- Beranda
- Stories from the Heart
Gadis Bercadar Itu
...
TS
cwhiskeytango
Gadis Bercadar Itu

SEKUAT mana kita setia...
SEHEBAT mana kita merancang...
SELAMA mana kita menunggu...
SEKERAS mana kita bersabar...
SEJUJUR mana kita menerima kekasih kita...
SELAMA mana kita bertahan bersamanya...
Jika ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA tidak menulis jodoh kita bersama orang yang kita sukai, Kita tetap tidak akan Bersama dengannya walau engkau bersusah payah mendapatkannya. Maka cintailah orang sewajarnya .... kerana orang yang kita cintai belum pasti jodoh kita nanti, kadang yang engkau nilai baik untuk mu belum tentu baik untuk ALLAH.
Saat hati berkata "INGIN", namun ALLAH berkata "TUNGGU".
Saat AIR MATA harus menitis, namun ALLAH berkata "TERSENYUMLAH"
Saat segalanya terasa "MEMBOSANKAN", namun ALLAH berkata "TERUSLAH MELANGKAH".
~Kita merancang Allah juga merancang tetapi perancangan Allah lebih baik.~
Jodoh itu kan Rahasia Allah. Sweet kan? Allah itu maha LUAR BIASA. Dia mau memberi kejutan untuk kita. Dan kita pula akan senantiasa menanti, siapakah jodoh kita. Tapi, sebelum tiba masanya, selagi itulah Dia akan rahasiakan daripada kita. Allah buat seperti itu bukan sia-sia, tidak ada sia-sia dalam perancanganNya. Dia ingin kita persiapkan diri secukupnya sebelum jodoh itu sampai. Selagi ada masa yang disediakan Allah untuk kita ini, mari kita tambahkan ilmu di dada secukupnya untuk menjadi hambaNya yang bertaqwa.
Ketika kau mendambakan sebuah cinta sejati yang tak kunjung datang, Allah SWT mempunyai Cinta dan Kasih yang lebih besar dari segalanya & Dia telah menciptakan seorang yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak. Ketika kau merasa bahawa kau mencintai seseorang, namun kau tahu cintamu tak terbalas Allah SWT tahu apa yang ada di depanmu & Dia sedang mempersiapkan segala yang terbaik untukmu
SEHEBAT mana kita merancang...
SELAMA mana kita menunggu...
SEKERAS mana kita bersabar...
SEJUJUR mana kita menerima kekasih kita...
SELAMA mana kita bertahan bersamanya...
Jika ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA tidak menulis jodoh kita bersama orang yang kita sukai, Kita tetap tidak akan Bersama dengannya walau engkau bersusah payah mendapatkannya. Maka cintailah orang sewajarnya .... kerana orang yang kita cintai belum pasti jodoh kita nanti, kadang yang engkau nilai baik untuk mu belum tentu baik untuk ALLAH.
Saat hati berkata "INGIN", namun ALLAH berkata "TUNGGU".
Saat AIR MATA harus menitis, namun ALLAH berkata "TERSENYUMLAH"
Saat segalanya terasa "MEMBOSANKAN", namun ALLAH berkata "TERUSLAH MELANGKAH".
~Kita merancang Allah juga merancang tetapi perancangan Allah lebih baik.~
Jodoh itu kan Rahasia Allah. Sweet kan? Allah itu maha LUAR BIASA. Dia mau memberi kejutan untuk kita. Dan kita pula akan senantiasa menanti, siapakah jodoh kita. Tapi, sebelum tiba masanya, selagi itulah Dia akan rahasiakan daripada kita. Allah buat seperti itu bukan sia-sia, tidak ada sia-sia dalam perancanganNya. Dia ingin kita persiapkan diri secukupnya sebelum jodoh itu sampai. Selagi ada masa yang disediakan Allah untuk kita ini, mari kita tambahkan ilmu di dada secukupnya untuk menjadi hambaNya yang bertaqwa.
Ketika kau mendambakan sebuah cinta sejati yang tak kunjung datang, Allah SWT mempunyai Cinta dan Kasih yang lebih besar dari segalanya & Dia telah menciptakan seorang yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak. Ketika kau merasa bahawa kau mencintai seseorang, namun kau tahu cintamu tak terbalas Allah SWT tahu apa yang ada di depanmu & Dia sedang mempersiapkan segala yang terbaik untukmu
I N D E X
Spoiler for EPISODE 1:
Diubah oleh cwhiskeytango 09-10-2019 18:57
husnamutia dan 22 lainnya memberi reputasi
19
26.6K
155
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cwhiskeytango
#8
Part 6 - Sebuah Kata
Setibanya aku dirumah, aku lihat ibu sedang duduk di teras rumah sambil menuliskan sesuatu dalam buku. Aku menghampiri beliau dan duduk disampingnya seraya mencium tangannya.
Setelah aku selesai dengan urusanku, aku ke gudang untuk mencari kayu yang ibu minta. Setelah aku membawa beberapa papan kayu, aku kembali ke teras rumah. Ternyata ibu ingin membuat sebuah meja kecil untuk berjualan diteras. Seperti etalase. Akupun memulai pekerjaanku setelah mengambil beberapa perlengkapan untuk bekerja.
Sebenarnya aku agak sedikit kesal karena aku harus kembali repot mengambil sepedaku yang tertinggal dirumah Andin. Waktu terus berlalu. Tak terasa adzan magrib berkumandang. Setelah melaksanakan shalat magrib di masjid, aku memutuskan untuk pergi kerumah Andin. Tapi sudahlah, itu sudah terjadi. Aku berangkat menuju rumah Andin menggunakan angkot. Entah berapa lama waktu perjalanan karena angkot ini banyak ngetemnya. Sampai akhirnya aku tiba dirumah Andin. Aku menekan tombol bel, dan keluarlah seorang perempuan yang pernah aku temui dulu. Bibi.
Aku berusaha untuk tetap tenang dan kembali pulang kerumah. Kali ini aku memutuskan untuk naik ojek saja agar lebih cepat. Tibalah aku dirumah, aku lihat mobil milik Andin terparkir di lapangan, dan kulihat Andin, Permata dan ibu sedang duduk di teras rumah.
Aku menghela nafas yang sedikit terengah-engah. Aku melihat Andin, ibu, dan Permata. Aku memejamkan mata sejenak, kemudian menyuruh Andin untuk kembali duduk disana. Ibu berpamitan untuk masuk kedalam rumah. Aku ikut duduk di lantai teras rumah.
Kulihat Permata hanya terdiam. Entah hanya perasaanku saja atau bukan, namun Permata nampak terlihat seperti kecewa, entah sedih, hanya saja yang aku tahu itu bukanlah wajah kebahagiaan. Saat kulihat lagi, ia langsung menunduk.
Andin dan Permata memutuskan untuk pulang karena sudah malam juga. Keesokan harinya aku tak ada jadwal kuliah. Aku memutuskan untuk kembali melanjutkan pembuatan etalase untuk ibu jualan. Waktu menunjukkan jam delapan pagi. Ibu sedang menyapu didalam, sementara aku sibuk dengan perkakasku.
Lia duduk dikursi depan bersama ibu. Aku melihat mereka begitu dekat. Aku terus saja sibuk dengan pekerjaanku. Lia yang sedari tadi mengamati dan melihat pekerjaanku mulai terperanjak ketika melihat jam tangannya.
Liapun berpamitan juga pada ibu. Setelah itu ia langsung pergi memenuhi janji pada temannya.
Oh manisnya dia. Liapun berlalu. Entah berapa lama aku bekerja, namun kini meja etalase kecil ini sudah mulai terlihat bentuknya. Mungkin kacanya akan aku ganti dengan kain penutup.
Aku berbalik ketika aku menjawab, dan aku lihat gadis yang aku kenal. Andin. Ia langsung salim pada ibu.
Andin hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Aku kembali ke kamarku untuk mengganti pakaianku. Aku memilih jaket hitam hoodie dan membawa tas selempang. Setelah siap, aku kembali keluar menemui Andin disana.
“Lagi apa bu” tanyaku
“Ini, ibu lagi gambar-gambar aja. Ibu kepikiran gimana kalau jualannya ditambah. Jadi kamu bawa ke kampus, ibu jual dirumah sambil jual makanan yang lain” ucapnya
“Aku sih setuju aja bu, tapi apa ibu ga akan kecapean nantinya?” tanyaku
“Engga, lagipula lumayan kan bisa untuk biaya tambahan kuliahmu”
“Yaudah, tapi ibu jangan maksain ya. Yaudah Danar masuk dulu, mau ganti baju”
“Kamu makan dulu sana, ibu udah masak, nanti bantu ibu cari kayu ya” ucap ibu
“Iya bu”
“Ini, ibu lagi gambar-gambar aja. Ibu kepikiran gimana kalau jualannya ditambah. Jadi kamu bawa ke kampus, ibu jual dirumah sambil jual makanan yang lain” ucapnya
“Aku sih setuju aja bu, tapi apa ibu ga akan kecapean nantinya?” tanyaku
“Engga, lagipula lumayan kan bisa untuk biaya tambahan kuliahmu”
“Yaudah, tapi ibu jangan maksain ya. Yaudah Danar masuk dulu, mau ganti baju”
“Kamu makan dulu sana, ibu udah masak, nanti bantu ibu cari kayu ya” ucap ibu
“Iya bu”
Setelah aku selesai dengan urusanku, aku ke gudang untuk mencari kayu yang ibu minta. Setelah aku membawa beberapa papan kayu, aku kembali ke teras rumah. Ternyata ibu ingin membuat sebuah meja kecil untuk berjualan diteras. Seperti etalase. Akupun memulai pekerjaanku setelah mengambil beberapa perlengkapan untuk bekerja.
“Oh iya nak, kamu ga jadi pulang sama temanmu itu?” tanya ibu
“Engga bu, kayanya dia tadi ada perlu jadi Danar pulang duluan”
“Ooh gitu, terus kamu besok kekampus pake apa?” tanya ibu
“Pakai umum dulu aja bu. Kan sepedanya dirumah Andin. Atau nanti Danar ambil ke rumah Andin”
“Yasudah, tapi hati-hati lho”
“Engga bu, kayanya dia tadi ada perlu jadi Danar pulang duluan”
“Ooh gitu, terus kamu besok kekampus pake apa?” tanya ibu
“Pakai umum dulu aja bu. Kan sepedanya dirumah Andin. Atau nanti Danar ambil ke rumah Andin”
“Yasudah, tapi hati-hati lho”
Sebenarnya aku agak sedikit kesal karena aku harus kembali repot mengambil sepedaku yang tertinggal dirumah Andin. Waktu terus berlalu. Tak terasa adzan magrib berkumandang. Setelah melaksanakan shalat magrib di masjid, aku memutuskan untuk pergi kerumah Andin. Tapi sudahlah, itu sudah terjadi. Aku berangkat menuju rumah Andin menggunakan angkot. Entah berapa lama waktu perjalanan karena angkot ini banyak ngetemnya. Sampai akhirnya aku tiba dirumah Andin. Aku menekan tombol bel, dan keluarlah seorang perempuan yang pernah aku temui dulu. Bibi.
“Andinnya ada, bi?” tanyaku
“Loh, non Andin sama non Permata kan ke rumah Den Danar” ucap bibi
“Hah? Kapan?” tanyaku
“Sekitar tiga puluh menit yang lalu” jawab bibi
“Sepedaku ada bi?” tanyaku
“Sudah dibawa juga pakai mobil tadi”
“Emm, yasudah kalau gitu saya pamit ya bi. Assalamualaikum” ucapku
“Waalaikumussalam”
“Loh, non Andin sama non Permata kan ke rumah Den Danar” ucap bibi
“Hah? Kapan?” tanyaku
“Sekitar tiga puluh menit yang lalu” jawab bibi
“Sepedaku ada bi?” tanyaku
“Sudah dibawa juga pakai mobil tadi”
“Emm, yasudah kalau gitu saya pamit ya bi. Assalamualaikum” ucapku
“Waalaikumussalam”
Aku berusaha untuk tetap tenang dan kembali pulang kerumah. Kali ini aku memutuskan untuk naik ojek saja agar lebih cepat. Tibalah aku dirumah, aku lihat mobil milik Andin terparkir di lapangan, dan kulihat Andin, Permata dan ibu sedang duduk di teras rumah.
“Assalamualaikum bu” ucapku sambil salim pada beliau
“Waalaikumussalam, nak”
“Bagus deh, sepedanya udah balik” ucapku
“Danar, lo marah ya” tanya Andin
“Engga” jawabku jutek
“Maaf, tadi siang itu handphone gue dititip, dan gue lagi fotocopy” kata Andin
“Terus ga ngabarin gitu ya?” tanyaku
“Ga gitu, HP gue keburu lowbet, gue juga lupa bawa charger. Maaf, Dan” ucap Andin
“Maaf kita jadi repotin antum” ucap Permata
“Nak, sudah, maafkan, lagipula ini kan ga direncanakan” ucap ibu
“Waalaikumussalam, nak”
“Bagus deh, sepedanya udah balik” ucapku
“Danar, lo marah ya” tanya Andin
“Engga” jawabku jutek
“Maaf, tadi siang itu handphone gue dititip, dan gue lagi fotocopy” kata Andin
“Terus ga ngabarin gitu ya?” tanyaku
“Ga gitu, HP gue keburu lowbet, gue juga lupa bawa charger. Maaf, Dan” ucap Andin
“Maaf kita jadi repotin antum” ucap Permata
“Nak, sudah, maafkan, lagipula ini kan ga direncanakan” ucap ibu
Aku menghela nafas yang sedikit terengah-engah. Aku melihat Andin, ibu, dan Permata. Aku memejamkan mata sejenak, kemudian menyuruh Andin untuk kembali duduk disana. Ibu berpamitan untuk masuk kedalam rumah. Aku ikut duduk di lantai teras rumah.
“Maaf Danar” ucap Andin menghampiriku
“Yaudah lupain aja. Gue cuma cape aja” jawabku
“Jangan gitu, gue ga enak sama lo jadinya” katanya tertunduk
“Iya iya, gue udah maafin kok. Gue yang harusnya minta maaf, udah marah-marah” ucapku
“Wajar lo marah, karena gue salah” kata Andin
“Yaudah lupain aja. Gue cuma cape aja” jawabku
“Jangan gitu, gue ga enak sama lo jadinya” katanya tertunduk
“Iya iya, gue udah maafin kok. Gue yang harusnya minta maaf, udah marah-marah” ucapku
“Wajar lo marah, karena gue salah” kata Andin
Kulihat Permata hanya terdiam. Entah hanya perasaanku saja atau bukan, namun Permata nampak terlihat seperti kecewa, entah sedih, hanya saja yang aku tahu itu bukanlah wajah kebahagiaan. Saat kulihat lagi, ia langsung menunduk.
“Kalian udah makan?” tanyaku
“Sudah tadi. Oh iya, gue bawain ini buat lo” kata Andin sambil mengeluarkan coklat dari tasnya
“Makasih” ucapku singkat
“Sudah tadi. Oh iya, gue bawain ini buat lo” kata Andin sambil mengeluarkan coklat dari tasnya
“Makasih” ucapku singkat
Andin dan Permata memutuskan untuk pulang karena sudah malam juga. Keesokan harinya aku tak ada jadwal kuliah. Aku memutuskan untuk kembali melanjutkan pembuatan etalase untuk ibu jualan. Waktu menunjukkan jam delapan pagi. Ibu sedang menyapu didalam, sementara aku sibuk dengan perkakasku.
“Assalamualaikum” ucap seseorang
“Waalaikumussalam” jawabku sambil menoleh
“Hei” ucapnya
“Lia? Tumben kesini” ucapku
“Hehe, iya. Kamu lagi apa?” tanyanya
“Lagi gini aja hehe. Bikin etalase buat ibu” ucapku
“Eh, ada nak Lia” ucap ibu seraya keluar dari dalam
“Iya, ibu apakabar?” tanya Lia pada ibu sambil salim pada beliau
“Alhamdulillah baik nak, kamu gimana? Kabar ayah sama ibumu gimana?” tanya ibu
“Alhamdulillah bu, semua dalam keadaan baik” jawab Lia
“Waalaikumussalam” jawabku sambil menoleh
“Hei” ucapnya
“Lia? Tumben kesini” ucapku
“Hehe, iya. Kamu lagi apa?” tanyanya
“Lagi gini aja hehe. Bikin etalase buat ibu” ucapku
“Eh, ada nak Lia” ucap ibu seraya keluar dari dalam
“Iya, ibu apakabar?” tanya Lia pada ibu sambil salim pada beliau
“Alhamdulillah baik nak, kamu gimana? Kabar ayah sama ibumu gimana?” tanya ibu
“Alhamdulillah bu, semua dalam keadaan baik” jawab Lia
Lia duduk dikursi depan bersama ibu. Aku melihat mereka begitu dekat. Aku terus saja sibuk dengan pekerjaanku. Lia yang sedari tadi mengamati dan melihat pekerjaanku mulai terperanjak ketika melihat jam tangannya.
“Kenapa Lia?” tanyaku
“Aku baru inget aku ada janji sama temanku” katanya
“Oh ya? Yaudah berangkat gih” ujarku
“Emm kamu gapapa ditinggal?” tanyanya
“Ya gapapa Lia” ucapku tersenyum padanya
“Yaudah aku berangkat ya” katanya
“Aku baru inget aku ada janji sama temanku” katanya
“Oh ya? Yaudah berangkat gih” ujarku
“Emm kamu gapapa ditinggal?” tanyanya
“Ya gapapa Lia” ucapku tersenyum padanya
“Yaudah aku berangkat ya” katanya
Liapun berpamitan juga pada ibu. Setelah itu ia langsung pergi memenuhi janji pada temannya.
“Danar” panggilnya
“Kamu hati-hati” ucapku
“Iya, makasih” katanya tersenyum manis
“Kamu hati-hati” ucapku
“Iya, makasih” katanya tersenyum manis
Oh manisnya dia. Liapun berlalu. Entah berapa lama aku bekerja, namun kini meja etalase kecil ini sudah mulai terlihat bentuknya. Mungkin kacanya akan aku ganti dengan kain penutup.
“Bu, sudah selesai nih” panggilku dariluar
“Iya nak” jawab ibu dari dalam
Tak lama ibu keluar. Beliau nampak senang dengan pekerjaanku.
“Wah alhamdulillah selesai ya nak” ucap ibu
“Iya bu, alhamdulillah”
“Besok udah bisa dipake?” tanyanya
“Sudah bu. Nanti Danar bantuin ya”
“Yaudah, kamu makan dulu, ibu udah siapin makanan” ucap ibu
“Iya bu”
“Assalamualaikum” ucap seseorang ketika aku hendak masuk
“Waalaikumussalam” jawabku dan ibu
“Iya nak” jawab ibu dari dalam
Tak lama ibu keluar. Beliau nampak senang dengan pekerjaanku.
“Wah alhamdulillah selesai ya nak” ucap ibu
“Iya bu, alhamdulillah”
“Besok udah bisa dipake?” tanyanya
“Sudah bu. Nanti Danar bantuin ya”
“Yaudah, kamu makan dulu, ibu udah siapin makanan” ucap ibu
“Iya bu”
“Assalamualaikum” ucap seseorang ketika aku hendak masuk
“Waalaikumussalam” jawabku dan ibu
Aku berbalik ketika aku menjawab, dan aku lihat gadis yang aku kenal. Andin. Ia langsung salim pada ibu.
“Ada apa Din?” tanyaku
“Emm, gue mau ngajak jalan, lo ada waktu?” tanyanya
“Ada sih, tapi gue baru mau makan” ucapku
“Nanti aja kita makan diluar. Bu, boleh Andin ajak Danar?” tanyanya
“Iya boleh, tapi gimana Danar aja” jawab ibu
“Emm, ibu gapapa?” tanyaku
“Ibu gapapa” jawab beliau tersenyum
“Yaudah, aku ganti baju sebentar ya” ucapku
“Emm, gue mau ngajak jalan, lo ada waktu?” tanyanya
“Ada sih, tapi gue baru mau makan” ucapku
“Nanti aja kita makan diluar. Bu, boleh Andin ajak Danar?” tanyanya
“Iya boleh, tapi gimana Danar aja” jawab ibu
“Emm, ibu gapapa?” tanyaku
“Ibu gapapa” jawab beliau tersenyum
“Yaudah, aku ganti baju sebentar ya” ucapku
Andin hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Aku kembali ke kamarku untuk mengganti pakaianku. Aku memilih jaket hitam hoodie dan membawa tas selempang. Setelah siap, aku kembali keluar menemui Andin disana.
“Mau pergi pake apa?” tanyaku
“Lo bisa bawa motor?” tanyanya
“Bisa” jawabku
“Yaudah yuk” katanya
“Bu, Danar pergi dulu sama Andin” ucapku sambil salim pada ibu
“Iya nak, hati-hati” jawab beliau
“Assalamualaikum” ucapku dan Andin
“Waalaikumussalam”
“Lo bisa bawa motor?” tanyanya
“Bisa” jawabku
“Yaudah yuk” katanya
“Bu, Danar pergi dulu sama Andin” ucapku sambil salim pada ibu
“Iya nak, hati-hati” jawab beliau
“Assalamualaikum” ucapku dan Andin
“Waalaikumussalam”
nuryadiari dan 4 lainnya memberi reputasi
5