Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

chieleevanAvatar border
TS
chieleevan
AM I INDIGO???
Quote:


Quote:



Quote:



Bogor, Tahun 1998



Bogor di juluki sebagai kota hujan, seperti julukannya tak jarang hujan turun membasahi kota kecil ini. Ane masih berumur lima tahun. Ane duduk di pinggir jendela ruang tamu melihat anak-anak seumuran ane bermain di bawah derasnya hujan sore itu.
"Ini minum obatnya dulu." Ibu ane keluar dari dalam dapur sambil membawa sebotol obat sirup penurun demam. Ya, ane terkena demam sudah 3 hari karena ane bandel main hujan-hujanan terus. Ibu nyodorin sendok putih kecil yang sudah ada sirupnya.
"Besok aku bisa sekolah bu,? Aku kangen sama Ira." Tanya ane sambil menjilat sisa-sisa obat di sendoknya.
"Iya dong. Besok udah bisa masuk sekolah lagi. kamu udah nggak demam kok." ucap Ibu sambil menempelkan tangan kanannya ke dahi dan leher ane.
Wuzzzzz!!!
Angin kencang berhembus menerpa wajah ane. Aneh ini, jendela nya kan ane tutup terus angin darimana coba. Ane mencoba berfikir positif. mungkin dari ventilasi di atas.



Tik tok tik tok ....
Bunyi detik jam dinding menggema keseluruh ruangan. Suara jangkrik dan rintikan hujan terdengar jelas dari dalam kamar ane yang gelap. Ane terbangun dari tidur ane mencoba melirik ke arah jam dinding di samping Ane. Jam menunjukan pukul 02.00 pagi.
"Ah, masih pagi." pikir ane sambil menarik selimut bermotif polkadot warna biru. Namun, tiba-tiba ane merasa hawa panas di belakang ane. Ane pikir mungkin karena ane baru sembuh dari demam jadi wajar panas. Tapi ternyata semakin lama semakin panas. Bulu kuduk ane merinding. Ane nengok ke Ibu ane yang tidur di samping ane, mencoba teriak sekencang-kencangnya. Tapi nggak bisa. Ane udah teriak nangis-nangis tapi suara ane nggak keluar, ane juga nggak bisa gerakin tangan ane sedikit pun.
tiba-tiba Nyokab di samping ane nengok ke ane, "Ada harapan ..." pikir ane. Tapi ternyata yang ane lihat bukan muka Ibu ane, tapi muka mahluk serem, matanya merah melotot ke ane, hidungnya berdarah, mukanya penuh sayatan kayak orang habis kena cambuk, dan lidahnya panjang. Ane yang udah ketakutan setengah mati cuma bisa tutup mata dan berdoa.
"Tolong, jangan begitu. Aku mau berteman sama kamu." katanya
entah kenapa suaranya menggema di kepala ane berulang-ulang. Ane fokus berdoa dan kemudian semuanya gelap.


"Chil, bangun." Nyokab bangunin Ane. Ane langsung bangun dan cubit pipi ane. Ane takut kalau ini semua mimpi serem kayak semalam. Ane kemudian bangun dan berangkat sekolah.

Setelah kejadian malam itu ane nggak pernah nyenyak tidurnya. Entah ya, ane selalu merasa ada yang merhatiin ane. Sampai suatu ketika ane kebangun jam 1 pagi. Ane haus dan kedapur buat ambil minum. Tiba-tiba terdengar pelan suara langkah kaki.

Tap ... Tap ... Tap ...
Suara itu arahnya dari ruang tamu, semakin lama semakin jelas ane denger itu suara. Ane pelan-pelan kembali menaruh gelas di meja makan dan berlari ke kamar. Sekilas ane lihat ada sosok bayangan hitam di ujung ruang tamu. Kyaaaa!!!! Ane nggak tau apaan deh tuh, ane buru-buru ngumpet di selimut ane. Tapi makin lama, semakin terdengar jelas suara langkah kaki itu. Ane coba nyalain lampu kamar. Adik perempuan ane tidur di samping ane.
"Heh, bangun." ane coba bangunin dia. Dia diam aja.

Tap ... Tap ... Tap....
Suaranya makin jelas dan dekat. Ane udah merinding. Hawa kamar juga udah nggak enak. Ane coba berusaha berdoa. Dan setelah ane berdoa, bener aja suara langkah kaki itu udah nggak ada. Ane masih duduk terjaga, takut tiba-tiba dia muncul dari balik pintu kamar.
Ane rasa udah aman, ane matiin lampu kamar ane dan coba buat tidur lagi.

Klik ... Kliikk ...
Suara kunci pintu kamar ane. "Bah, ini apa lagi?" pikir ane. Ane langsung duduk dan menatap pintu kamar ane. Terlihat jelas gagang pintu yang bergerak-gerak sendiri. Ane udah nggak tau deh mau ngomong apa lagi. Adik perempuan ane nggak bisa di bangunin.
Tiba-tiba ane lihat di atas ventilasi pintu kamar ane kayak ada sosok manusia liliput. Dia di atas sana seakan-akan ngomong gini ke ane, "Aku turun ya, aku samperin. Kita main sama-sama. Aku kesepian" (pada saat si manusia liliput ngomong ke ane emang nggak ada suaranya sih, tapi dia kayak ngomong ke batin ane)

Ane menggelengkan kepala. Ane nggak bisa teriak saat itu. Jawab apa yang dia bilang aja nggak bisa. Ane lihat dengan jelas liliput sebesar ibu jari orang dewasa itu melemparkan tali kebawah ventilasi supaya dia bisa turun dari situ.
"Jangan turun. Tolong jangan." ucap ane dalam hati. Ane nggak bisa lihat jelas liliput itu mukanya kayak apa. karena kamar ane gelap banget cuma dapet penerangan dari luar.
"Oke, aku samperin kamu" kata itu liliput sambil turun dari ventilasi. Ane langsung teriak.
"Kyaaaa!!!!!!!!!!"
Orangtua ane langsung samperin ane ke kamar, adik perempuan ane juga langsung kebangun. Semua langsung lihat ane yang berkeringat dingin.Ane langsung nangi saking takutnya. Ibu ane langsung meluk ane.
Ane coba lirik ke arah ventilasi kamar ane, liliput itu masih ada disana, "Yah, kapan-kapan deh aku main sama kamunya." ucapnya dan kemudian ane nggak lihat lagi wujudnya.


Ane coba cerita ke orang tua ane soal ini, tapi mereka bilang mungkin itu hanya imajinasi ane aja atau cuma mimpi. Ane masih ingat jelas wajah hantu pertama yang ane lihat waktu ane sakit.
Quote:


Kejadian demi kejadian ane alami sampai saat ini, meskipun pindah rumah dan beda kota. Ane masih mengalami banyak hal misterius. Ane nggak tau deh kenapa harus ane yang ngalamin. Ane bakal share cerita terbaru setiap minggunya.

Quote:



Thanks!!!! emoticon-Malu

Jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Toast emoticon-Toast gan ane dehidrasi nulis ini cerita.

emoticon-Sundul Up emoticon-Sundul





Quote:
Diubah oleh chieleevan 01-07-2021 16:36
a9r7a
alexshandra
edam
edam dan 34 lainnya memberi reputasi
35
42.5K
178
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
chieleevanAvatar border
TS
chieleevan
#124
Quote:



Bogor, 2009


Banyak yang bilang apabila kita mengetahui masa depan maka kita dapat mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan. Itu sebabnya banyak orang berbondong-bondong mencari peramal atau cenayang untuk tau masa depan mereka. Tapi tidak semua peramal atau cenayang itu benar-benar dapat melihat masa depan kita, banyak yang menipu demi mendapatkan uang.

Berbeda dari yang orang kebanyakan, justru gue nggak pernah mau tau masa depan seperti apa. Gue mau menjalani hidup ini apa adanya dengan tanpa kekhawatiran akan hari esok. Tapi, gue pun tidak bisa menghindar ketika bayangan tentang masa depan itu hadir dipikiran gue. Biasanya tentang hal-hal kecil dan sederhana seperti, bus apa yang akan gue naiki, atau guru apa yang hari ini nggak masuk. Sesimpel itu.
Namun kali ini, firasat tentang masa depan gue cukup membuat gue gak percaya.

Seperti biasa setiap hari jumat bokap selalu jemput gue sekolah karena kantor pusatnya dekat dengan sekolah gue. Oh iya lupa, gue saat ini masih kelas 2 SMEA dan sekolah gue itu ada kelas pagi dan siang. Karena kelas 2, gue masuk siang dari jam 1 – 5 sore.

Sore itu, gue dan bokap mampir ke sebuah tenda mie ayam langganan kami. Kadang, kalo minggu kita suka ke sini. Semua berjalan biasa2 aja. Sampai ketika, bokap gue terima telepon dari seseorang.

“Halo, lagi ngapain? Udah makan belom? Si entong udah makan juga?” begitulah kira2 percakapannya. Entah kenapa hati gue gak enak, seakan-akan telepon itu mengganggu gue dan tiba-tiba aja terlintas di pikiran gue, “dia siapa? Kok bokap care banget?” gue menghela nafas panjang. “Nyokap mungkin” pikir gue tapi perasaan gue masih gak enak.

Begitu sampai di rumah, gue langsung ke kamar mencoba menenangkan diri sendiri tapi dada gue cukup sesak. Gue minum beberapa gelas untuk melegakan perasaan ini. Gak berhasil.

“Chiel, bangun …” Nyokap gue bangunin gue sambil beresin beberapa buku pelajaran yang berserakan.
Gue terbangun, terus gue inget kejadian kemarin sore, gue masih penasaran. “Ma, Papa di mana?”

“Ada di kamar lagi tidur, kenapa?” Tanya Nyokap lagi.

“Enggak apa-apa.”

Gue dari kecil emang suka geratak dan selalu penasaran sama banyak hal, gue ke meja ruang tengah ternyata handphone bokap gue ada di situ. Langsung gue cek telepon terakhir di sore itu. Gue berharap yang bokap telepon itu nyokap. Tapi ternyata, gue menemukan nama lain. Bukan nomor nyokap. Bukan nama temannya yang biasa gue tau. Ini nama perempuan yang sama sekali gak pernah gue kenal atau pernah dengar namanya.

Deg!

Jantung gue berasa berhenti berdetak. Gue syok. Jari gue masih bergerilya di atas tuts handphone nya. Gue mengecek setiap kotak pesannya dengan detail. Gue harus tau siapa dia dan apa hubungannya dengan bokap gue.

“Chielee!” panggil bokap. Gue bergegas meletakan kembali handphonennya seperti keadaan semula tanpa bergeser sedikitpun.

“Ya, Pa …” gue langsung menghampiri bokap yang lagi di dapur. “Kenapa?” Tanya gue gugup. Gue takut ketahuan nih kalau tadi ngecek handphonennya.

“Itu ada es moni di kulkas, makan gih jatah mu.”

“Oh iya.” Gue ambil es di kulkas dan kembali ke kamar.

Gue kembali berfikir, sebelumnya gue udah cek hp nyokap dan di sana enggak ada panggilan masuk dari bokap sore kemarin. Ah sial! Ini teka-teki macam apa.

Lalu terdengar lirih seperti seseorang berbisik “Dia selingkuh chiel”. Gue terdiam gak percaya. Gue tidak mau mempercayai hal-hal semacam itu. Gue mencoba tidur siang itu menjernihkan pikiran.

****


Hikkksss …. Hiks … Hiks …

Siapa yang nangis? Gue terbangun di ruang tengah. Gue mendengar suara tangisan yang menyedihkan dari kamar gue.
Klek

Gue membuka pintu. Dan gue melihat Nyokap lagi nangis sesenggukan memeluk gue. Wait, gue?! Ah, ini pasti perjalanan ke masa depan lagi. Tsk, lagi-lagi selalu begini. Tapi, gue nangis kenapa?

Gue memandang dari ambang pintu. Nyokap terlihat menenangkan gue, adik gue yg perempuan juga ikut menangis. Ini ada masalah apa sebenarnya? Belum sempat menemukan jawaban itu, gue terbangun.

*****

Gue menceritakan semuanya ke Saeful dan Bayu hari seninnya. Bayu terlihat sedikit ragu menanggapi cerita gue.

“Menurut lo gimana Bay?”

“Hmm entahlah.” Ucap Bayu sambil memotong somay ke ukuran lebih kecil. “Lo kan, enggak mau tau masa depan seperti apa kan?”

“Ya, iya sih. Tapi kan …”

“Selama lo gak meyakini hal itu, semua itu gak akan kejadian.” Bayu meneguk es kelapanya.
“Hmm begitu ya?”

“Iya. Tenang dulu aja.”

“Iya, chiel tenang aja dulu. Itu masih firasat kan, bisa aja salah. Dan siapa tau aja itu bukan Astral projection tapi mimpi lo doang” Saeful menambahkan.

“Hmm baiklah. Gue harap sih, gak kejadian apa2.”

“Makan tuh bakso lo, keburu gue nih yang makan.” Timpal Saeful.

Baiklah, gue harus positif thinking. Gue percaya semua itu tidak ada apa2.

*****


Quote:


Gue naik ke kelas 3 dengan nilai yang bisa di bilang cukup memuaskan. Lumayan lah dapet beasiswa jadi uang SPP dari bokap bisa gue pake buat jajan hehehe (jangan di contoh ya, agan2). Suasana di rumah juga gak ada yang berubah. Mungkin benar kata Saeful, gue keliru. Ya, setidaknya tidak akan mengganggu pelajaran gue.

Kring …..

Telepon rumah berdering. Gue yang lagi sendiri di rumah menghampiri telepon yang ada di ruang tengah.

“Halo”

“Halo, bisa bicara dengan Mas Arsha?” ucap seorang wanita di ujung telepon. Gue terdiam. Nyariin bokap? Kok manggilnya mas?

“Papa lagi ke luar kota Bu, ini dari siapa? Ada pesan, biar nanti saya sampaikan.”

Tut …. Tut …

Telepon itu langsung terputus. Dan semua pikiran gue yang setahun lalu kembali lagi. Gue panik.

“Chiel, udah pulang?” Tanya Papa yang baru aja pulang. Gue mengangguk dan bergegas kembali ke kamar.
Ini nggak mungkin, siapa perempuan tadi. Apa firasat gue selama ini benar?

Tok … Tok … Tok …

“Chiel, ke ruang tengah yuk. Ada yang mau Papa bicarain.”

Glek!

Gue terdiam sejenak kemudian mengikuti langkah papa menuju ruang tengah. Mata mama memerah. Adik2 gue juga udah berkumpul. Gue duduk di sebelah adik perempuan gue.

“Jadi, rumah ini rencananya mau Papa jual, kemudian kita akan pindah ke rumah nenek.” Ucap Papa.

“Kenapa tiba-tiba?” Tanya gue.

“Ya, pindah aja biar suasananya baru. Lagian kan, nenek mu sakit-sakitan di sana.”

“Tapi aku kan belum selesai UN, Adik juga.” Gue mencoba membela.

“Iya, Papa paham. Itu sebabnya, yang pindah duluan Mama sama Axel. Kamu dan adik mu selesaiin ujian dulu. Papa tetap di sini kerja.”
Gue rasanya mau marah. Apa-apaan ini kok ngambil keputusan seenak jidatnya. Kita ini kan, keluarga seharusnya segala sesuatunya didiskusikan dulu, gak begini. Mama menatap gue seakan-akan menyuruh gue untuk diam. Okelah.

*****


Hari ini Mama dan Axel akan berangkat ke rumah nenek. Sebelum berangkat Mama ngumpulin kami. Anak-anaknya (kecuali Axel). Mama menutup pintu kamar. Kami berkumpul. Gue, Poppy, dan mama.

“Sebentar lagi kan, Mama sama Axel pindah ke rumah Nenek. Kalian di sini belajar yang bener sebentar lagi kan Ujian. Jaga diri baik-baik, nurut sama Papa.”

Gue dan Poppy menggangguk. “Sebenarnya ….” Bibir Mama bergetar, ada kalimat yang tak sanggup ia ungkapkan kepada kami. Ia menunduk, menarik nafas panjang dan … “Papa selingkuh” kalimat itu diucapkan dalam sekali hembusan nafasnya.

Gue mendengar itu sontak terkejut. Gak percaya. Firasat gue setahun lalu, firasat gue yang gue abaikan. Ternyata jadi nyata, ternyata mimpi itu kenyataan. Gue menangis sejadi-jadinya sambil mengigit ujung sarung bantal yang gue peluk. Gue kesal. Gue menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Andai saja dulu, gue langsung ngomong sama nyokap dan semua di usut, mungkin gak akan seperti ini. Mungkin semua akan baik-baik aja kalau sudah dicegah dari awal. Gue bodoh. Sangat bodoh.
“Jangan marah sama Papa, kita berdoa aja semoga cepat sadar.” Ucap mama sambil memeluk gue. Gue menyesal. Sangat menyesal.

*****
Nyokap dan Axel pindah ke rumah Nenek. Gue dan Poppy tinggal berdua di rumah yang cukup menyeramkan ini. Setiap malam Papa selalu pergi keluar dan pulang saat subuh sebelum kita berangkat sekolah. Papa gak pernah telepon mama. Papa juga gak peduli sama keamanan kita di rumah.

Suatu malam, Anjing gue menggonggong. Gue keluar buat lihat keadaan dan ternyata nggak ada apa-apa. Gue kunci rapat-rapat semua pintu dan jendela. Gue tidur.

Tengah malam, Poppy bangunin gue katanya dia lihat ada sosok bayangan hitam menyerupai manusia berdiri bawa sebuah kotak dan kotak itu dikasih ke gue, setelah itu bayangan itu masuk ke selimut kita. Gue merinding mendengar ceritanya.
Ketika gue bangun, memang hawanya agak aneh tapi karena gue ngantuk gue tidur lagi. Tak lama gue tidur, pintu kamar gue terbuka sendiri. Poppy udah teriak. Gue bangun, dan melihat kearah pintu.

Dan ….

Ada kakek Tua dengan mata merah, berambut panjang, berjenggot, mengenakan baju rakyat jaman dahulu. Dia menatap kami. Marah. Hawa dikamar semakin tidak enak. Kami berdoa. Kemudian kakek itu pergi begitu aja, setelahnya kami tidak bisa tidur. Hanya duduk termenung dengan keadaan semua lampu di rumah menyala.

****
Gue menceritakan kejadian semalam sama Bayu. Bayu memegang tangan gue. Ia memejamkan matanya. Mencoba menerawang apa yang Kakek itu lakukan sama gue.

“Menurut gue, lo dikasih sesuatu sama dia. Dan itu belum terlihat sama gue apa yang dia kasih ke lo. Bisa jadi hal yang baik, atau buruk. Untuk
sementara lo nginep aja di rumah Putri, si Poppy ajak juga.”

“Iya nanti gue pikirin.”




kemintil98
erman123
rahmat559
rahmat559 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.