu kesaktian dengannya.Tapi kalau melawan saudara muridmu itu,aku rasa engkau mampu".
"Datuk Alam adalah musuh bebuyutanku dan kesaktiannya juga cukup tinggi.Akan tetapi saat beradu dengan wanita itu dengan mudahnya terbunuh!".
"Hmmmmm......Pukulan ajian bayu biru merupakan ilmu andalan perguruan kita dan selama ini cukup mumpuni tuk melawan musuh-musuh kita.Apakah itu tidak cukup tuk melawan wanita itu Banyu?".
"Sebagai petarung.Wanita itu punya kekuatan dan kecepatan sangat tinggi.Dengan mengandalkan pukulan bayu biru saja tidak cukup Kak!".
"Berarti engkau harus lebih memperdalam olah kanuragan Banyu.Cobalah sekarang engkau berlatih dengan muridku,Palakan.Aku ingin menilai sendiri kemampuanmu yang sekarang!".
Tak lama kemudian Sei Banyu dan Palakan telah berdiri berhadapan tuk mengadu kesaktian.
Setelah membungkuk sebentar tuk memberi hormat kepada Paman Gurunya.
Palakan langsung menyerang Sei Banyu.
Banyak jurus yang sudah mereka keluarkan dan beberapa kali terlibat adu tenaga dalam yang membuat tanah di sekitar mereka bergetar.
Tibalah saatnya mereka kini mengadu ajian andalan masing-masing.
"Keluarkan segala kekuatan kalian berdua.Anggap ini pertarungan hidup dan mati kalian!"seru Sei Rimba dari pondok.
Ditelapak kedua tangan Sei Banyu mulai mengeluarkan cahaya biru dengan bentuk laksana asap tebal.
Sedangkan di kedua telapak tangan Palakan pun mengeluarkan cahaya biru namun perlahan membentuk sebuah bulatan bola berwarna biru.
Dengan di barengi teriakan keras.
Keduanya sama-sama melepas ajian mereka tuk saling mengadu kekuatan tenaga dalam masing-masing.
"Blarrrrrrr..........."
Bunyi gemuruh dahsyat menghiasi Hutan Kadapan saat keduanya saling membenturkan tangannya.
Sei Banyu langsung terhempas jauh kebelakang sedangkan Palakan hanya termundur beberapa langkah dengan wajah merah padam.
Sei Banyu mencoba berdiri tegap walaupun tubuhnya kini bergetar akibat pertempuran tadi.
Tak lama kemudian,darah segar keluar dari mulutnya.
Melihat hal itu.Palakan segera berlari dan memapah tubuh Paman Gurunya tuk berjalan menuju pondok.
Sebuah tenaga baru merasuki tubuh Sei Banyu.
Tubuhnya terasa lebih ringan sekarang berkat pertolongan kakaknya Sei Rimba.
"Apa yang kau lakukan selama ini Banyu.Mengapa tenaga dalammu tidak mengalami kemajuan yang berarti?"Sei Rimba bertanya karena heran melihat perkembangan kesaktian adiknya itu.
"Mohon maap kak.Selama ini aku lebih banyak belajar pengobatan dan lebih mendalami ilmu raga anum"
"Hahahaha.....ada-ada saja kelakuanmu Banyu.Tuk sementara tinggallah disini tuk berlatih olah kanuraganmu dan memperdalam kesaktian ajian bayu birumu!"
"Baiklah Kak dan mohon pentunjukmu"
"Aku telah menyempurnakan ajian bayu biru dan penyempurnaan tersebut aku namakan ajian cakra biru.Butuh waktu lama hingga engkau bisa mencapai ke penyempurnaan tersebut,karena harus di barengi tenaga dalam yang sangat mumpuni Banyu!"
Mulai hari itu Sei Banyu pun menjadi penghuni Hutan Kadapan.
Seiring perkembangan waktu dalam kehidupan manusia.
Hutan Kadapan mulai terjamah oleh kemajuan peradaban jaman.
Di sekitaran hutan tersebut mulai ramai di penuhi perumahan.
Namun di bagian terdalam Hutan Kadapan masih tetap ada dan makin angker.
Penduduk di sekitaran Hutan tersebut bahkan memasang tanda larangan masuk karena keangkerannya.
Palakan mulai berbaur dengan penduduk disana.
Berkeluarga dan mendirikan sebuah perguruan silat di sebuah kampung yang paling terdekat dengan hutan tersebut.
Namun kewajiban mengurus keperluan yang di butuhkan oleh Guru dan Paman Gurunya masih terus dia lakukan walaupun kini dia lebih banyak di luar hutan.
Sebuah ruangan besar.Tampak Nyai Putri sedang duduk bersantai di sebuah kursi mewah laksana kursi singasananya.
Para pelayan dan pengawalnya berdiri berjejer di belakang kursi tersebut.
Dihadapannya tampak tiga orang sedang bersimpuh.
"Kalian telah lalai dalam menjalankan perintahku.Kurang mudah apa lagi syarat-syarat yang ku berikan agar kalian bisa sukses dan sekaya seperti sekarang ini.Setiap kematian,aku berikan kesuksesan dalam kehidupan kalian!".
"Ampun Gusti Nyai Putri.Para Polisi mulai mencurigai kegiatan kami.Jadi sementara ritual yang biasa kami lakukan kami hentikan dulu.Seperti perintah Gusti Nyai Putri bahwasannya kami harus berhati-hati dan menjauhi segala sesuatu yang bisa menarik perhatian Polisi"jawab salah satu orang yang sedang bersimpuh tersebut.
"Pasti ada yang orang-orang yang mengadukan kepada Polisi dan aku harap kalian bereskan itu.Kemudian berpindah tempat yang baru tuk memulai kembali.Ingat berkurangnya tumbal yang kalian berikan akan berpengaruh dengan hasil yang kalian dapat selama ini!".
"Segala titah Gusti Nyai Putri akan kami jalankan!"kata mereka bertiga serempak.
"Pergilah dan bereskan semua yang merugikan kalian!"perintah Nyai Putri kepada pengikutnya.
Mereka pun mohon diri dan beranjak pergi.
Jam telah menunjukan tepat jam sepuluh malam.
Kediaman Nyai Putri tampak sunyi dan sepi.
Hanya beberapa penjaga yang terlihat di pintu gerbang rumah besar tersebut.
Sebuah sosok tampak dengan mudahnya meloncati dinding tinggi rumah besar itu dan kemudian masuk ke dalam rumah tersebut tanpa di terlihat oleh penjaga di depan.
Sosok tersebut kini menuju ke kamar yang biasa di pakai tuk Nyai Putri beristirahat.
Dia pun membuka kamar tersebut layaknya tau dimana sang pemilik biasanya berada.
"Selamat malam Ayu Selasih atau haruskah sekarang kupanggil Nyai Putri.Hahahaha"sebuah suara menyapanya.
Mendengar nama aslinya di sebutkan,Nyai Putri pun kaget bukan main.Belum lagi kehadiran sosok tersebut bisa ada di kamarnya tanpa dia rasakan kehadirannya.
"Kakek Sei Banyu rupanya yang sedang bertamu ke kamar tidurku.Semakin muda saja kakek Sei Banyu terlihat dan semoga di ikuti dengan kejantanan yang muda pula.Hihihihi!".ejek Nyai Putri melihat sosok di hadapannya kini.
"Aku hanya berkunjung karena sudah sekian puluh tahun tidak mendengar kabar dari muridku Putri Selasih dan sedikit ingin menjajal kemampuan wanita yang telah membinasakan musuh bebuyutanku malam ini!"
"Hihihihihi....Mereka baik-baik saja dan aku tidak berkeinginan mengganggu kehidupan orang-orang yang masih sangat aku cintai walaupun mereka sedikit menyakiti hatiku.
Persoalan kakek ingin menjajal kemampuanku.Aku rasa kamar ini tidak cukup luas tuk kita mengadu kepandaian.
Bagaimana kalau di halaman belakang rumahku saja dan aku janji tak bakal kubolehkan anak buahku ikut campur!"tantang Nyai Putri.
Keduanya langsung melesat cepat pergi meninggalkan kamar tersebut.
Sesampainya di sana.Tanpa basa basi Nyai Putri langsung menyerang Sei Banyu dengan selendangnya.
Bagaikan ular,selendang tersebut melesat cepat menuju mangsanya.
Melihat itu Sei Banyu melompat menghindari terjangan selendang tersebut.
Kemudian merengsek cepat mendekati Nyai Putri tuk melepaskan pukulan ke wajahnya.
Nyai Putri langsung mengibaskan selendangnya berputar kembali tuk menyerang tengkuk belakang leher Sei Banyu.
Sadar bahaya yang akan datang.
Sei Banyu mengurungkan serangannya lalu dia bergerak menyamping kemudian mencoba meraih selendang yang menyerangnya.
Ujung selendang tersebut akhirnya mampu dia renggut dan menariknya sekuat tenaga.
Melihat selendangnya berhasil di tangkap.
Nyai Putri menyentakan selendangnya dengan keras dengan di aliri serangan tenaga dalam.
Sei Banyu pun tidak mau kalah.
Dia juga menghentakan selendang tersebut dengan tenaga dalamnya.
Tak ayal dua tenaga berlawanan saling berbenturan.
Terdengar bunyi yang mengelegar saat mereka beradu tenaga dalam lewat selendang tersebut dan kemudian selendang tersebut hancur lebur tak kuasa menahan tenaga yang berbenturan.
Dengan penuh amarah melihat selendang kesayangannya hancur.
Nyai Putri menggerung keras dan melompat menyerang dengan cakarnya yang kini terlihat mengeluarkan warna ungu.
Sei Banyu pun meladeninya dengan pukulan yang kini berselimutkan cahaya biru.
Pertarungan tersebut sangatlah sengit.
Tanah bergetar dan rumputnya tercabut terhamburan ketika mereka saling mengadu kesaktian.
Setelah melewati banyak adu kesaktian.
Nampak kini Nyai Putri mulai keteteran akibat tenaganya mulai terkuras abis.
Sedangkan Sei Banyu nampak semakin perkasa dalam melakukan penyerangan.
Melihat musuhnya mulai terdesak.
Sei Banyu mulai melakukan serangan dengan pukulan bertenaga kesaktiannya.
Nyai Putri makin terdesak,sesekali dia meladeninya namun sering kali dia menghindari serangan Sei Banyu dengan berlompatan ke belakang atau menyamping.
Pada suatu ketika,Nyai Putri pun akhirnya lengah karena mulai keabisan tenaga.
Tanpa mensia-siakannya.
Sei Banyu melepaskan ajian pamungkasnya yaitu pukulan cakra biru.
Karena tidak ada ruang tuk menghindar akhirnya mau tidak mau.
Dia pun berusaha menangkis serangan tersebut dengan sisa tenaga dalamnya.
Tak ayal tubuhnya langsung terhempas kebelakang dan menghantam tembok di belakangnya.
Dia pun langsung terkapar di tanah tak berdaya dengan tubuh penuh asap.
"Malam ini aku akan menamatkan riwayatmu.Engkau terlalu banyak membunuh orang-orang yang tidak bersalah padamu.Terimalah pukulan terakhirku ini Nyai Putri!".
Dengan menggerakan kedua telapak tangannya.
Kini terlihat cahaya biru bulat memancar.
Dari bulatan kecil kini makin membesar.
Dengan membentak keras.
Dia pun melompat kearah Nyai putri dengan posisi telapaknya terbuka.
"Duarrrr...."
Tubuh Sei Banyu termundur beberapa langkah ke belakang.
Seseorang telah menghadang pukulan telapak tangannya.
"Raja Muda Sangitan.Akhirnya engkau muncul juga tuk menyelamatkan gundik kesayanganmu.Hahahaha!".
"Akhirnya aku bertemu juga dengan kau Sei Banyu!".
"Aku dengar engkau sangat sakti dan sekarang aku ingin menjajal kemampuanku denganmu.Bersiaplah Tuan!".
Dengan bentakan keras,Sei Banyu langsung menyerang dengan kekuatan penuh.
Dia melayangkan tinjuannya ke arah Raja Muda Sangitan.
Dengungan keras dan tangan di penuhi warna biru meluncur deras.
Melihat itu.
Sang musuh pun menyambutnya dengan cakaran yang berselimutkan warna ungu.
Kedua tangan tersebut berbenturan dan menimbulkan bunyi ledakan menggelegar.
Keduanya pun termundur beberapa langkah kemudian kembali melanjutkan serangan.
Pertarungan mulai terlihat sangat cepat.
Keduanya saling mencari kelemahan masing-masing.
Setelah sekian lama bertempur.
Akhirnya mereka pun mencapai puncaknya yaitu saling mengadu kesaktian andalannya masing-masing.
Keduanya sama-sama merapal ajian pamungkas mereka.
Kedua cahaya biru dan ungu meluncur deras dari telapak tangan mereka masing-masing.
Kedua cahaya tersebut saling menekan.
Mencoba saling memukul mundur.
Wajah keduanya pun tampak bergetar hebat karena menahan desakan kekuatan tenaga yang sedang beradu.
Tak lama kemudian mereka pun terlempar dan terhempas ke tanah tertolak tenaga masing-masing.
Basah kuyup baju Sei Banyu dengan keringatnya.
Dia pun mencoba bangkit namun tak mampu.
Di lain pihak sang musuh telah berdiri gagah sembari tersenyum.
"Malam ini biar aku yang tuntaskan hidupmu Sei Banyu!"
Dia pun mengibaskan tangannya dan melancarkan pukulan jarak jauhnya ke arah Sei Banyu.
Sebuah deruan angin yang berwarna ungu meluncur deras.
Sei Banyu hanya menatap pasrah menatap serangan yang datang.
Pada saat paling kritis dan sinar ungu itu semakin mendekat.
Tiba-tiba sesosok bayangan putih merenggut tubuh Sei Banyu dan memapas sinar ungu yang datang.
Seiring bunyi ledakan keras, tubuh Sei Banyu pun menghilang dari tempat itu.
Raja Muda Sangitan langsung memapah tubuh istrinya dan membawanya masuk kedalam rumah.
"Orang itu memang sangat sakti Banyu.Andai aku terlambat sedikit saja maka tubuhmu akan hancur lebur terkena pukulannya!"ujar sang penolong.
Sei Banyu hanya tersenyum menahan kesakitan di dadanya.
"Engkau harus lebih giat berlatih tuk mengalahkannya!"kata Sei Rimba sembari mengobati adiknya ketika tiba di rumahnya.
Tahun demi tahun telah berlalu.
Di pinggiran hutan kadapan semakin ramai di penuhi oleh banyaknya manusia.
Namun keberadaan hutan kadapan tetap tidak terjamah oleh masyarakat di sana.
Palakan pun telah tiada dan perguruannya sekarang di kelola oleh cucunya yaitu Aki Selamat.
Suatu pagi yang cerah.
Tampak seorang anak muda belia sedang duduk bersimpuh di hadapan Aki Selamat.
"Jadi engkau datang kesini tuk berguru denganku,Anak Muda?"
"Benar Paman.Aku ingin menempa ilmu bela diri di perguruan ini !".sahut anak muda tersebut penuh percaya diri.
"Baiklah.Aku melihat engkau memiliki tekad yang kuat dan berani makanya aku bersedia menjadi gurumu!".
"Terima kasi Paman!".
"Siapa namamu Nak?".
"Yusman Guru!".
Diubah oleh vizum78 24-11-2020 22:56
redrices dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas