Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

londo.046Avatar border
TS
londo.046
Catatan Yang Terbuka


Quote:

Buat gw, kegagalan adalah tanggung jawab personal, bukan untuk dibebankan kepada orang lain. Biarkan mereka tahu yang indah indah saja soal gw. Problem, atau masalah, biar gw yang merasakannya. Itulah mengapa hidup gw terlihat indah. Percayalah, hidup ga ada yang seindah itu.

Namun, ada sebuah nilai yang bisa dipetik dari kegagalan-kegagalan yang gw rasakan. Saat keputusan gagal yang gw buat saat membeli tanah dari Pak Bams, akhirnya gw punya usaha baru. Otak mesum gw menangkap peluang untuk buka bengkel modifikasi bekerja sama dengan U**** adalah jawaban, atas kerugian finansial yang gw dapat dari membeli tanah matiitu.

Apakah Papa tahu tanah itu mati? Tahu, dan beliau membiarkan gw gagal! jahat? Tidak! Justru gw bersyukur! Awalnya jengkel, tapi setelah gw tahu maksud kenapa Papa tetap membiarkan gw gagal, kejengkelan gw berubah menjadi sujud sungkem terima kasih atas ilmu yang Papa ajarkan dalam diam.

Itulah salah satu kegagalan gw. Kegagalan, yang membuat Mama melarang gw untuk terjun di dunia yang ingin gw tekuni. Tapi, gw seperti terlahir untuk hidup dengan hal-hal yang menyerempet bahaya. Setelah gw bisa bangkit, gw memulai lagi. Itulah alasan, mengapa proyek di Gunungpati, gw sebut sebagai proyek perdana. Well, inilah kisah gw. Kisah yang tidak hanya indah, tapi juga mengenaskan. Kisah ketika Tuhan mulaimenyapa dan membuka mata hati ku, bahwa aku hanyalah seorang hamba!


-------------+++++++++++++----------------


Diana dan Vina masih terkapar di kasur yang ada di kosan gw. Sesuatu yang indah, sudah terjadi semalam. Membayangkan pun, rasa nya gw ga sanggup. Tapi Tuhan terlalu baik kepada gw. Hingga sesuatu yang jauh dari jangkauan gw pun bisa gw rasakan. Apa itu? Lu bebas mengimajinasikannya.

Quote:

Gw biarkan mereka bangun, sambil sekali-kali melirik. Ternyata mereka benar-benar bangun, meskipun gw tahu itu terpaksa. Jam di kamar, masih menunjuk angka 05.15. Masih sangat pagi memang, tapi itu sama sekali ga membuat gw tenang. Lina terlalu sering datang sangat pagi ke sini.

Dua gelas, teh jahe hangat gw sajikan untuk mereka berdua. Untuk mengurangi cemas, yang mulai melanda, sebatang rokok pun gw hisap dalam-dalam. Diana nampak bereskan "arena perang" semalam. Sedangkan Vina, dia ke kamar mandi. Baguslah, paling ga, tanda-tanda mereka akan pulang dan berkemas sudah ada di depan mata.

Quote:

Diana pun bergabung dengan kita. Setelah tadi beres-beres, dia ke kamar mandi. Yah, sekedar cuci muka untuk menyegarkan diri saja, sama seperti yang Vina lakukan tadi. Obrolan pagi itu ga berlangsung lama. Yang memotong bukan gw, tapi Diana. Dia paham posisi gw yang sedang terjepit.

Beres-beres kamar adalah hal yang pertama gw lakukan pagi ini. Mengganti sprei lengkap dengan sarung bantal dan guling gw lakukan demi keamanan bersama. Ga lupa, wangi-wangian untuk menghilangkan bau dua cewe sexeh yang semalam nebeng tidur di sini, ga lupa gw lakukan. Yah mskipun Diana sudah membereskannya tadi, tapi gw rasa itu masih belum sempurna.

Quote:

Kegagalan gw dulu memaksa gw untuk lebih selektif dan hati-hati, ga keras kepala dengan ga menerima uluran tangan dari Papa. Gw mengajukan proposal, dan Papa akan menjadi investor buat gw. Hubungan kita murni profesional, karena ada hitam di atas putih yang mengikat, beserta jaminan yang akan dilelang Papa, jika gw gagal bayar.

Jangan salah, mungkin kalau gw gagal orang pikir hidup gw akan enak. Toh masih ada Papa, bisa lah nebeng ke beliau. Lu salah! Gagal adalah mati buat gw! Gw sudah ambil sikap, jika emang ini gagal lagi, gw akan ke Papua! Entah kerja apa! Yang jelas, malu jika gw gagal dan masih di rumah.

Quote:

Hangat pelukan dari Cinta membuat gw jadi lebih baik. Entah bahasan tadi hanya sebagai pelarian untuk menutupi kegilaan yang tadi malam gw lakukan bersama Vina-Diana atau murni gw memang ingat dengan kegagalan yang gw derita. Entahlah, semua menjadi abu-abu sekarang. Mungkin benar kata Arief ke gw, "kurangi hal-hal yang ga perlu dan dianggap tabu..."

Kuliah sudah ga ada menarik-menariknya di mata gw. Materi yang cuma itu-itu saja, dan stop pada ranah teori membuat gw bosan... Mungkin benar kata beberapa teman, gw ini anak alam, bukan anak sosial. Anak alam, itu suka membuktikan sesuatu, menguji hipotesa dan mendapatkan jawabannya saat itu juga. Beda dengan anak sosial yang lebih "sabar" mencari jawaban dari hipotesa yang mereka munculkan.

Quote:

Gw paham apa yang ingin Pak Atmo bahas dengan gw. Pasti soal kelanjutan nasib orang orang yang kerja sama gw. proses urug yang gw lakukan sudah hampir selesai. Sedangkan gw belum memperoleh pembeli potensial, meski proposal sudah gw sebar. Ini jelas bukan kabar bagus buat meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya pada gw. Sh*t! Kerja apa ya yang duitnya gede, tapi cuma butuh waktu singkat? Balap liar? Oh, tidak!, gw sudah pensiun.

Gw menuju parkiran lanjut keluar jalan Kaki menuju kosan. Kan tadi gw nebeng Cinta, kalau mobilnya gw pakai nanti dia pulangnya gimana? Terpaksa deh ambil mobil dulu di kosan. Di depan gw ada gerombolan celana cingkrang, plus mba-mbanya yang seperti itulah busananya. Gw tidak mau ribet. Namun dalam hati gw sudah membatin. Kalau sampai mereka cari gara-gara sama gw, akan gw hajar saat itu juga. Mood gw sedang ancur kok diajakin bercanda. Untungnya mereka paham, dan memilih membiarkan gw lewat.

Quote:

Otak lagi buntu kayak gini, temuin Eka kayak nya cocok deh. Sayangnya, nasib gw kurang baik hari ini. Eka sedang ada kuliah yang ga bisa dia tinggalkan. Katanya sih, mata kuliah utama. Untuk membuang waktu, gw memutuskan untuk mencari warnet. Jangan salah, sekarang gw sudah bukan si gaptek dan cuek teknologi seperti saat SMA dulu.

Quote:


Spoiler for Jangan Buka, Nyesel Lho:


Email yang terus terang membuat gw hanya tersenyum simpul sedikit kecut. Pengirim nya itu lho yang bikin gw gimana gitu. Reni! Gw mencoba melucu untuk balas email yang baru masuk beberapa jam lalu itu. Namun, apakah feel lucunya dapat, gw sendiri kurang yakin.

Quote:

Dasar cewe antagonis. Gw kira cuma muka nya doang yang sadis, ternyata sifatnya pun ga kalah sangar. Gw sudah matikan billing warnet, bayar, lalu bergegas menuju tempat parkir yang tadi gw maksud. Terlambat jelas bukan ide bagus. Bisa kena omelan Eka gw.

Quote:

Gw sudah menyiapkan mental dan lidah gw untuk menghadapi situasi terburuk. Nunggu di kamar, sementara Eka sibuk menyiapkan hasil karyanya. Ayam goreng, sup wotel, kol, dan teman-temannya. Oiya, ada juga sambal yang terlihat menggoda dengan warna merah agak sedikit gelap.

Satu suapan masuk, ini ga buruk! Emang sih ga enak-enak banget. Cenderung agak asin di lidah gw. Tapi masih masuk toleransi lah. Sambalnya itu yang gw suka. Manisnya biasa saja, pedasnya juga biasa, tapi gurihnya itu lho. Overall, not bad. Namun ga bisa dibilang istimewa juga.

Quote:

Gw kok dikasih tantangan, ya gw makan lah sampai abis. Mood gw agak membaik pasca bertemu dengan Eka. Selain perut kenyang, gw juga dapat belaian kasih sayang. Gw rasa itu adalah instrumen penting untuk balikin semangat gw, setelah kegagalan-kegagalan yang gw alami. Caranya mungkin salah, tapi ya sudahlah.

Sebelum Magrib, gw sudah berada di kosan lagi. Sms-sms dari Lina baru gw balas di sini. Waktu ketemu Eka, hp dalam posisi super silent. Jadi bukan cuma ga berdering, getar pun ga. Anggap saja gw sedang memainkan protokol buaya. Tapi entah mengapa, gw agak ga nyaman akhir-akhir ini. Gw seperti sudah lelah bermain dari hati ke hati.

Quote:

Pagi yang cerah. Sebelum jam 7, Lina sudah di depan kosan. Dia sepertinya mulai suka dengan kegiatan barunya, barengin gw tiap berangkat kuliah. Memang kampus kita dekat, tapi tetap saja beda. Biasanya sih, gw drop dia, lalu mobilnya gw bawa ke parkiran kampus gw. Kecuali kalau gw ada acara kayak kemarin, dia yang drop gw di jurusan gw.

Quote:

Gw memiliki riwayat yang kurang baik sama anak ekonomi. Biasalah, mereka jual, ya gw borong. Jangankan mereka yang muka-muka alim tapi dibuat sangar, yang beneran sangar macam anak Teknik aja gw gass kok. Kalau gw mau, bisa aja sih gw minta tolong ke anak hukum. Namun itu bukan karakter gw. Masalahnya, anak hukum suka main kotor.Kalau kata orang jawa sih, "nabok nyilih tangan." Itu bukan karakter gw.

Quote:

Manasin gw kok pakai pacar baru. Mana bisa boss? Tapi kenapa ada semacam ketidak suka-an ya di hati gw? Ga bisa gw bantah sih, mungkin karena gw memang masih ada hati ke Reni. Ya sudah, mari dihapus dengan ikut kuliah Hukum Acara Pidana di pagi yang panas ini. Panas bukan karena cewe-cewe dan dipamerin Reni ya, tapi emang karena panas beneran oleh matahari.

Sepertinya, gw butuh piknik. Pulang lanjut ketemu Arief bisa menjadi solusi yang baik. Tapi besok gw sudah ada janji untuk ngapelin Cinta. Di sinilah repotnya. Apa nanti sore saja ya gw baliknya. Ada banyak hal yang ingin gw bahas dengan Kampret. Sebaiknya ga gw tunda, kalau gw ingin semua tetap on the track.

Gw mulai percaya, jika Tuhan mulai menyapa dan menunjukkan kuasanya, serta memberitahu gw, bahwa gw ini buka siapa-siapa. Gw ini hanya hamba yang bisa diatur sesukanya. Pertanyaannya, apakah gw bisa memanipulasi keputusan Tuhan agar mau berada di kubu gw? Only time will tell.



Ciaooo
Diubah oleh londo.046 23-01-2019 04:16
khalidki
sargopip
ashrose
ashrose dan 328 lainnya memberi reputasi
313
3M
8.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Tampilkan semua post
londo.046Avatar border
TS
londo.046
#3416
Begitulah...
Quote:

Pagi yang benar-benar sibuk, koordinasi itu bukan hal yang sepele... Mengatur satu per satu orang dengan tugas, posisi, dan fungsi itu ga mudah... Jangan sampai timbul kesan kita asal perintah saja... Harus ada garis tegas yang berisi petunjuk, dan SOP yang bisa menjadi pedoman bagaimana mereka harus bergerak... Dengan begitu, yang dapat perintah pun merasa gw tidak asal perintah, tapi juga sudah "membantu" mikir gimana menjalankan perintah itu...

Seni kepemimpinan yang gw daptkan dari membaca bukunya Eyang... Militer itu kesan nya kalau memerintah asal saja, padahal ga seperti itu... Seorang komandan, tahu betul kapasitas dan kemampuan prajuritnya... Jadi kalau ada anak buah sudah mendapat tugas A atau B, maka prajurit itu memang solusi dari tugas yang harus diselesaikan...

Quote:

Selain mengkondisikan kerjaan gw di kantor, gw juga mengkondisikan kerjaan pribadi gw untuk menjualkan unit perumahan miliknya Papa... Bukan cuma satu yang menghubungi gw, tapi sudah banyak... Namanya banyak itu lebih dari tiga... Untungnya, mereka mau survey-nya nanti-nanti... Hanya nanyain soal booking fee kalau ada... Karena unit yang tersedia masih mencukupi, gw tolak dulu deh urusan booking fee ini...

Mending ketemuan dulu, speak-speak yang enak, baru bicara soal harga... Kalau semua yang menghubungi gw deal nantinya, jumlah fee yang gw terima, bukan lagi lumayan tapi banyak... Kayaknya kalau buat membangun sebuah rumah sederhana kecil, di pusat kota bisa deh... Kalau rada ke pinggir, bisa lebih gede... Rejekinya dedek ini, mungkin karena saat lahiran dia butuh biaya banyak, makanya Tuhan memberi gw tambahan rezeki yang banyak...

Tuhan kan maha adil, memberikan apa yang hamba-Nya butuhkan... Kalau keinginan, itu beda dengan kebutuhan... "Ingin" itu tidak ada batasnya... Beda dengan kebutuhan, jika sudah dipenuhi, ya sudah... Setelah semua urusan beres, gw mulai menata mental buat ngomong sama orang tua gw di rumah... Tapi baru saja leyeh-leyeh sebentar, sambil ngopi dan udut, ada panggilan masuk dari Lina...

Quote:

Di situ, gw sudah mikir yang ga-ga... Gw coba telpon balik, udah ga aktif... Wah, ada apa ini??? Jangan-jangan dia kerampokan... Yes, gw emang mikir seperti itu... Lina coba menghubungi gw, meminta tolong agar gw segera gass ke sana... Dengan cepat, gw pun turun, ambil ijo, dan gass tanpa peduli lagi dengan pengendara lain...

Skill gw sebagai mantan tukang kebut jalan-an memungkinkan untuk itu... Bodo amat dengan makian orang-orang, bodo amat juga dengan polisi yang bisa saja kejar gw karena menerobos lampu merah... Yang paling penting adalah, bagaimana gw bisa sampai di rumahnya Lina, secepat-cepatnya, itu saja...

Ketika gw sampai di sana, mobil Papa nya ada, mobilnya Lina juga ada... Justru yang gw dengar adalah amarah dan teriakan Papanya Lina yang jelas bisa gw dengar dari luar... Ok bro, gw laki-laki... Kalau dia mau marah, ga boleh ke Lina... Tapi ke gw, gw lah yang harus menanggung semua kesalahan yang sudah terjadi... Tanpa ragu, gw pencet bell dan... Baru kali ini gw lihat muka marahnya om Lee itu seperti apa...

Quote:

Semoga ini adalah akhir dari episode pahit antara gw dan Lina... Setelah ini, ga ada lagi hal-hal sampah kayak gini... Gw berharap ini adalah jalan tebusan atas kesalahan yang gw lakukan ke Om Lee... Tanpa ragu, gw pun memeluk Lina, calon ibu dari anak gw... Dia pun membalas pelukan gw, ga kalah erat... Dan lagi-lagi ada air mata di sana...

Quote:

Lina dan Mamanya, nampak mencoba bantu gw untuk bangun... Tapi segera gw tolak, dengan bangun secepatnya... Gw laki-laki boy, luka kayak gini ga akan membuat gw lemah dan mengaduh... Lagian, gw juga lagi senang... Mamanya Lina sudah mengganti panggilan untuk dirinya... Jika semula "tante", sekarang jadi "Mama"... Ini bagus, siapa tahu ini kode bahwa setelah ini dan seterusnya, gw harus panggil beliau dengan sebutan itu...

Gw menghadap kembali ke depan om Lee... Dengan Lina yang masih menunjukkan muka takut-takut... Gw??? Takut gw sudah gw kasih ke orang dengan cuma-cuma... Jadi, meski baru saja digebuki, gw tetap strong untuk menatap muka om Lee... Biasa saja, gw ga takut, gw hormat, dan gw ga punya dendam apapun ke beliau... Beliau pun nampak lebih tenag... Kelihatan kok dari raut wajah, juga ekspresinya...

Quote:

Ini di luar ekspektasi gw... Hukuman ini ga adil buat gw, ini terlalu berat buat gw... Gw merasa, ini akhir dari hidup gw... Gila aja, gw harus pisah dengan Lina??? Gw harus rela membiarkan dia sendiri berjuang untuk melahirkan anak gw??? Sisi jahat gw sempat mengatakan, "Udah boy, hajar aja!!! Usia nya mudaan lu, menang lu itu..."Tapi gw sadar, itu bukan solusi...

Quote:

Gw pergi, gw harus menghindari konflik yang lebih dalam lagi... Gw tidak takut jika dipukul lagi, tapi gw tahu om Lee orang nya gimana... Gw masih punya orang tua yang bisa gw andalkan untuk melobi beliau, OK untuk saat ini gw mundur sejenak, tapi gw ga akan menyerah... Gw akan maju, dan gw bahkan berjanji demi nyawa gw... Jika gw gagal menemani Lina melahirkan, mending gw ga kawin lagi selamanya...

Jalanan Semarang siang itu memang panas, tapi ga ada apa-apanya dibandingkan dengan hati gw yang hancur berkeping-keping... Ini sakit, meski ga sesakit saat Singa pergi... Gw hanya berfikir masih ada jalan buat gw, dan itu yang harus gw pikirkan... Gw arahkan ijo ke bengkelnya mas Kusno... Sampai di sana, lepas helm, ambil hp calling Lina, masih ga aktif nomornya... Calling mba Fara...

Quote:

Gw ga mau menambah pikiran mba Fara... Ini salah gw, ini masalah gw, jadi gw yang 100% bertanggung jawab atas ini semua... Gw duduk di kursi kayu di bengkelnya bang Kusno, ambil rokok, sulut... Pikiran gw udah ga jelas deh... Kenapa bisa kacau kayak gini sih??? Gimana solusi dan jalan keluarnya kalau udah kayak gini??? Lamunan yang harus gw akhiri, saat...

Quote:

Ini orang emang penghibur sejati deh... Lagi kayak gini lho, celetukannya bisa keluar ga pakai komando... Mungkin kalau dia kenal dengan dunia enteratain, nasibnya bisa kaya Tukul Arwana... Sayang, garis nasib bang Kus sepertinya cuma mentok sebagai tukang tambal ban...

Minuman datang, hajar... Botol 1,5 liter isi arak ludes dalam sekejap... Nambah lagi dan lagi... Entah berapa kali nambah, yang jelas gw terkapar di dekat kantor pos... Katanya sih gw merancu ga jelas... Ya gw mana tahu apa yang terjadi... Orang mabok beneran kok... Baru kali ini gw minum, sampai ga sadarkan diri kayak gini... Tahu-tahu gw udah di kosan, ditemani bang Kusno...

Quote:

Mba Fara datang, ga lama setelah gw siuman dari pengaruh alkohol... Di sini bang Kusno mulai mau mendengar kata-kata gw dan mba Fara agar dia pulang... Sekali lagi, ini masalah gw... Jadi gw yang harus selesaikan ini sendiri, bukan bikin repot orang lain... Setelah beberapa saat bernegosiasi, akhirnya mba bang Kusno mau pulang... Tinggal gw dan mba Fara...

Quote:

Percayalah, sekuat apapun laki-laki, pada satu titik dia akan menangis juga... Bukan karena dia cengeng atau merasakan sakit pada fisik yang terluka... Luka fisik itu ringan besok juga ilang... Tapi luka karena tidak bisa memberikan tanggung jawab kepada hal jelek yang sudah dilakukan, adalah luka parah yang akan membuat air mata harus tertumpah... Berat mblo, ngetiknya apalagi...




Ciaooo...
d5h
ashrose
sormin180
sormin180 dan 58 lainnya memberi reputasi
59
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.