Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nana81280Avatar border
TS
nana81280
Balada Hijrah ~ Boy dan Seekor Jago


Boy, begitu dia sering disapa adalah seorang remaja yang tinggal bersama sang bunda dan adiknya Salsa. Dua kakak beradik ini selalu setia satu sama lain. Dan bagi mereka bundalah satunya malaikat di rumah itu, semenjak Pak Karmin dipanggil Yang Maha Kuasa enam bulan lalu.

Seminggu menjelang Ramadhan, bunda menghadiahkan seperangkat alat shalat untuk kedua anaknya. Salsa diam-diam melirik Boy saat bingkisan itu berpindah dari tangan bunda ke tangan manusia paling ganteng di rumah itu.

"Kau akan kelihatan gagah dengan koko itu, Kak."

"Ahh...aku gak suka. Pasti Gina akan menertawakan ku."

"Wuih...Gina lagi Gina lagi."

"Biarin...kenapa, kamu cemburu?"

"Tidak...baper!"

" Huh!"

"Besok kita akan ziarah ke makam ayah, ikut ya?"

"Kamu ya Salsa, kakak mau di rumah ja".

"Hmmm...katanya setia sama aku."

"Ssst...besok aku ikut kompetisi, yang menang boleh jalan sama Gina."

"What...kapan sih otak Kakak bisa normal?"

"Huh...yang penting happy!"

"Ntar mati loe baru tahu rasa, dihajar sama malaikat."

***

Bunda terpaku mendapati putranya berada di arena sabung ayam. Peserta kompetisi rata-rata remaja seusia Boy. Hati bunda menjerit saat melihat seorang gadis tiba-tiba mengamit tangan Boy sambil berkata,"Kita menang sayang."

Boy melangkah riang menjauhi arena pertandingan diikuti beberapa gadis lain. Ia menyerahkan ayam jagonya kepada salah satu rekannya. Astaqfirullah, itu kan ayam jago peningggalan ayahnya Boy, batin bunda bergejolak.

Bunda melangkah tergesa-gesa menuju rumah mendapati kandang ayamnya. Bagai petir di siang hari, bunda Cumiik memanggil putrinya. Tergopoh-gopoh Salsa menghampiri bunda yang masih bengong di depan kandang ayam yang telah kosong.

"Allahu Akbar...ini pasti kerjaan Boy, Bunda."

"Bunda lihat Boy sedang mengadu ayam di pasar dan ia menang."

"Menang Bun...Alham...eh Astaqfirullah."

"Sudahlah, kakakmu memang keras kepala, jangan kau ikuti tingkahnya."

Bunda berlalu sambil mengurut dada, ini bukan kali pertama ia kecewa dengan sikap putranya. Sebelumnya, Boy telah pernah mengambil tabungannya, menjual tanaman hias Salsa, bahkan ia nyaris dihakimi masa karena mengebut di jalanan.

Menjelang magrib, Boy tiba di rumah dengan wajah yang babak belur. Ranbutnya acak-acakan, sedang pakaiannya penuh debu.

"Kau berkelahi,Boy?"

Boy tak menggubris pertanyaan bunda, ia berlalu menuju ke halaman belakang, merebahkan tubuh lelahnya di dipan yang sering digunakan almarhum ayah untuk ngaso semasa hidupnya. Boy leluasa memandang senja di sana, menghadap ke kandang ayam. Sejumlah pasukan kesayangan bunda telah habis dijualnya siang tadi.

Boy melangkah ke kandang ayam, mengitari kandang ayam minimalis milik bundanya. Matanya berbinar melihat seekor ayam betina di sana sedang mengeram. Boy tersenyum, masih ada harapan agar kandang itu kembali riuh. Tiba-tiba Boy melihat seekor ayam jago menghampirinya, padahal ayam itu telah dijualnya siang tadi.

Jagonya mendekati dipan tempat ia berbaring tadi, kemudian mencabik-cabik tubuh yang terbaring di sana. Boy tercengung, tubuh itu miliknya, tubuh yang mengeluarkan bau yang tak sedap. Ia mendekati dipan, mengahalau jagonya agar menjauh dari raganya. Tapi nihil, ia tak berhasil, bahkan raganya kian remuk dan hancur.

Tubuh milik Boy terangkat, terbang menuju kamarnya. Di sana tubuh itu disambut seorang laki-laki berbaju putih dengan ratapan yang pilu.

"Anakku malang, betapa luka hati ini. Kau torehkan arang di muka ayah bundamu. Kau abaikan semua pintaku padamu, kau langgar semua amanah yang ku titipkan padamu. Aku Murka padamu....Aku murka.....Aku Murka. Ayah rindu doa dan munajatmu, agar aku tenang di sana."

Harum melati menyerbak memenuhi ruang, Boy bergidik. Lelaki itu menghilang ketika seorang wanita menguncang tubuhnya kuat, menarik lengangnya, menjewer pipinya. Tubuh Boy tak bergeming. Salsa memeluk raga itu sambil menangis "Kak... Bangun ...Bunda menunggumu, sebentar lagi shalat terawih akan dimulai, kau jangan mati dulu..."

Boy menggapai tubuhnya, tapi tangannya tak mampu meraih raga yang kaku di sana. Ia mengitari raga diperhatikan wajah pucatnya, raganya sama sekali tak bergerak. Salsa tiada henti menagis, disusul kedatangan bunda membacakan Surah Yasin di telinganya. Boy terisak, sekuat tenaga ia berteriak, akan tetapi suaranya bagai tercekat dikerongkongan.

Dada Boy terasa sesak, sakit benar seakan ada beban berat yang ia rasakan. Ia ingin minta tolong kepada bunda dan Salsa, tangannya tak bisa digerakkan, lidahnya kelu. Dan sekali lagi, ia berusaha "Tolonnnnngggggg."

Tangan Bunda menyentuh pipinya dan PLak....sebuah tamparan mendarat di wajahnya.

"Bangun...makanya jangan tidur saat hari senja."

Wanita itu murka sambil melempar koko ke arah Boy. Putranya seketika meraih kakinya, bersimpuh minta maaf sambil menangis.

"Maafkan Boy...izinkan Boy menemani Bunda sampai akhir hayatku. Aku tak ingin Bunda murka seperti ayah murka pada ku."

"Kau mimpi Boy, Bunda telah maafkanmu, selalu ada namamu dalam setiap doa Bunda."

"Ingin akan temani Bunda dan Salsa terawih malam ini dan seterusnya."

"Alhamdulillah...."
##jj##
Diubah oleh nana81280 13-05-2019 22:30
istijabah
zarata221
anasabila
anasabila dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.4K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
YenieSue0101Avatar border
YenieSue0101
#2
Quote:


Wah, sama kek cerita ane, hijrah dari mimpi
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.