- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna
...
TS
aldiansyahdzs
Kisah Tak Sempurna
Quote:

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.
Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.
Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.
NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30
JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi
32
132.2K
879
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiansyahdzs
#794
Suara Dean - Part 1
Terik panas matahari di langit Yogyakarta membakar kulit. Ku pakaikan topi untuk menahan sinar mentari. Aku berjalan menuju perpustakaan. Tidak untuk mencari buku, hanya memanfaatkan internet gratis sembari menunggu matahari tergelincir ke arah barat.
Perpustakaan hari ini tidak ramai. Mungkin masih banyak mahasiswa yang sedang melaksanakan perkuliahan. Ku pilih meja kosong paling ujung. Setelah memasukan username dan password barulah aku terhubung dengan dunia maya. Youtube adalah situs yang pertama dibuka setelah kemarin youtuber favoritku telah meng-upload vidio cover. Lagu lama yang di-cover, setia dari Jikustik. Mendengarkan lagu ini membawaku pada masa-masa SMP. Waktu memang cepat berlalu.
‘Halo aku baru beres kuliah’
‘Kamu gimana hari ini kuliahnya?’ tanya Angga.
‘Hai, Angga. Nggak ada perkuliahan’
‘Dosennya nggak masuk. Mau pulang ke kos cuman panas, ini lagi di perpus. Wifi-an’ balasku.
Antara aku dengan Angga, Angga lebih dahulu mengirimi pesan lebih dulu. Sedangkan aku lebih dahulu menelpon dia, entah voice call atau video call. Di setiap perbincangan aku sering menjadi pendengar dari pada pembicara. Kebanyakan Angga yang memulai pembicaran. Aku mengakui tidak pandai membuka obrolan. Sebisa mungkin aku memberi saran jika ia perlukan. Aku sering sedih saat ia bercerita tentang masalahnya kepalaku tidak mampu memberi solusi, meski dia memang tidak meminta. Ia hanya ingin didengar saja.
Matahari mulai tergelincir ke arah barat. Aku mengemas barang-barang milikku. Mahasiswa sudah banyak yang keluar dari kelas. Mayoritas diantara mereka menuju kantin. Mungkin lapar atau hanya sekedar nongkrong. Tergoda memang dengan ajakan beberapa teman untuk bercengkrama dengan mereka. Namun harus ku tolak karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan. Maklum saja, hidup sendiri di kota orang perlu uang tambahan. Jika mengandalkan uang dari orang tua memang cukup tapi pas-pasan. Banyaknya pengeluaran yang tidak terduga memaksa aku untuk serabutan mencari pekerjaan yang bisa mahasiswa kerjakan. Aku kadang menggambar wajah orang untuk bingkisan hadiah, menulis artikel untuk di-post di media online, serta setiap weekend mengajar di tempat les.
Pepohonan tinggi menahan panasnya sinar mentari selama perjalananku pulang menuju kos. Yogyakarta memang teramat ramah untuk siapapun, termasuk bagi aku sang pendatang. Banyak senyum yang aku dapatkan saat memasuki gang kos ku. Padahal aku hanya kenal beberapa dari mereka.
Sinar surya berganti dengan lampu neon. Ku buka laptop langsung mengerjakan artikel yang harus selesai jam sepuluh malam nanti. Rasa malas menyelimuti hatiku, ingin rasanya berisitrihat merebah diri diatas kasur. Tapi tidak, kebutuhan untuk hari esok masih banyak. ‘Mau makan apa kalau besok masih malas-malasan?’ ujar diriku sendiri.
Dua jam berlalu, jam sudah menunjukan pukul 21.30. Ku cek kembali artikel yang sudah aku tulis, sudah mantap. Kalaupun ada sedikit kata yang kurang pas atau cocok tidak apa-apa.
Ku rebahkan diri di atas kasur, mataku mulai mengantuk, badanku sudah lelah. Beberapa saat sebelum mataku terlelap ponselku berdering.
‘Mbak, gimana gambar pesanan saya? Sudah selesai? Besok ditunggu ya’, kebiasaan buruk dariku adalah sering lupa. Apalagi besok aku harus masuk kuliah jam tujuh pagi. Dengan mata
yang berat ku kerjakan gambar pesanan customer-ku. Mengapa bisa selupa ini sih, padahal siang tadi waktuku kosong. Akibat lupa, waktu isitrahatku menjadi sedikit. Kalau bukan gara-gara butuh uang lebih aku tidak akan mencari uang. Lumayan menghabiskan waktu untuk membuat gambar, satu wajah menghabiskan waktu 30 menit hingga 1 jam.
‘Mbak gambarnya sudah selesai, ditunggu segera transfer ya’, balasku dengan memfotokan hasil gambarku
Perpustakaan hari ini tidak ramai. Mungkin masih banyak mahasiswa yang sedang melaksanakan perkuliahan. Ku pilih meja kosong paling ujung. Setelah memasukan username dan password barulah aku terhubung dengan dunia maya. Youtube adalah situs yang pertama dibuka setelah kemarin youtuber favoritku telah meng-upload vidio cover. Lagu lama yang di-cover, setia dari Jikustik. Mendengarkan lagu ini membawaku pada masa-masa SMP. Waktu memang cepat berlalu.
‘Halo aku baru beres kuliah’
‘Kamu gimana hari ini kuliahnya?’ tanya Angga.
‘Hai, Angga. Nggak ada perkuliahan’
‘Dosennya nggak masuk. Mau pulang ke kos cuman panas, ini lagi di perpus. Wifi-an’ balasku.
Antara aku dengan Angga, Angga lebih dahulu mengirimi pesan lebih dulu. Sedangkan aku lebih dahulu menelpon dia, entah voice call atau video call. Di setiap perbincangan aku sering menjadi pendengar dari pada pembicara. Kebanyakan Angga yang memulai pembicaran. Aku mengakui tidak pandai membuka obrolan. Sebisa mungkin aku memberi saran jika ia perlukan. Aku sering sedih saat ia bercerita tentang masalahnya kepalaku tidak mampu memberi solusi, meski dia memang tidak meminta. Ia hanya ingin didengar saja.
Matahari mulai tergelincir ke arah barat. Aku mengemas barang-barang milikku. Mahasiswa sudah banyak yang keluar dari kelas. Mayoritas diantara mereka menuju kantin. Mungkin lapar atau hanya sekedar nongkrong. Tergoda memang dengan ajakan beberapa teman untuk bercengkrama dengan mereka. Namun harus ku tolak karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan. Maklum saja, hidup sendiri di kota orang perlu uang tambahan. Jika mengandalkan uang dari orang tua memang cukup tapi pas-pasan. Banyaknya pengeluaran yang tidak terduga memaksa aku untuk serabutan mencari pekerjaan yang bisa mahasiswa kerjakan. Aku kadang menggambar wajah orang untuk bingkisan hadiah, menulis artikel untuk di-post di media online, serta setiap weekend mengajar di tempat les.
Pepohonan tinggi menahan panasnya sinar mentari selama perjalananku pulang menuju kos. Yogyakarta memang teramat ramah untuk siapapun, termasuk bagi aku sang pendatang. Banyak senyum yang aku dapatkan saat memasuki gang kos ku. Padahal aku hanya kenal beberapa dari mereka.
Sinar surya berganti dengan lampu neon. Ku buka laptop langsung mengerjakan artikel yang harus selesai jam sepuluh malam nanti. Rasa malas menyelimuti hatiku, ingin rasanya berisitrihat merebah diri diatas kasur. Tapi tidak, kebutuhan untuk hari esok masih banyak. ‘Mau makan apa kalau besok masih malas-malasan?’ ujar diriku sendiri.
Dua jam berlalu, jam sudah menunjukan pukul 21.30. Ku cek kembali artikel yang sudah aku tulis, sudah mantap. Kalaupun ada sedikit kata yang kurang pas atau cocok tidak apa-apa.
Ku rebahkan diri di atas kasur, mataku mulai mengantuk, badanku sudah lelah. Beberapa saat sebelum mataku terlelap ponselku berdering.
‘Mbak, gimana gambar pesanan saya? Sudah selesai? Besok ditunggu ya’, kebiasaan buruk dariku adalah sering lupa. Apalagi besok aku harus masuk kuliah jam tujuh pagi. Dengan mata
yang berat ku kerjakan gambar pesanan customer-ku. Mengapa bisa selupa ini sih, padahal siang tadi waktuku kosong. Akibat lupa, waktu isitrahatku menjadi sedikit. Kalau bukan gara-gara butuh uang lebih aku tidak akan mencari uang. Lumayan menghabiskan waktu untuk membuat gambar, satu wajah menghabiskan waktu 30 menit hingga 1 jam.
‘Mbak gambarnya sudah selesai, ditunggu segera transfer ya’, balasku dengan memfotokan hasil gambarku
delet3 dan jimmi2008 memberi reputasi
2