Kaskus

Story

.nona.Avatar border
TS
.nona.
Misteri Gunung Lawu ( Kisah Mistis )
Misteri Gunung Lawu ( Kisah Mistis )

Cerita ini berdasarkan pengalaman teman-teman dan TS yang biasa mendaki gunung, nama semua yang ada di cerita ini disamarkan. Begitu juga dengan tokoh utamanya.

Walau cerita ini akan ditambahi bumbu-bumbu penyedap biar lebih seru, tapi based cerita ini adalah kejadian nyata walau hanya kerangka ceritanya saja, jadi anggap saja cerita ini fiktif. Mau percaya atau tidak yang jelas kehidupan tak kasat mata itu memang nyata.

Semoga cerita ini menghibur rekan-rekan pembaca semua, untuk yang tidak suka dengan cerita mistis lebih baik jangan diteruskan membacanya ditakutkan kecanduan.


Prolog


Cerahnya mentari membakar kulit di daerah Solo ini, entah sudah berapa kali kuminum air putih yang kubawa menunggu datangnya kedua kawanku. Nampak 3 tas caril yang kugunakan dan punya kawanku tergeletak di ujung pos entah sepertinya tempat ini adalah pos satpam yang ditinggalkan dekat stasiun Solo Jembres.

Terdengar suara kawanku Joko dan Endri melangkah menuju pos tempatku berteduh, entah sudah berapa kali asap putih mengepul dari mulutku. Waktu yang terasa lambat menunggu kawanku membeli logistik di sekitar pasar agar pendakian ke lawu tidak menjadi teror di kala perut lapar.

"Lama amat" ujarku

Joko dan Endri mesam mesem persis kaya petruk dan gareng lagi nyari bau kentut nya semar.

"Ahh... Elahh Don, nih lihat bawaan lumayan banyak" ujar Joko, sambil menenteng beberapa belanjaan logistik yang sudah dibeli.

"Tau lo Don, lo mah enak cuman bengong sambil ngebul jagain tas doank" Endri pun tak kalah sengit membela Joko.

Aku pun tersenyum kepada mereka, " janc*kk, malah marah-marah ya aku yang salah...puas dah lo.. "

Mereka pun tertawa secara bersamaan, tak banyak yang diceritakan di daerah Solo Jebres ini namun perjalanan masih panjang. Joko pun menelepon seseorang untuk menjemput kami, karena yang lebih paham daerah ini dan Lawu adalah Joko. Jadi aku dan Endri tinggal duduk manis menunggu perintah selanjutnya dari pimpinan pendakian kali ini.

"Waduhh... kita harus nunggu setengah jam lagi, yo wes kalian istirahat dolo dah. Cari tempat ngopi yuk " ujar Joko.

Kami berdua pun mengangguk, rasanya menunggu sambil ngopi dan makan gorengan lebih nikmat dibandingkan harus menunggu di tempat yang mulai panas ini.

Kami pun berjalan, hingga terlihat warung kopi di pinggir jalan. Barang bawaan pun ditumpuk jadi satu, logistik pun sudah dibagi masuk ke dalam caril masing-masing.

Kami pun memesan mie rebus, lumayan untuk ganjalan perut yang sudah mulai teriak lapar. Sembari memakan mie yang sudah terhidang, rasanya air putih di depanku tak sanggup menahan rasa dahaga yang sedang kuderita.

"Bu De aku es teh manisnya satu ?" ujarku, lalu disambut dengan ucapan kedua temanku.

"Aku es Jeruk Bu de, Aku kopi Bu De"

Pemilik kedai yang sudah berumur setengah baya itu pun mengangguk, ia pun mulai membuat pesanan minuman dengan terampil. Mie rebus punyaku pun habis lebih dulu, sedangkan kedua temanku masih asik mengunyah mie yang menjadi idola para pemuda yang sering ngekost.

Sedang asik bersenda gurau datanglah seorang laki-laki paruh baya disamping kedai kopi itu, pandangannya kosong nampak menatap jauh tanpa arah. Aku pun melihatnya dan merasa iba, aku segera beranjak mendekatinya.

"Maaf Pak, ini bangkunya biar enak duduknya"

Ia menoleh kepadaku ada senyum yang terasa berat.

"Makasih Le... "

"Mau minum kopi pak..? "

Ia pun menggeleng, menolak pemberianku.

"Rokok.. "

Ia kembali tersenyum diambil nya satu batang dari bungkus rokok yang kuberikan. Kepulan asap pun mulai keluar dari mulut kami berdua, kulihat tatapannya tidak ada perubahan masih kosong dan tak tentu arah.

"Sampean ini mau kemana, ke Lawu ya.. " ucap si bapak.

"Iya pak.. "

"Ohhh... Hati-hati ya, kalau ke sana. Saat ini banyak aura negatif di gunung lawu" ucapnya.

Aku hanya diam, tanpa bermaksud bertanya lebih jauh. Hanya anggukan kecil yang ku isyaratkan.

Kembali ia mengepulkan rokoknya terlihat olehku dari tampilan tangannya yang menggambarkan ia seorang pekerja keras, terlihat dengan jelas di lengan tangan kanan sebuah tato dengan motif bunga dan di lengan tangan kiri bertato motif naga dan wanita. Nampak masih mudanya bapak ini sosok orang yang di segani oleh orang sekitarnya.

"Ohh iya bapak asli dari sini....??"

"Bukan, Le aku dari Desa Jabung, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Kamu tahu..?? "

"Tidak pak, aku ga ngerti daerah sini asalku dari Jakarta"

"Ohhh... Terima kasih ini Le, Rokokmu... " ucapnya dengan nada berat.

Kemudian temanku memanggil, "Woyy Don, itu bayar makananmu masak lo gw traktir terus bisa bangkrut aku" Joko teriak.

"Ehhh... Iya, bentar ya pak"

Aku pun segera membayar makanan yang sudah kupesan, "Ini bude, lalu memberikan sejumlah uang" setelah selesai pembayaran, aku pun menoleh ke arah tempat bapak tadi duduk ia sudah tidak ada.

"Loh Ndri... Tadi lo liat bapak yang duduk disini ngobrol ma gw pergi kemana ??"

"Bapak-bapak, ngaco lo... Dari tadi juga lo bengong ngerokok sendiri, di panggil juga diam aja makanya si Joko tadi teriak manggil lo... "

"Ahhh yang benerr....tadi aku ngasih... " ucapanku terhenti. Kulihat sebatang rokok yang masih utuh di bangku tempat si bapak itu duduk.

"Ealahhh.. udah ahh ngelindurnya yuk berangkat, tuh mobil kawanku sudah sampai di seberang" Joko pun mengambil carilnya.

Kuambil rokok tadi, masih utuh tanpa terbakar sedikitpun. Bulu kudukku berdiri seakan ada yang janggal, aku pun berdo'a semoga saja itu hanya halusinasi karena beban stress yang menggelayuti kepalaku.

Atau apakah benar dia "Hantu"


#Bersambung


Quote:


Quote:





🙏 terima kasih untuk agan mantab93 yang sudah repot-repot buatin index.. 👍


Tambahan Cerita Mistis Dari Kaskuser

Quote:


Quote:



Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh .nona. 08-07-2021 11:16
shinichindoAvatar border
santet72Avatar border
camiakiersty715Avatar border
camiakiersty715 dan 120 lainnya memberi reputasi
117
218.7K
895
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
.nona.Avatar border
TS
.nona.
#5
Part 1


kaskus-image

Terlihat di seberang jalan mobil jenis city car yang muat menampung 4 orang pun berhenti, sementara pengemudinya masih sebaya usianya denganku. Nampaknya itu teman Joko yang memang kelahiran Solo.

Kami pun serempak menyeberang, lalu dengan hormat menyalami sang pengemudi tadi.

"Ndro.. Ini kenalin koncoku di Jakarta"

"Hendro" ia menyebutkan namanya.

Kami pun memperkenalkan nama masing-masing, lalu setelah itu caril kami ditumpuk di belakang untung saja muat maklumlah city car tidak seperti mobil keluarga pada umumnya. Perjalanan pun dimulai nampak Joko antusias sekali bercerita pada kawan lamanya.

"Ehhh... Joko kamu sudah liat berita kalau beberapa bulan kemarin ada yang gantung diri di Hargo Dalem ?"

"Belum sek aku ndak tahu..!! "

"Lahh.. kan rame itu beritanya, masak sampean bisa ga tahu.. "

"Bener... Loh...emang kenapa? "

Sayup-sayup kusimak pembicaraan mereka berdua, nampaknya kisah yang menarik.

"Aku ga tahu awalnya, cuma yang mati gantung diri itu bapak-bapak paruh baya, Namanya kalo ndak salah Jimun ada tato di tangannya.. "

Ketika aku mendengar cerita mas Hendro lidahku kelu, apa benar bapak-bapak yang tadi pak Jimun..?

Aku segera memotong pembicaraan mereka.

"Mas Hendro tangannya tatonya gambar bunga, naga sama wanita ya ?"

"Persis... Itu Don... Loh kok sampean tahu ?"

"Anu mas... itu aku baca berita di internet.. Aslinya dari Magetan kan"

"Bener... Tuh.. Ko koncomu wes apal, sampean ga pernah baca internet sih.." Hendro melihat ke arah Joko.

Joko hanya nyengir sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal, sedangkan Endri sudah terbuai dalam lautan mimpi.

Aku tak ingin jadi candaan mereka kalau aku melihat sosok Pak Jimun, yang berpesan hati-hati kalau ingin naik gunung Lawu hari ini.

Nampaknya hari kian beranjak siang namun perjalanan kami menuju lawu masih lah jauh, kelokan dan sejuknya hawa pegunungan sudah terasa saat ini kita akan menuju base camp Cetho.

Jalur pendakian ini bisa dibilang jalur baru yaitu melewati candi cetho, memang kuakui Lawu adalah gunung penuh misteri dimana ini adalah gunung purba yang menyimpan banyak cerita. Biasanya banyak pendaki yang lebih memilih lewat cemoro sewu atau cemoro kandang karena treknya lebih dekat, sedangkan via cetho ini treknya lebih jauh sekitar 15 km.

Bahkan menurut beberapa cerita yang pernah kudengar jalur cetho ini adalah rute pelarian Raja Majapahit yang terakhir, yakni Prabu Brawijaya V, yang kemudian moksa di Gunung Lawu.

Mobil pun berjalan perlahan Mas Hendro konsentrasi karena perjalanan saat ini banyak tikungan, sedangkan Joko sibuk menjadi navigasi dengan bilang kiri dan kanan tok. Endri pun belum ada tanda-tanda ingin bangun, sedangkan aku sibuk memperhatikan hamparan ladang para penduduk di Perkebunan Teh Kemuning yang terhampar luas di kaki Gunung Lawu.

Mobil mas Hendropun merayap dengan megap-megap. Hawa sejuk ke arah dingin pun merambati lengan. Mengelus-elus. Aku pun berdoa agar kendaraan kami tidak mundur. Sangat lucu, mobil bagus jalan mundur, ngglundung. Dan bisa jadi kisah dalam tulisan inipun tak ada.

Dengan saling diam di mobil, maksudnya berdoa, tikungan Dusun Gumeng, Jenawi, Ceto itu pun kami lewati. Namun jalan menanjak masih belum aman, di mana aspal jalan mengelupas di sana-sini. Mas Hendro pun melambatkan laju mobil dengan hati-hati, aku sepenuhnya menyerahkan kepiawaian sang sopir menghela mobilnya. Baru sedikit lega ketika di depan muncul pelan-pelan pucuk gelap candi saat awan tertiup angin.

#Bersambung

(Kisah Bunuh Diri ini adalah kisah nyata, dan kamu bisa lihat di berita tahun 2018)
Diubah oleh .nona. 10-05-2019 21:31
shinichindo
69banditos
santet72
santet72 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.