- Beranda
- Stories from the Heart
Balada Kisah Remaja Genit (Jurnal Komedi)
...
TS
tabernacle69
Balada Kisah Remaja Genit (Jurnal Komedi)
Quote:

Jurnal ini dapat membuat orang yang membacanya merasa BOSAN, tidak tertarik lebih lanjut dan kehilangan SELERA untuk membacanya, mereka akan merasa bahwa membaca jurnal serta kisah ini hanyalah membuang buang waktu mereka saja. Membencinya, mengkritiknya, membuangnya, dan melupakannya.
Tetapi bagi mereka yang bertahan, berjiwa santai dan pandai mencicil dalam membacanya.
Sebuah keajaiban akan terjadi.
Dan mereka akan mengingatnya.
..... Jurnal yang bakal saya bagikan ini mostly atau kebanyakan, bakalan bercerita tentang gimana cara untuk survive / bertahan di lingkungan sekolahan yang ekstrim dan berantakan, berandalan, dengan siswa cewek dan cowok yang nakal-nakal banget didalamnya, serta yang kebanyakan senang dan hobi banget mojok plus mesum di kantin belakang sekolah. Hehehe.
Dan nakal disini tuh sebutlah, pakai narkoba, nggak nurut sama guru, tawuran dan lain lain nya... betul betul nggak ada yang bisa dibanggain, apalagi kalau nakalnya masih dari duit orang tua. Tapi jangan emosi duluuu, karena ada pelajaran yang bisa diambil dari kenakalan-kenakalan itu.
* * *
PROLOG
"Bang, kau jangan lupa sama janjimu ya, kau kan anak lelaki, terus kau kan sudah lulus SD juga. Nah sekarang, merantau lah kau ke tempat orang."
Ucapan diatas adalah pesan dari bokap buat saya, karena ditagih janji, dan harus menepati janjinya, keputusan itu pun membuat saya harus memberanikan diri saya untuk pergi merantau ke tempat orang, sebuah tempat yang jauh dari kota kesayangan saya, kota yang saya tinggali.
..... nah waktu ituuu saya lagi ngobrol ngobrol santai sambil menikmati perjalanan sama sopir pesanan bokap di pertengahan malam, waktu itu kalau saya coba ingat ingat lagi secara persisnya..., perjalanan saya ini terjadi di bulan Februari, tahun 2007. Pak Amin namanya.
Sekitar jam setengah dua belas malam, dengan menaiki Range Rover Vogue warna hitam yang saya tumpangi, sopir pesanan bokap saya ini membawa kami melaju secara ekstra hati hati tepat didalam rerimbunan serta gelapnya taman hutan raya Bukit Soeharto.
Di Borneo, Kalimantan Timur.
Bukan karena apa apa, tapi karena kabarnya tempat ini adalah tempat yang super duper keramat.. jadi ya saya nggak bisa sembarangan bertingkah laku di tempat ini. Sompral atau belagu sedikit aja, saya yakin kalau saya bisa hilang di bukit yang menyeramkan ini.
.....
"Mas, kalau kita lagi lewat bukit Soeharto ini saya harap mas banyak banyak berdoa ya, jadi biar nanti kita bisa keluar dengan selamat." obrol si pak Amin kepada saya di saat itu, sambil dia tetap fokus dengan kendali setir yang berada didepannya.
Saya yang nggak tahu apa apa, cuma bisa merasakan bahwa bulu kuduk saya agak merinding. Sebab hanya ada kami berdua di tengah malam itu, dan persis seperti yang supir saya bilang, suasana di bukit Soeharto ini terkenal mencekam dan mengerikan.
Gosip gosipnya sih tempat ini adalah tempat rahasia, dulunya, yang dipakai untuk membuang mayat para preman yang dibunuh serta dikarungi selama pada masa pemerintahan yang terhormat... bapak presiden Soeharto. Tapi ini semua masih katanya ya...
Luar biasa...
Cuman, sebelum saya cerita lebih jauh lagi tentang kisah saya di tahun 2007 sampai dengan 2008 pertengahan itu.., saya pengen omongin satu hal yang bakalan bikin semuanya jadi jelas, bahwa, hidup saya nggak akan dimulai sampai akhirnya saya memutuskan untuk memberanikan diri dengan merantau seperti ini...
Ini adalah sebuah perjuangan yang sudah saya lewati di masa lalu saya, yang ternyata memberikan banyak kesan dan kenangan bahkan sampai hari ini.
Jadi waktu itu saya masih kelas 6 SD, baru lulus banget dari SD, kemudian merantau lah saya untuk cari sekolahan baru dan duduk di bangku SMP.
Hidup dan tinggal di keluarga Soematra memang begini, betul-betul keras didikan nya, meski saya tahu mungkin diluar sana ada yang sudah ditempa meski dari umur yang lebih muda, kayak waktu masih di bangku taman kanak kanak, mungkin? saya nggak hafal gimana persisnya.
Yang jelas waktu kelas dua SD saya pernah diguyur air dingin tepat tengah malam dan disuruh tidur di luar rumah, sama bokap saya, nyokap nangis-nangis dan nggak mampu ngelawan bokap, sampai akhirnya saya pun hampir kena hipotermia, dan kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Itu belum seberapa friends, waktu kelas lima SD saya pernah dijebloskan ke dalam penjara setempat sama bokap saya.
Penyebabnya?
Saya membuat skema ponzi (investasi bodong) di sekolah saya yang menyebabkan teman-teman saya kehilangan uang liburan mereka. Total dana yang saya gelapkan itu senilai puluhan juta rupiah. Under tiga puluh juta waktu itu kalau nggak salah.
Karena hal ini lah, saya dijebloskan kedalam sebuah tempat untuk menterapi anak-anak yang memiliki kecenderungan aneh aneh. Termasuk penjara itu tadi.
Seorang Philargyrist. Adalah orang yang suka dengan uang, bentuknya, gambarnya, teksturnya. Ngomong ngomong, under 30 juta, adalah nominal uang yang kecil dan sedikit sih memang, kalau bisa lebih banyak, saya pengen nya 50 juta atau lebih, tetapi untuk ukuran anak SD di tahun 2005, menurut orang-orang itu adalah hal yang agak tidak wajar.
Selain itu saya punya tendensi sebagai seseorang yang mengidap obssesive compulsive disorder, yang menyebabkan saya melakukan suatu kebiasaan secara repetitif, berulang ulang kali secara terus menerus, disini kasusnya saya punya kecenderungan untuk kembali menyedot uang uang itu lagi, buat saya, koin seratus perak yang sudah lecek dan kumal itu adalah sesuatu yang amat sangat mengundang.
Kalau buat kamu situasi seperti itu adalah angin selewat saja, ya mending buat saya aja duitnya, kenapa? karena setelahnya saya akan mencuci koin itu lalu memasukannya kedalam celengan saya.
Suara dentingan dari koin ituloh.... indah. Dan esensinya buat saya, every coins, matter.
Nah, jadi hukuman yang tepat bagi orang seperti saya adalah mencuci otak serta mental nya secara menyeluruh. Salah satunya adalah dengan men-terapi dan menjebloskan saya ke dalam penjara anak serta tempat praktik psikiater dan psikolog, untuk disatukan dengan kriminil-kriminil cilik atau anak-anak 'special needs' yang lainnya.
Hahahahaha, ya nggak sebegitu juga horornya, karena banyak kok yang pintar-pintar juga, di terapi disini, ada yang savant, ada yang synesthesia, ada yang prodigy, haha, mau apa lo? yang imbecile juga ada kok. Dan duit orang tua mereka nggak tanggung-tanggung kalau udah main ke psikiater dan psikolog. Hahahahaha.
Being a criminal mind, hukuman selanjutnya yang dilimpahkan kepada saya—masih yang kayak begitu juga, akhirnya saya pun pernah terpaksa ikutan tidur dirumah sebuah komunitas pemulung yang tinggal di sekitar komplek perumahan kami, ini waktu di Sumatra selatan kalau nggak salah, (saya kenal sama ketua komunitas pemulungnya, dan saya tidak membatasi diri sih.. asyik-asyik aja) Nah, disanalah saya belajar tentang gimana caranya jadi anak laki laki yang tahan banting. Itu semua belum termasuk bogem mentah dan ikat pinggang bokap.
Makanya saya sering ngebayangin, apa jadinya ya kalau teman teman saya yang dimanja itu, diperlakukan begitu sama Bapak mereka, wah sudah bunuh diri kali mereka. Walaupun anak aparat atau anak pejabat, tapi kalau pola asuh nya kayak pola asuh bokap saya, alamat selesai itu anak-anak manja.
.... juga kalau seandainya saya tidak memutuskan untuk merantau di tahun 2007 silam, saya bakalan tetap diusir juga sama bokap saya, nggak diakui sebagai anaknya, karena lembek, lemah, dan nggak mau berjuang. Bokap emang kejam kalau udah soal yang beginian.
Yang membuat saya mampu bertahan hingga hari ini ya adalah karena diri saya sendiri, karena nggak ada yang bisa menyemangati diri selain kita sendiri.
Alasan kedua, saya orangnya rasional, kalau dipukul itu artinya sakit, ya jangan suka mukul orang lain. Ketiga, saya orangnya senang gagal, karena dari gagal saya bisa belajar.
Keempat, saya anak bandel, nggak sempurna, dan suka belajar dari kesalahan yang dibuat oleh diri sendiri.
Kelima? nggak ada, jangan banyak banyak hehe, nanti pusing coy.
* * *
Dan juga... saya nggak akan tulis kisah saya ini kalau motivasinya kurang kuat.. saya sengaja tulis jurnal saya ini untuk mengingat masa masa itu, juga untuk mengenang perempuan terbaik, yang pernah hadir ke dalam hidup saya, selain nyokap saya sendiri tentunya...
Dan ini rasanya sungguh klise (biasa aja) memang... kalau dipikir pikir lagi, tapi ya, saya paham lah resikonya sedikit mengorek masa lalu itu kayak gimana. Makanya saya beranikan untuk menulis ini.
Jurnal dan kisah ini... juga saya tulis dan ceritakan ulang untuk menghormati orang orang didalam kehidupan saya. Harapan saya, semoga saya lancar menulisnya sampai akhir, karena ini bisa dibilang enggak banyak juga.
Jadi ya semoga saya bisa bawa alur cerita saya ini secara ringkas, padat dan jelas. Biar nggak ada yang pusing apalagi sampai sakit jiwa waktu ngebacanya.
So, nama saya Arang (Ara), sering dipanggil begitu karena kadangkala sifat saya yang menyengat kayak bau belerang, dan ini, adalah balada kisah hidup saya.
* * * * *
Indeks
Part 1 — Lagi enak-enaknya, saya ditendang.
Part 2 — Bokap saya yang kamu tidak sukai.
Part 3 — Life is normal.. kalau kamu lagi boker.
Part 4 — Seperti Arang, seperti belerang.
Part 5 — Jangan sampai, berpisah...
Part 6 — Saya yakin, diatas langit, masih ada langit.
Part 7 — Saya yang bawa pesta nya ke tempat kamu.
Part 8 — Masa lalu saya yang terancam punah.
Part 9 — We live in a world full of danger.
Part 10 — The GIANT remains incognito.
Part 11 — Shiz's Laik Dat Maighti Soerawizeza.
Part 12 — Teori sandal jepit Swallow hitam punya saya.
Part 12.2
Part 13 — Waktunya-kamu-ikut-saya-main.
Part 13.2
Part 14. — Mengupas tuntas, menyingkap tabir..
Part 15 — Kita tanding ulang, lo berani?
Part 15.2 — Every hotel is waving.
Part 16 — Saya harus mengingat kembali beberapa aturan lama...
Part 17. — One Level Above
Part 18. — Saya, Gog Magog, kamu, dan kabar yang mengejutkan.
Part 19. — Perdebatan diantara kamu dan saya.

Part 20. — Saya kembali ke tahun 2006.
Part 21. — Jalan Van de Venter.
Part 22. — Saya, moving to Borneo.
Part 23. — Saya dalam dunia perantauan.
Part 24 — Saya, kehidupan baru, dan bencong di masa lalu.
Part 25 — Borneo, saya dan kehidupan yang gokil abis!
Quote:
House of the suspects.
Ilustrasi tokoh.
Ilustrasi tokoh.
Quote:

Polling
Poll ini sudah ditutup. - 0 suara
Siapa tokoh yang paling kamu benci?
Freya
0%
Arang
0%
Burnay
0%
Asbun
0%
Dedew
0%
Diubah oleh tabernacle69 29-11-2020 17:52
makgendhis dan 50 lainnya memberi reputasi
49
49.5K
Kutip
632
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
tabernacle69
#125
Part 12. — Teori sandal jepit Swallow hitam punya gue.
Quote:
Masih di kota Bandung, sekitar tahun 2005, siang hari itu di sekolah dasar negeri kami semua, sekolah dasar Suryakala namanya, gue, Ireng dan beberapa kawan perempuan dari kelas kami yang lainnya, lagi asyik duduk-duduk didepan kelas 5B, tepat dibawah pohon cemara yang lumayan rimbun, kami bersantai diatas kursi yang terbuat dari bata dan diperhalus dengan semen.
Saat itu, cuaca sedang cerah dan berangin lembut, jadi Bandung lumayan sejuk di hari itu, dengan kami yang sedang menghabiskan jam istirahat kami setelah jam pelajaran IPS nya Ibu Hilda selesai dilakukan. Seperti biasa, gue dan geng perempuan di kelas gue dalam balutan seragam merah putih dan rompi merah kotak kotak ala sekolahan kami, sedang menikmati lidi pedas batangan dan ngobrol ngobrol ringan didepan kelas kami.
Obrolan pun dimulai dari seorang gue, "Girls, elo pada tau nggak, rasanya nginjekkin kaki di atas sendal jepit Swallow warna item yang umurnya udah hampir setengah taun?" ucap gue memecah keheningan di kala itu.
"Nggak deh, kasihtau gue dong?" kata Ireng seketika.
"Daripada gue pake kasitau segala, mending lo langsung cobain aja deh, nih, pake sendal gue." ucap gue seraya menginstruksi kepada Freya, sedangkan cewek yang lain asyik memperhatikan. Disana ada Lody, Clarissa dan satu lagi bau sengit Aulia, itu orang spice girl alias eangi seorang diva banget, rada sakit hidung gue kalo dekat dekat sama dia, bau parfumnya, menyengat euy... hehehe.
"Buka sepatu lo, Reng," lalu gue pun mencabut sendal Swallow milik gue dan melemparnya ke sebelah si Freya.
Waktu itu penampakan nya yang hanya ada anak-anak lain yang sibuk bermain bola di lapangan yang berjarak dekat dari sebuah tiang bendera di sekolah ini, dan beberapa orang dari mereka ada yang lagi duduk duduk santai aja, di tangga dekat ruang perpustakaan pada sekolahan kami. Denah sekolahan ini tuh, bisa gue bilang, lumayan luas, kalau dihitung mungkin luasnya bisa sekitar dua ribu meter persegi.
Kebanyakan makan tempat sih memang, tapi kalau nggak salah 80 persen lahan nya sudah terpakai dan dimanfaatkan semua kok, bahkan sampai ke kantin belakang sekolahan kami, tapi tetap saja, masih lebih edan kantin depan sekolah kalau dibandingkan dengan yang dibelakang itu. Sedangkan untuk lahan yang tidak terpakai, biasanya dipakai sebagai sarana berkegiatan warga sekitar sekolahan.
***
"Ih, kok kasar," kata Freya ketus sama gue, setelah gue melempar sendal kearah kakinya.
"Udah cepet pake lah Reng, gue mau lanjut ke aula nih soalnya." kata gue sambil berjongkok dibawah dia.
"Ati ati, itu Skechers baru mommy gue beli di S'pore (Singapura), jangan sampe lecet yah Rang." kata Freya lagi, terus gue mulai diketawain sama teman-teman cewek kami yang juga duduk disebelah si Freya. Gue sih bodoh amat lah ya.
"Resek lo Reng, tante gue pake McQueen aja nggak sensitif kayak begini." omong gue pedas ke si Freya, dan disinilah dimulainya anak itu jadi cemberut.
Freya pun cuma bisa diam.
"Gue bantuin buka sepatu lo ya?" kata gue lagi, mencoba untuk menebus galaknya gue disaat itu juga.
"Iya." jawab Freya lagi, lalu gue pun mulai membukakan sepatunya dan melihat, bahkan, untuk ukuran kaus kaki pun, ini anak harus pakai barang dan merchandise dari merek Disney...
Luarbiasa memang kalau diingat ingat lagi, kadang gue suka bersyukur bahwa gue punya bokap yang mengajarkan gue kalau beli kaus kaki itu yang harganya 10 ribu tapi dapat tiga biji saja, karena sisa cuan (duit) nya bisa ditabung untuk membeli buku paket yang biasa dijual di sekolah, atau keperluan gue yang lainnya...
Atas nama apapun itu, gue geli berat sebenarnya kalau harus mengingat dan menulis masa-masa ini lagi... tapi nggak apa-apa lah, karena ini juga jadi ketawa ketawa lagi pas gue menulisnya. Membawa secuil kebahagiaan buat gue.
Nah, sekala (ketika) gue sedang membukakan sepatu nya si Freya, ada seorang anak perempuan, yang baru saja keluar dari dalam kelas 5A, sebuah kelas yang menjadi tetangga dari kelas kami, yaitu kelas 5B.
Lalu setelah itu dia pun mulai mengejek ejek gue, teriak-teriak sambil ngomong begini, "Arang biadab, Arang biadab, Arang biadab, Arang suka nya sama si Nigger... hahahahaha." (nigger ini adalah istilah yang biasanya disematkannuntuk orang dengan kulit gelap, dan Freya adalah salah satunya) sambil melompat lompat kegirangan dengan tujuan yang sebenarnya hanya untuk nge-tease / memain mainkan perasaan gue aja, gue nggak pernah ambil hati banget sebetulnya.
Dan yah, bukan Freya namanya kalau nggak galak, cepat sensian, cepat tengsin, cepat ngambekan..., maka setelah itupun, Freya langsung membabat habis perempuan itu, "Heh CINDIL! (anak tikus) gue tunggu lo di kanti—" teriak Freya lalu ucapannya dipotong oleh gue.
"Frey... behave." (kontrol sikap) setelah memotong ucapan Freya, gue pun akhirnya berhasil memasangkan kedua buah sandal jepit itu di kaki Freya dan mencubit mata kakinya.
"Gue kalo bukan gara-gara tradisi mami gue, suer deh, nggak akan mau gue disekolahin disini, Rang, mending di Temase* kek, di Raffle* kek, di Sekokah Alam, kek, di mana yang nggak ada orang-orang nggak jelasnya kayak sepupu lo yang nyebelin itu tuh, ah!" keluh Freya berterus terang kepada gue, padahal kayaknya satu tahun kedepan kami akan segera hengkang dari sekolah ini. Tapi si Freya mah memang sudah bosann dari jaman dia masih duduk di bangku kelas empat...
Reconciling People
(mengakurkan orang-orang)
Teman-teman, sudah bukan rahasia lagi kalau rivalitas serta persaingan berat dari SDN Suryakala 3 dengan 4 itu dimulai dari sejak masih berada di bangku pertama pada sekolah dasar ini. Jadi kalau misalnya gue ada di kelas 5B, siapalagi, karena sudah pasti lah... musuh bebuyutan nya kelas kami itu adalah seisi kelas 5A, jadi nggak heran yag kalau melihat kami ini terus menerus bersaing dalam segala macam bidang di lingkungan bersekolah disini...
Bidang yang menjadi persaingan kami ada banyak macamnya, seperti nilai total keseluruhan siswa dalam satu kelas, kemudian karakter dari para siswa nya, belum lagi ditambah dengan kegiatan ekstra kurikuler yang menjadi persaingan sengit dari para siswa lelakinya, nah, satu diantaranya adalah persaingan dalam lingkungan bersosialisasinya... yang akan gue contohkan seperti pada beberapa percakapan berikut ini...
"Popppp, sini bentar Popppp," ucap gue berusaha memanggil orang yang barusan saja asyik mengejek gue itu.
"Ya, dengan siapa, dan ada apa ya?" ucap Opop yang pura-pura nggak mendengar dari pintu depan kelas 5A itu, salah satu kelas yang dinobatkan sebagai kelas favorit di sekolah kami ini...
Yah, dan gue memang sengaja mengenang kembali yang satu ini karena gue ingin adanya sebuah perbandingan nanti, di masa masa saat kami masih kumpul bocah, masih kecil, maksudnya, dengan kami yang ternyata sudah pada besar-besar, dan lagi-lagi, keadaan dalam hidup kami ini selalu digambarkan seperti sebuah lagu yang pernah gue ciptakan untuk Bapak Budi, seorang guru musik di kelas kami.
Beliau dulu sempat membuat sebuah tugas, tugasnya seperti begini, "Anak-anak, kalau kalian mau lulus dari sekolah kita ini... kalian harus buat lagu ciptaan kalian terlebih dahulu, baru nanti kalian nyanyikan didepan Bapak, ya." demikian kata Bapak Budi.
Dan bernyanyilah gue akhirnya didepan Bapak Budi serta ratusan murid lainnya pada angkatan kami, lirik dari lagu yang gue ciptakan itupun selalu sama sejak tahoen 2006 silam, tak pernah berubah, tak pernah terlupakan juga rasanya, dan liriknya adalah seperti ini...
"Tanpa terasa.. ku beranjak dewasa..
Sekejap saja.. ku sadar tlah mengalaminya..."
"Terima kasih, Ibu, dan Bapak guru, kini saatnya kalian melepaskan kami dari sekolah jni." ucap gue kemudian mundur dari podium depan kelas 6A.
Lagu yang JELEK! nggak ada yang tepuk tangan, tapi semua anak di kelas gue pada saat itu tertawa juga menangis pada saat yang bersamaan, mereka bilang lagu ini adalah lagu terpendek yang paling membekas di hati mereka. Maka bergetarlah seisi kelas itu...
Mereka yang tertawa, termasuk si Opop yang pintar dan lincah, Freya yang selalu tampil dengan api di kepalanya, elo memang galak ya Frey, tidak bisa disangkal lagi.
Kemudian ada Nirwana, yang dulu gue sempat agak naksir sama dia, terbukti, karena setiap kali Nirwana lewat didepan gue, gue selalu dingin kayak balok es, salah gestur dan bahasa tubuh. Saking se kalut itunya pergerakan tubuh gue, Freya selalu mendorong badan Nirwana agar bisa bertemu dengan badan seorang gue. Niwana adalah anak kelas 5A, jadi kudu rada elit kalau mau nge gebet dia.
Ah... those wonderful times. Kalau boleh gue putar ulang waktu, gue kepengen berkunjung dan melipir lagi ke masa-masa itu...
Dan hampir aja lupa, ada Alody juga, yang selalu mau jadi ban serep dan cadangan gue—apapun keadaan nya, senyum lo tetap manis dan mata lo tetap berbicara, walaupun jarak tatapnya rada sempit, maaf ya Lod, i love you full deh pokoknya. Lesung pipi dan bracket gigi lo itu... unforgettable deh rasanya. Happy-happy ya sama suami baru elo sekarang.
Maka dengan ini..., gue resmikan kembali kesempatan gue untuk mulai menorehkan lagi tentang masa masa bersama dengan kalian, tepatnya, setelah pesan-pesan berikut ini....
*JedaIklanduluselama30Detik*
* * *
Saat itu, gue kembali memanggil orang yang sudah mengejek gue sejak beberapa waktu sebelumnya... gue pun memutuskan untuk ngomong dan melambai kearahnya.., "Hai Pop... mau duit nggak? sini lah..." pancing gue ringan. Nggak lama kemudian, dia pun langsung datang kearah gue.
"Hai, Freya, hahaha." cewek ini pun langsung nyengir dan mendadahi kecil-kecil ketika berhasil tiba tepat di sebelah kami. Namun wajah Freya masih aja tetap cemberut meskipun dia sudah diajak bercengkrama sedemikian rupanya oleh gue dan orang yang ngejailin nya ini...
Temuilah... Opop, let's say begitu aja lah ya namanya... gue sebelumnya udah pernah coba tulis dan gambarkan tentang dia, tunggu bentar deh ya, gue coba buat copy paste lagi kesini deh mengenai gambaran tentang sosok si dia.
Kenalin.., Opopmie..., bercanda Pop.
Opop adalah salah satu anggota dari geng di masa SD kami, seperti yang sudah gue sebutkan pertama kali, zodiaknya sih Gemini, tapi coba tebak deh dia lahir di bulan apa. Orangnya manis, semanis sifat aslinya.
Sejarahnya panjannnnng banget kalau udah ngejelasin soal si Opop, tapi yang jelas, Opop itu punya paras wajah yang ayu, dan, kalau kata orang jawa nya tuhhh, "Walah, ayu tenan rek..." berarti dia punya rambut hitam tebal bergelombang yang rajin disisir, tulang wajah berbentuk oval, hidung yang mungil, bibir yang pas sekali ukuran nya.
Serta tatapan bermakna mendalam yang terpancar dari kedua matanya..., waw..., kalau dia lagi senyum, senyumnya juga bagus, klasik, mirip kayak senyum milik Ibu nya, tapi kalau secara keseluruhan, dia mirip banget sama sosok Ayah nya.
Opop.. orangnya kreatif! suka baca buku, dan suka segala hal yang bersifat dinamis, tapi enggak lupa mikir juga... jadi nggak cuma cengar-cengir doang kerjanya itu, terus... busana kesukaan nya tuh asyik dipandang, nggak bisa di prediksi, tapi yang jelas, dia paling suka pakai kemeja chambray buat cewek, jaket yang ada tudungnya dan celana jeans panjang berwarna biru gelap. Agak tomboy sih, tapi tetap gaul dan enak dilihat lah pokoknya.
Opop juga bisa banget nyanyi, main gitar, ngelucu, beres beres rumah, ngerjain tugas sekolah nya, dan nge gambar komik strip lucu plus garing gitu, serta bikin lagu yang melodi sama liriknya nggak hilang hilang dari ingatan kita semua (termasuk gue) walau sudah 10 tahun lamanya berlalu. Berikut ini adalah lirik lagu ciptaan dia;
Kepada sang waktu..
Beri aku kesempatan..
Mengenang saatku..
Bertemu dengan dirinya...
Sekian tahun pun akhirnya berlalu semenjak saat itu, dan masih, gue enggak pernah bisa lupa sama lirik dari lagu ciptaan si Opop. Keren, dan itulah panggilan dari orang orang untuk dia, Opop si keren. Grup musik kesukaan nya adalah Bee Gees dan The Beatles, kalau versi Indonesia nya mungkin Dewa 19, dan Ten 2 Five.
Pokoknya menyihir banget lah! kalau udah ketemu sama si Opop ini, karena orangnya asyik diajak bercanda dan (seringkali) dia rela dan mau mencoba untuk mengerti tentang perasaan kita. Tapi bukan berarti kita bisa seenaknya sama dia ya gengs!
.....
Update dan tambahan terakhir dari ogut, eh, dari gue maksudnya, kalau masih pada bingung jugaaa buat membayangkan sosok yang satu ini, silakan aja bayangin sosok VJ MTV yang sempat beken di tahun 90 an itu, tapi versi lebih muda nya lagi ya... bayangkan aja lebih imut dan lebih kecil lagi.
Ngomong-ngomong, VJ yang mana nih, bung? kalau ternyata mirip Nadya Hutagalung kan gawat, karena si Opop kan warna kulitnya sawo matang, bukan putih... jadi ya bisa dibilang... mirip siapalagi, kalau bukan mirip Sarah Sechan... si Opop mirip banget lah, kayak Sarah Sechan itu.
Walaupun kadang gue nggak bisa protes juga... kalau sebenarnya si Opop paling hobi nge-compare dirinya sendiri sama sosok Dian Sastrowardoyo... even today, gue suka ketawa dalam hati, karena jujur, mau semirip siapapun dia, yang paling cantik itu ya dirimu sendiri, Pop....
*LangsungditraktirLanvinsamaOpop*
Nah, rebes tuh... kesempatan gue untuk ngegambarin tentang satu sosok didalam jurnal kehidupan gue, di bagian ini, gue nggak akan nodai lebih jauh lagi dengan mendeskripsikan tentang tokoh yang lainnya... (ngantri dulu yee hahaha) karena ini khusus si Opop, juga gue harus kembali kepada teori sandal jepit Swallow hitam kepunyaan gue, jadi biar relevan dan sesuai dengan judul diatas itu...
Kembali ke momen di siang hari itu, di sekolahan kami... kembali ke percakapan bocah-bocah yang baru pubertas lagi ya...
"Elo nggak usah sok akrab." jawab Freya ke arah si Opop.
"Oh pantes, lagi ada temennya, Rang," bisik Opop di belakang Freya, tapi dia sih ngomongnya kearah gue.
"Maksudnya Pop?" tanya gue rada bingung.
"Iya, lagi bocor." kata opop lagi, jail dan nunjuk nunjuk ke arah kepalanya si Freya. Sedangkan si Freya manyun cemberut di bawahnya.
"Oh..." kata gue yang waktu itu baru nyoba berkenalan sama mahluk ganas yang bernama menstruasi, ditambah Freya, jadi paket lengkap kayak ayam bumbu pedas... menggoda tapi berbahayaaaa hahahahaha.
Dannn, bukan rahasia umum lagi kalau di ranah persahabatan kami, kalau kita berhasil membuka satu pintu, kunci untuk pintu yang lain biasanya akan terbuka sendiri dengan begitu mudahnya... artinya, kalau kita berhasil memanggil si Opop, biasanya ada CS-CS dan bodyguard lain yang bakalan selalu setia menemani si dia...
Contohnnya seperti yang satu ini... "Opopppppp!" teriak seseorang dari kejauhan. Gue absen satu per satu, totalnya ada enam, siapa saja mereka...
________
P.S: Muka lo jelek Frey, manyun nya gue nggak suka, asem banget. Kayak rujak mangga muda tau nggak lo waktu itu tuh.... hahahahaha.
"Opopppp!" teriak seorang perempuan. Meskipun ada yang demikian rusuh dan berteriak, Freya masih aja sama, cemberut dan menaruh kedua tangan dia tepat didepan dadanya.
"Eh, Dew, darimanaa..?" tanya Opop kepada si tukang teriak.
"Dari kantin..." jawab dia lagi, halus.
"Oh... oke..." jawab Opop lagi. Lalu tepat dibelakang mereka ada lima orang cowok-cewek, cowok-cewek, dan cowok, bingung juga... ada yang sepasang soalnya. Diantara mereka itu hadirlah si Winsa, gue bukannya kenapa napa sama si Winsa ini, tapi ini orang rada-rada gila, dan memang terkenal begitu di lingkungan kami semua... jadi waktu itu gue langsung jaga kuda-kuda, kali kali Winsa mulai tantrum didepan kami semua... kan repot juga ntar jadinya...
Nggak lama kemudian kami masih nongkrong di bawah pohon cemara itu, ini yang tadinya jadi ajang gosip-gosip-senyap ala gue dan Freya (plus beberapa anak cewek dari kelas kami), malah jadi tempat nongkrong diantara dua benua, yaitu kelas 5B dan 5A, dan itu jawabannya hanya ada satu; cuma terjadi kalau elo ngajak si Opop. Se populer itulah dirinya di sekolah kami sampai akhirnya kalau dia ditanya kenapa bisa dan mau main sama kami oleh anak-anak yang lain, dan bagaimana pendapat dia terhadap kami...
Jawabannya dia sih simpel banget ya gue rasa... Opop bakalan bilang begini, "Aku suka main sama Freya, karena orangnya eksklusif, dan aku suka main sama Arang, karena kami jadi bisa nge jailin Freya, yang manyun nya itu lho...." hal itu pun berakhir dengan Freya yang cemberut sampai keesokan harinya. Gue sih bukannya apa-apa, tapi yang namanya Mangolu Freya Panjaitan itu pintar nya udah nggak pakai toleransi lagi..., ini anak kalau udah soal prestasi, gue pun terpaksa harus angkat topi.
Dan siapalagi lah saingan dia, kalau bukan si Opop itu sendiri, yang selalu berada di posisi kedua, dengan tingkahnya yang kayak hantu, selalu mengekor dibelakang si Freya, hantu yang jail dan ngeselin, kali kali Freya lengah, boleh nih direbut posisi nomor satunya. Tapi sayangnya ini tidak terbukti, karena sampai kami jadi alumni dari sekolah ini pun, Freya masih tetap memegang posisi nomor satu....
Selanjutnya kembali lagi ke percakapan diantara kami...
"Kalian lagi pada ngapain...?" tanya Dedew sambil menyeruput minuman yang nampaknya baru dia beli dari kantin belakang, sambil memeluk-meluk bagian punggung si Opop.
Gue mencoba menjawab, "Ini.., aku lagi nyobain sendal buat Frey—" lalu dalam sekejap, ada orang ngomong, "DAMN, man! since when you've become a cobbler?
" (sialan, bro, sejak kapan elo jadi tukang sepatu?) kata seorang cowok dari arah belakang kerumunan di tongkrongan kami.
"Fuck off, Ashburn.
" balas Freya singkat dan galak, yang ini galaknya jadi bener bener keluar ternyata.
"Fuck off tahi kuda lo, nyet—elo jadi princess Disney nih sekarang?
" tanya dia lagi lalu merangsek dan berdiri angkuh tepat di sebelah Freya.
Lalu Ashburn lanjut ngomong lagi, "Itu si Ara ngapain pake jongkok-jongkok segala, mau ngoral (menjilat 'nganu') punya si Bendil lo Ra?
" tunjuk dia ke arah gue.
Sedetik kemudian, "PALMAAAAAAAAA!" suara si Dedew yang kecil itu pun keluar oktaf aslinya.
"NGGAK SOPAN KAMU NGGAK SOPPANNNNNNNN!
" jeritnya histeris.
Boom Shaka Laka BOOM-BOOM!
Saat itu, cuaca sedang cerah dan berangin lembut, jadi Bandung lumayan sejuk di hari itu, dengan kami yang sedang menghabiskan jam istirahat kami setelah jam pelajaran IPS nya Ibu Hilda selesai dilakukan. Seperti biasa, gue dan geng perempuan di kelas gue dalam balutan seragam merah putih dan rompi merah kotak kotak ala sekolahan kami, sedang menikmati lidi pedas batangan dan ngobrol ngobrol ringan didepan kelas kami.
Obrolan pun dimulai dari seorang gue, "Girls, elo pada tau nggak, rasanya nginjekkin kaki di atas sendal jepit Swallow warna item yang umurnya udah hampir setengah taun?" ucap gue memecah keheningan di kala itu.
"Nggak deh, kasihtau gue dong?" kata Ireng seketika.
"Daripada gue pake kasitau segala, mending lo langsung cobain aja deh, nih, pake sendal gue." ucap gue seraya menginstruksi kepada Freya, sedangkan cewek yang lain asyik memperhatikan. Disana ada Lody, Clarissa dan satu lagi bau sengit Aulia, itu orang spice girl alias eangi seorang diva banget, rada sakit hidung gue kalo dekat dekat sama dia, bau parfumnya, menyengat euy... hehehe.
"Buka sepatu lo, Reng," lalu gue pun mencabut sendal Swallow milik gue dan melemparnya ke sebelah si Freya.
Waktu itu penampakan nya yang hanya ada anak-anak lain yang sibuk bermain bola di lapangan yang berjarak dekat dari sebuah tiang bendera di sekolah ini, dan beberapa orang dari mereka ada yang lagi duduk duduk santai aja, di tangga dekat ruang perpustakaan pada sekolahan kami. Denah sekolahan ini tuh, bisa gue bilang, lumayan luas, kalau dihitung mungkin luasnya bisa sekitar dua ribu meter persegi.
Kebanyakan makan tempat sih memang, tapi kalau nggak salah 80 persen lahan nya sudah terpakai dan dimanfaatkan semua kok, bahkan sampai ke kantin belakang sekolahan kami, tapi tetap saja, masih lebih edan kantin depan sekolah kalau dibandingkan dengan yang dibelakang itu. Sedangkan untuk lahan yang tidak terpakai, biasanya dipakai sebagai sarana berkegiatan warga sekitar sekolahan.
***
"Ih, kok kasar," kata Freya ketus sama gue, setelah gue melempar sendal kearah kakinya.
"Udah cepet pake lah Reng, gue mau lanjut ke aula nih soalnya." kata gue sambil berjongkok dibawah dia.
"Ati ati, itu Skechers baru mommy gue beli di S'pore (Singapura), jangan sampe lecet yah Rang." kata Freya lagi, terus gue mulai diketawain sama teman-teman cewek kami yang juga duduk disebelah si Freya. Gue sih bodoh amat lah ya.
"Resek lo Reng, tante gue pake McQueen aja nggak sensitif kayak begini." omong gue pedas ke si Freya, dan disinilah dimulainya anak itu jadi cemberut.
Freya pun cuma bisa diam.
"Gue bantuin buka sepatu lo ya?" kata gue lagi, mencoba untuk menebus galaknya gue disaat itu juga.
"Iya." jawab Freya lagi, lalu gue pun mulai membukakan sepatunya dan melihat, bahkan, untuk ukuran kaus kaki pun, ini anak harus pakai barang dan merchandise dari merek Disney...
Luarbiasa memang kalau diingat ingat lagi, kadang gue suka bersyukur bahwa gue punya bokap yang mengajarkan gue kalau beli kaus kaki itu yang harganya 10 ribu tapi dapat tiga biji saja, karena sisa cuan (duit) nya bisa ditabung untuk membeli buku paket yang biasa dijual di sekolah, atau keperluan gue yang lainnya...
Atas nama apapun itu, gue geli berat sebenarnya kalau harus mengingat dan menulis masa-masa ini lagi... tapi nggak apa-apa lah, karena ini juga jadi ketawa ketawa lagi pas gue menulisnya. Membawa secuil kebahagiaan buat gue.
Nah, sekala (ketika) gue sedang membukakan sepatu nya si Freya, ada seorang anak perempuan, yang baru saja keluar dari dalam kelas 5A, sebuah kelas yang menjadi tetangga dari kelas kami, yaitu kelas 5B.
Lalu setelah itu dia pun mulai mengejek ejek gue, teriak-teriak sambil ngomong begini, "Arang biadab, Arang biadab, Arang biadab, Arang suka nya sama si Nigger... hahahahaha." (nigger ini adalah istilah yang biasanya disematkannuntuk orang dengan kulit gelap, dan Freya adalah salah satunya) sambil melompat lompat kegirangan dengan tujuan yang sebenarnya hanya untuk nge-tease / memain mainkan perasaan gue aja, gue nggak pernah ambil hati banget sebetulnya.
Dan yah, bukan Freya namanya kalau nggak galak, cepat sensian, cepat tengsin, cepat ngambekan..., maka setelah itupun, Freya langsung membabat habis perempuan itu, "Heh CINDIL! (anak tikus) gue tunggu lo di kanti—" teriak Freya lalu ucapannya dipotong oleh gue.
"Frey... behave." (kontrol sikap) setelah memotong ucapan Freya, gue pun akhirnya berhasil memasangkan kedua buah sandal jepit itu di kaki Freya dan mencubit mata kakinya.
"Gue kalo bukan gara-gara tradisi mami gue, suer deh, nggak akan mau gue disekolahin disini, Rang, mending di Temase* kek, di Raffle* kek, di Sekokah Alam, kek, di mana yang nggak ada orang-orang nggak jelasnya kayak sepupu lo yang nyebelin itu tuh, ah!" keluh Freya berterus terang kepada gue, padahal kayaknya satu tahun kedepan kami akan segera hengkang dari sekolah ini. Tapi si Freya mah memang sudah bosann dari jaman dia masih duduk di bangku kelas empat...
Reconciling People
(mengakurkan orang-orang)
Teman-teman, sudah bukan rahasia lagi kalau rivalitas serta persaingan berat dari SDN Suryakala 3 dengan 4 itu dimulai dari sejak masih berada di bangku pertama pada sekolah dasar ini. Jadi kalau misalnya gue ada di kelas 5B, siapalagi, karena sudah pasti lah... musuh bebuyutan nya kelas kami itu adalah seisi kelas 5A, jadi nggak heran yag kalau melihat kami ini terus menerus bersaing dalam segala macam bidang di lingkungan bersekolah disini...
Bidang yang menjadi persaingan kami ada banyak macamnya, seperti nilai total keseluruhan siswa dalam satu kelas, kemudian karakter dari para siswa nya, belum lagi ditambah dengan kegiatan ekstra kurikuler yang menjadi persaingan sengit dari para siswa lelakinya, nah, satu diantaranya adalah persaingan dalam lingkungan bersosialisasinya... yang akan gue contohkan seperti pada beberapa percakapan berikut ini...
"Popppp, sini bentar Popppp," ucap gue berusaha memanggil orang yang barusan saja asyik mengejek gue itu.
"Ya, dengan siapa, dan ada apa ya?" ucap Opop yang pura-pura nggak mendengar dari pintu depan kelas 5A itu, salah satu kelas yang dinobatkan sebagai kelas favorit di sekolah kami ini...
Yah, dan gue memang sengaja mengenang kembali yang satu ini karena gue ingin adanya sebuah perbandingan nanti, di masa masa saat kami masih kumpul bocah, masih kecil, maksudnya, dengan kami yang ternyata sudah pada besar-besar, dan lagi-lagi, keadaan dalam hidup kami ini selalu digambarkan seperti sebuah lagu yang pernah gue ciptakan untuk Bapak Budi, seorang guru musik di kelas kami.
Beliau dulu sempat membuat sebuah tugas, tugasnya seperti begini, "Anak-anak, kalau kalian mau lulus dari sekolah kita ini... kalian harus buat lagu ciptaan kalian terlebih dahulu, baru nanti kalian nyanyikan didepan Bapak, ya." demikian kata Bapak Budi.
Dan bernyanyilah gue akhirnya didepan Bapak Budi serta ratusan murid lainnya pada angkatan kami, lirik dari lagu yang gue ciptakan itupun selalu sama sejak tahoen 2006 silam, tak pernah berubah, tak pernah terlupakan juga rasanya, dan liriknya adalah seperti ini...
"Tanpa terasa.. ku beranjak dewasa..
Sekejap saja.. ku sadar tlah mengalaminya..."
"Terima kasih, Ibu, dan Bapak guru, kini saatnya kalian melepaskan kami dari sekolah jni." ucap gue kemudian mundur dari podium depan kelas 6A.
Lagu yang JELEK! nggak ada yang tepuk tangan, tapi semua anak di kelas gue pada saat itu tertawa juga menangis pada saat yang bersamaan, mereka bilang lagu ini adalah lagu terpendek yang paling membekas di hati mereka. Maka bergetarlah seisi kelas itu...
Mereka yang tertawa, termasuk si Opop yang pintar dan lincah, Freya yang selalu tampil dengan api di kepalanya, elo memang galak ya Frey, tidak bisa disangkal lagi.
Kemudian ada Nirwana, yang dulu gue sempat agak naksir sama dia, terbukti, karena setiap kali Nirwana lewat didepan gue, gue selalu dingin kayak balok es, salah gestur dan bahasa tubuh. Saking se kalut itunya pergerakan tubuh gue, Freya selalu mendorong badan Nirwana agar bisa bertemu dengan badan seorang gue. Niwana adalah anak kelas 5A, jadi kudu rada elit kalau mau nge gebet dia.
Ah... those wonderful times. Kalau boleh gue putar ulang waktu, gue kepengen berkunjung dan melipir lagi ke masa-masa itu...
Dan hampir aja lupa, ada Alody juga, yang selalu mau jadi ban serep dan cadangan gue—apapun keadaan nya, senyum lo tetap manis dan mata lo tetap berbicara, walaupun jarak tatapnya rada sempit, maaf ya Lod, i love you full deh pokoknya. Lesung pipi dan bracket gigi lo itu... unforgettable deh rasanya. Happy-happy ya sama suami baru elo sekarang.
Maka dengan ini..., gue resmikan kembali kesempatan gue untuk mulai menorehkan lagi tentang masa masa bersama dengan kalian, tepatnya, setelah pesan-pesan berikut ini....
*JedaIklanduluselama30Detik*
* * *
Saat itu, gue kembali memanggil orang yang sudah mengejek gue sejak beberapa waktu sebelumnya... gue pun memutuskan untuk ngomong dan melambai kearahnya.., "Hai Pop... mau duit nggak? sini lah..." pancing gue ringan. Nggak lama kemudian, dia pun langsung datang kearah gue.
"Hai, Freya, hahaha." cewek ini pun langsung nyengir dan mendadahi kecil-kecil ketika berhasil tiba tepat di sebelah kami. Namun wajah Freya masih aja tetap cemberut meskipun dia sudah diajak bercengkrama sedemikian rupanya oleh gue dan orang yang ngejailin nya ini...
Temuilah... Opop, let's say begitu aja lah ya namanya... gue sebelumnya udah pernah coba tulis dan gambarkan tentang dia, tunggu bentar deh ya, gue coba buat copy paste lagi kesini deh mengenai gambaran tentang sosok si dia.
Kenalin.., Opopmie..., bercanda Pop.
Opop adalah salah satu anggota dari geng di masa SD kami, seperti yang sudah gue sebutkan pertama kali, zodiaknya sih Gemini, tapi coba tebak deh dia lahir di bulan apa. Orangnya manis, semanis sifat aslinya.
Sejarahnya panjannnnng banget kalau udah ngejelasin soal si Opop, tapi yang jelas, Opop itu punya paras wajah yang ayu, dan, kalau kata orang jawa nya tuhhh, "Walah, ayu tenan rek..." berarti dia punya rambut hitam tebal bergelombang yang rajin disisir, tulang wajah berbentuk oval, hidung yang mungil, bibir yang pas sekali ukuran nya.
Serta tatapan bermakna mendalam yang terpancar dari kedua matanya..., waw..., kalau dia lagi senyum, senyumnya juga bagus, klasik, mirip kayak senyum milik Ibu nya, tapi kalau secara keseluruhan, dia mirip banget sama sosok Ayah nya.
Opop.. orangnya kreatif! suka baca buku, dan suka segala hal yang bersifat dinamis, tapi enggak lupa mikir juga... jadi nggak cuma cengar-cengir doang kerjanya itu, terus... busana kesukaan nya tuh asyik dipandang, nggak bisa di prediksi, tapi yang jelas, dia paling suka pakai kemeja chambray buat cewek, jaket yang ada tudungnya dan celana jeans panjang berwarna biru gelap. Agak tomboy sih, tapi tetap gaul dan enak dilihat lah pokoknya.
Opop juga bisa banget nyanyi, main gitar, ngelucu, beres beres rumah, ngerjain tugas sekolah nya, dan nge gambar komik strip lucu plus garing gitu, serta bikin lagu yang melodi sama liriknya nggak hilang hilang dari ingatan kita semua (termasuk gue) walau sudah 10 tahun lamanya berlalu. Berikut ini adalah lirik lagu ciptaan dia;
Kepada sang waktu..
Beri aku kesempatan..
Mengenang saatku..
Bertemu dengan dirinya...
Sekian tahun pun akhirnya berlalu semenjak saat itu, dan masih, gue enggak pernah bisa lupa sama lirik dari lagu ciptaan si Opop. Keren, dan itulah panggilan dari orang orang untuk dia, Opop si keren. Grup musik kesukaan nya adalah Bee Gees dan The Beatles, kalau versi Indonesia nya mungkin Dewa 19, dan Ten 2 Five.
Pokoknya menyihir banget lah! kalau udah ketemu sama si Opop ini, karena orangnya asyik diajak bercanda dan (seringkali) dia rela dan mau mencoba untuk mengerti tentang perasaan kita. Tapi bukan berarti kita bisa seenaknya sama dia ya gengs!
.....
Update dan tambahan terakhir dari ogut, eh, dari gue maksudnya, kalau masih pada bingung jugaaa buat membayangkan sosok yang satu ini, silakan aja bayangin sosok VJ MTV yang sempat beken di tahun 90 an itu, tapi versi lebih muda nya lagi ya... bayangkan aja lebih imut dan lebih kecil lagi.
Ngomong-ngomong, VJ yang mana nih, bung? kalau ternyata mirip Nadya Hutagalung kan gawat, karena si Opop kan warna kulitnya sawo matang, bukan putih... jadi ya bisa dibilang... mirip siapalagi, kalau bukan mirip Sarah Sechan... si Opop mirip banget lah, kayak Sarah Sechan itu.
Walaupun kadang gue nggak bisa protes juga... kalau sebenarnya si Opop paling hobi nge-compare dirinya sendiri sama sosok Dian Sastrowardoyo... even today, gue suka ketawa dalam hati, karena jujur, mau semirip siapapun dia, yang paling cantik itu ya dirimu sendiri, Pop....
*LangsungditraktirLanvinsamaOpop*
Nah, rebes tuh... kesempatan gue untuk ngegambarin tentang satu sosok didalam jurnal kehidupan gue, di bagian ini, gue nggak akan nodai lebih jauh lagi dengan mendeskripsikan tentang tokoh yang lainnya... (ngantri dulu yee hahaha) karena ini khusus si Opop, juga gue harus kembali kepada teori sandal jepit Swallow hitam kepunyaan gue, jadi biar relevan dan sesuai dengan judul diatas itu...
Kembali ke momen di siang hari itu, di sekolahan kami... kembali ke percakapan bocah-bocah yang baru pubertas lagi ya...
"Elo nggak usah sok akrab." jawab Freya ke arah si Opop.
"Oh pantes, lagi ada temennya, Rang," bisik Opop di belakang Freya, tapi dia sih ngomongnya kearah gue.
"Maksudnya Pop?" tanya gue rada bingung.
"Iya, lagi bocor." kata opop lagi, jail dan nunjuk nunjuk ke arah kepalanya si Freya. Sedangkan si Freya manyun cemberut di bawahnya.
"Oh..." kata gue yang waktu itu baru nyoba berkenalan sama mahluk ganas yang bernama menstruasi, ditambah Freya, jadi paket lengkap kayak ayam bumbu pedas... menggoda tapi berbahayaaaa hahahahaha.
Dannn, bukan rahasia umum lagi kalau di ranah persahabatan kami, kalau kita berhasil membuka satu pintu, kunci untuk pintu yang lain biasanya akan terbuka sendiri dengan begitu mudahnya... artinya, kalau kita berhasil memanggil si Opop, biasanya ada CS-CS dan bodyguard lain yang bakalan selalu setia menemani si dia...
Contohnnya seperti yang satu ini... "Opopppppp!" teriak seseorang dari kejauhan. Gue absen satu per satu, totalnya ada enam, siapa saja mereka...
________
P.S: Muka lo jelek Frey, manyun nya gue nggak suka, asem banget. Kayak rujak mangga muda tau nggak lo waktu itu tuh.... hahahahaha.
***
Sampai hari ini, nasihat itu tidak pernah berubah dan rasanya selalu sama; alokasikan 70% dari dana keseluruhan. Tidak bisa? buat jadi bisa.
Hahaha. Memang pahit ya ternyata.
***
Sampai hari ini, nasihat itu tidak pernah berubah dan rasanya selalu sama; alokasikan 70% dari dana keseluruhan. Tidak bisa? buat jadi bisa.
Hahaha. Memang pahit ya ternyata.
***
"Opopppp!" teriak seorang perempuan. Meskipun ada yang demikian rusuh dan berteriak, Freya masih aja sama, cemberut dan menaruh kedua tangan dia tepat didepan dadanya.
"Eh, Dew, darimanaa..?" tanya Opop kepada si tukang teriak.
"Dari kantin..." jawab dia lagi, halus.
"Oh... oke..." jawab Opop lagi. Lalu tepat dibelakang mereka ada lima orang cowok-cewek, cowok-cewek, dan cowok, bingung juga... ada yang sepasang soalnya. Diantara mereka itu hadirlah si Winsa, gue bukannya kenapa napa sama si Winsa ini, tapi ini orang rada-rada gila, dan memang terkenal begitu di lingkungan kami semua... jadi waktu itu gue langsung jaga kuda-kuda, kali kali Winsa mulai tantrum didepan kami semua... kan repot juga ntar jadinya...
Nggak lama kemudian kami masih nongkrong di bawah pohon cemara itu, ini yang tadinya jadi ajang gosip-gosip-senyap ala gue dan Freya (plus beberapa anak cewek dari kelas kami), malah jadi tempat nongkrong diantara dua benua, yaitu kelas 5B dan 5A, dan itu jawabannya hanya ada satu; cuma terjadi kalau elo ngajak si Opop. Se populer itulah dirinya di sekolah kami sampai akhirnya kalau dia ditanya kenapa bisa dan mau main sama kami oleh anak-anak yang lain, dan bagaimana pendapat dia terhadap kami...
Jawabannya dia sih simpel banget ya gue rasa... Opop bakalan bilang begini, "Aku suka main sama Freya, karena orangnya eksklusif, dan aku suka main sama Arang, karena kami jadi bisa nge jailin Freya, yang manyun nya itu lho...." hal itu pun berakhir dengan Freya yang cemberut sampai keesokan harinya. Gue sih bukannya apa-apa, tapi yang namanya Mangolu Freya Panjaitan itu pintar nya udah nggak pakai toleransi lagi..., ini anak kalau udah soal prestasi, gue pun terpaksa harus angkat topi.
Dan siapalagi lah saingan dia, kalau bukan si Opop itu sendiri, yang selalu berada di posisi kedua, dengan tingkahnya yang kayak hantu, selalu mengekor dibelakang si Freya, hantu yang jail dan ngeselin, kali kali Freya lengah, boleh nih direbut posisi nomor satunya. Tapi sayangnya ini tidak terbukti, karena sampai kami jadi alumni dari sekolah ini pun, Freya masih tetap memegang posisi nomor satu....
Selanjutnya kembali lagi ke percakapan diantara kami...
"Kalian lagi pada ngapain...?" tanya Dedew sambil menyeruput minuman yang nampaknya baru dia beli dari kantin belakang, sambil memeluk-meluk bagian punggung si Opop.
Gue mencoba menjawab, "Ini.., aku lagi nyobain sendal buat Frey—" lalu dalam sekejap, ada orang ngomong, "DAMN, man! since when you've become a cobbler?
" (sialan, bro, sejak kapan elo jadi tukang sepatu?) kata seorang cowok dari arah belakang kerumunan di tongkrongan kami."Fuck off, Ashburn.
" balas Freya singkat dan galak, yang ini galaknya jadi bener bener keluar ternyata."Fuck off tahi kuda lo, nyet—elo jadi princess Disney nih sekarang?
" tanya dia lagi lalu merangsek dan berdiri angkuh tepat di sebelah Freya.Lalu Ashburn lanjut ngomong lagi, "Itu si Ara ngapain pake jongkok-jongkok segala, mau ngoral (menjilat 'nganu') punya si Bendil lo Ra?
" tunjuk dia ke arah gue.Sedetik kemudian, "PALMAAAAAAAAA!" suara si Dedew yang kecil itu pun keluar oktaf aslinya.
"NGGAK SOPAN KAMU NGGAK SOPPANNNNNNNN!
" jeritnya histeris.Boom Shaka Laka BOOM-BOOM!
Diubah oleh tabernacle69 17-05-2019 00:15
masmas222 memberi reputasi
1
Kutip
Balas