Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

IztaLorieAvatar border
TS
IztaLorie
Bisik Kematian (Based On True Story)

Sumber : pixabay.com


Cerita yang ada di sini adalah berdasarkan kisah nyata yang berhubungan dengan kematian. Percaya atau tidak, aku mengalami semua kejadian ini. Mungkin bagi kalian ini hal yang biasa, buatku ini mengerikan.

Jangan lupa subscribe biar nggak ketinggalan cerita selanjutnya. Jangan lupa kasih cendol dan komentar juga ya. Mohon maaf kalau tidak sesuai bayangan kalian.

...

Kami berdua di rumah, tentu saja tidak boleh ikut ke rumah sakit. Kabar mengejutkan itu datang dari keluarga ibu. Buliknya saat ini sedang berada di rumah sakit.

"Ibu pulang jam berapa?" tanyaku pada adik yang sedang asik nonton ftv kesukaannya.

"Mungkin sore, tadi nggak bilang apa-apa sih."

Aku memang belum di rumah ketika bapak ibu berangkat. Rumah terasa sepi, jadinya ikut nonton sama adik.

"Mbak," panggil Kemala.

"Masuk aja," teriak adikku tanpa mengalihkan perhatian.

Bukan hanya Kemala yang masuk rumah, ternyata ada Wanda dan juga Lydia. Mereka ikut bergabung dengan kami.

Sering kali orang salah menilai rumah kami. Penuh dengan anak gadis dan pintu yang berderet membuat orang mengira ini adalah kos-kosan. Padahal kami berkumpul karena semua orang tua sibuk bekerja jadi lebih baik menghabiskan waktu di satu tempat.

Hari-hari kami seperti ini. Bermain bersama, nonton tv dengan heboh. Apa lagi kalau nonton tayangan vampir, hantu cina yang melompat-lompat.

Suara teriakan terdengar. Buru-buru tutup mata tapi masih ngintip dikit-dikit karena penasaran. Vampir buat kami tegang yang nonton.

Menjelang sore, teman-teman berpamitan mau mandi. Sebentar lagi orang tua mereka datang. Kalau hari-hari normal sih orang tua kami yang pulang duluan, tapi ini tidak seperti biasanya.

"Sudah jam segini kok belum pulang juga ya, Mbak?"

"Mungkin nggak ada yang gantiin nunggu." jawabku.

"Makan dulu aja, yuk."

Belum juga beranjak untuk mengambil makanan, telepon yang ada di ruang keluarga berdering. Adikku melesat mengangkat telepon mendahului. Pasti sudah kangen banget sama ibu.

"Ibu kapan pulang?"

"..."

"Oke," balasnya sebelum menutup panggilan.

Adik menatap lesu ke arahku. "Ibu pulang malam, Mbah Lik dirawat di ICU. Nggak ada yang nungguin."

Aku maklum dengan tindakan ibu karena Mbah Lik yang sedang sakit sudah seperti orang tua kedua bagi beliau. Sejak dari kecil ibu sudah bersama keluarga Mbah Lik.

"Paling juga nggak lama lagi meninggal," ujarku tanpa bisa dicegah.

Bola mata adik membesar. "Mbak ini lho. Kalau ngomong dijaga. Gimana kalau keluarga Mbah Lik ada yang dengar? Pasti tersinggung. Masa nyumpahin cepet meninggal."

Aku tahu ini salah, tapi perkataan ini meloncat keluar tanpa bisa diperiksa. Aku bahkan tidak memikirkan hal itu. Memang terdengar keterlaluan. Mungkin harus menahan mulut baik-baik biar nggak terlontar kata-kata seperti itu lagi.

Dering telepon kembali terdengar. Adik mengangkatnya sambil masih memandang tajam diriku. Sudah seperti ibu memarahi anaknya saja.

"Apa? Iya, kami ke sana." Tubuh adik gemetaran ketika menutup telepon.

"Ada apa?" Kusentuh bahunya.

"Mbah Lik meninggal, kita harus segera ke rumahnya."

Aku tertegun, perkataan yang keluar ini benar-benar terjadi. Ini pasti hanya sebuah kebetulan semata.

-bersambung-

Jangan lupa subscribe biar nggak ketinggalan cerita selanjutnya. Kasih cendol dan komentar juga ya. Ini salah satu penyemangat TS buat update 😊
Diubah oleh IztaLorie 15-05-2020 12:08
anomadeni
redbarong
awangho
awangho dan 70 lainnya memberi reputasi
65
23.2K
204
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
IztaLorieAvatar border
TS
IztaLorie
#119
Bisik Kematian part 7

Sumber : pixabay.com


Waktu kejadian memang lompat jauh karena hanya difokuskan pada kasus kematian. Ada beberapa yang dilewati karena aku nggak mau bahas.


...

Seperti biasa, keadaan laboratorium ramai dengan berbagai sampel pasien yang antri untuk dikerjakan.

Dinas hanya berdua jadi harus bagi tugas sebaik mungkin. Gantian jalan ke sana kemari.

"Selamat sore, laboratorium, Tia."

"..."

"Iya, oke." Panggilan itu pun diakhiri.

Aku mempersiapkan box peralatan untuk sampling. Segera melesat pergi setelah berpamitan dengan rekan sekerja karena ini memang panggilan cito.

Pintu lift yang membawaku naik terbuka di lantai 3. Terlihat kesibukan dari perawat yang ada di belakang meja perawat. Salah seorang perawat melambaikan formulir pemeriksaan yang langsung kusambar. Berbelok ke kanan untuk menuju kamar 308.

Ketukan pintu sebagai tanda aku hendak masuk. Bed A tertutup tirai. Terdengar isak tangis dan bisik doa yang dilantunkan oleh beberapa penunggu pasien.

"Selamat sore. Saya dari laboratorium akan melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan gula darah pada pasien." Aku menyebut nama pasien dan mencocokkan identitas di gelang yang berwarna merah muda.

Pasien dalam kondisi tidak sadar di ruang stroke. Kuraih telapak tangannya. Terasa hangat. Pemeriksaan gula darah menunjukkan hasil low. Kupandangi sejenak wajah pasien yang tampak damai.

Mengelus punggung tangannya lalu kembali menyelimuti dengan rapi. Pasien ini masih ada harapan. Dia bisa melewati hari ini.

Berpamitan pada keluarga sebelum meninggalkan kamar untuk menuju meja perawat.

"Mbak Tia, ada satu lagi ya," ujar salah seorang perawat yang menyerahkan formulir.

"Pasiennya juga lemas? Tak sadarkan diri?" tanyaku memastikan kondisi pasien.

"Nggak, Mbak. Cuma pemeriksaan rutin saja," jawabnya.

Langkah kakiku sedikit melambat, tidak secepat tadi yang nyaris berlari.

Sesampai di ruang 304 aku melakukan perkenalan dan mulai melakukan prosedur sama seperti pasien cito tadi.

Pasien itu tersenyum ramah ketika melihatku selesai melakukan pemeriksaan. "Hasilnya berapa, Mbak?"

"Hasilnya 130, Bu."

"Normal ya, Mbak?" tanyanya lagi.

"Iya, normal, Bu."

"Kalau begitu saya bisa segera pulang, Mbak?" tanyanya lagi.

Aku tersenyum sejenak sebelum menjawab. "Coba nanti dilaporkan dokter dulu ya, Bu."

Pasien itu begitu bahagia seakan-akan memang hendak pulang ke rumah. Aku menutup korden sebelum meninggalkan pasien. Berharap benar-benar pulang dalam keadaan sehat karena tangannya terasa sangat dingin, melebihi dinginnya tanganku. Dia terlihat segar dan sangat sehat. Kalau aku bilang sih seperti orang nilapkesebelum pulang ke rumah Bapa.

Senyuman pasien itu juga bikin merinding. Rasanya seperti dia memberi kode pada malaikat pencabut nyawa kalau sudah siap meninggalkan dunia dan ikut pergi.

Sesudah laporan dengan perawat. Aku turun lewat tangga sambil mengunjungi lantai dua dan lantai satu. Kali saja ada yang mau periksa gula darah juga, jadi bisa sekalian ambil. Lantai dua dan satu aman. Langsung kembali ke laboratorium.

Tak berapa lama perawat lantai tiga datang ke laboratorium buat ambil hasil.

"Pasien gula tadi gimana, Mbak?" Sungguh sangat penasaran.

"Meninggal, Mbak. Sepertinya sudah sehat gitu. Nilapke ya, Mbak." Kata-katanya persis seperti yang ada di pikiranku.

"Pasien kamar 304 kan? Yang 308 gimana?"

Perawat itu menyerahkan sebuah formulir pemeriksaan. "Hampir lupa Mbak. Pasien itu cek gula lagi jam enam ya."

Perkiraanku betul. Kuletakkan formulir pemeriksaan pada tempat permintaan pemeriksaan.

"Mbak, memangnya kalau pasien mau meninggal itu auranya beda ya?" Juniorku mendekat.

Aku memalingkan wajah sejenak dari huruf-huruf yang terlihat di komputer.

Memandang wajahnya yang terlihat polos. "Memangnya kamu bisa tahu kalau ada orang mau meninggal? Bisa melihat makhluk halus?"

"Ya, nggak bisa sih. Dengar-dengar aja."

Perhatianku kembali pada layar komputer. "Buat orang yang punya anugerah memang akan terasa berbeda."

Aku kira bakal menemukan teman yang sepertiku, ternyata hanya sekedar bertanya saja.

...


Nilapke : pergi sembunyi-sembunyi (nggak yakin ini terjemahan yang pas tapi paling nggak mendekati lah. Mungkin ada yang tahu pasti arti kata ini bisa bantu komentar)

Indeks cerita bisa diklik di sini
Rapunzel.icious
Mbahjoyo911
redbarong
redbarong dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.