- Beranda
- Stories from the Heart
Black Part Of Woman
...
TS
anism
Black Part Of Woman
Spoiler for Peringatan:
Spoiler for Anissa : Aku Bukan pramuria:
Spoiler for Ibu?!:
Spoiler for I Must Found a Father for You:
Wanita itu unik. Karena itu perlakuan terhadap mereka pun berbeda-beda dan spesial.
mereka selalu punya cerita menarik yang pantas disimak
Anism & (edit by) Fanzangela
Diubah oleh anism 30-05-2019 11:43
devarisma04 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
48.2K
379
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#359
Wanita yang Tidak Dapat Menjadi Ibu, Namun Berkemampuan
“Kehidupan pilu yang dijalani seorang wanita.
Membuatnya lebih indah dari berlian.”
Wanita ini adalah tante saya. Benar. Tante yang membesarkan adik saya. Beliau sungguh adalah interpretasi dari wanita yang istriable. Dia belajar memasak sejak berumur sembilan tahun. Jangan tanya pekerjaan rumah cemen lainnya. Karena saat itu saja dia sudah mengangkat wajan yang lebih besar dari ukuran badannya.
Namun, apa daya. Dia tidak pernah berkesempatan melahirkan seorang bayi karena dia menikah di usia senja. Dimana beliau sudah mendekati menopause. Mengapa? Mengapa tidak menikah cepat? Makanya, mungkin banyak pilih.
Well, dari serangkaian kalimat itu adalah hal yang sering saya dengar dari sekelumit orang jika mengetahui ada wanita yang belum menikah di usia senja. Beliau bisa saja menikah bahkan di usia muda, jikalau kakek saya tidak menghalanginya.
Kakek saya tidak mau tante saya menikah dengan pria yang dianggapnya tidak melebihi perekonomian mereka. Tante saya yang notabene adalah wanita zaman dahulu hanya bisa menelan pahitnya keputusan orang tua. Berapa banyak pun keluarga yang berusaha menjodohkan tante saya. Pasti ada yang membuat kakek nenek saya tidak menyetujuinya. Kalau sang kakek setuju, sang nenek mulai meracau. Jika sang nenek setuju, ada perhitungan panjang lagi dari sang kakek yang berbuntut pada batalnya lamaran.
Hidup dalam tekanan seperti itu bukannya membuat tanteku keras. Beliau malah sangat baik hati, ya terkadang beliau memang suka berbicara apa adanya. Istilahnya menumpahkan segala isi pikirannya pada setiap kejadian. Aku bisa memahami. Mungkin ini adalah efek dari dulu. Dulu dia tidak punya hak sama sekali dalam bersuara. Orang tuanya merasa mereka paling tahu dan berhak atas kehidupan tanteku, anak sulung mereka.
Dan beliaulah yang telah memasakkan makanan untuk kami semua dirumah selama lebih dari dua puluh empat tahun. Itu terhitung sejak dari ayahku menikah dengan ibuku. Belum jika dihitung dirinya sendiri yang mulai memasak untuk kakek nenek, ayah dan kedua tanteku yang lain. Terkadang dia bahkan bisa mengangkat dan memastikan rasa hanya dari aroma.
Bagi saya dan adik-adik saya, beliau terasa lebih seperti Ibu kami daripada seorang tante. Ada banyak hal yang tidak dapat kami bagi dengan orang tua kami, kami sampaikan kepada beliau. Sebab, beliau selalu mencoba melihat segala masalah dari perspektif kita terlebih dahulu. Beliau tidak pernah berkesempatan mengandung maupun melahirkan anak dari rahimnya sendiri.
Namun, dia punya seorang anak angkat. Dan pastinya kami. Saya dan saudara-saudara saya adalah anak-anak baginya. Tidak melahirkan bukan berarti membuat seorang wanita merasakan sempurnanya membagi kasih sayang sebagai seorang Ibu.
Jika Anda bisa memilih apakah Anda ingin “berhasil” menjadi Ibu secara harafiah ataukah menjadi Ibu secara utuh yaitu secara batiniah? Bukan bermaksud tamak, namun saya sungguh berharap kita semua bisa berkesempatan menjadi keduanya.
Salam cinta dari seorang calon Ibu muda kepada semua wanita di dunia. Anda sempurna dengan semua cinta kasih yang Anda miliki. Bukan pada kefisikan, jumlah maupun harta yang Anda peroleh.
“Kehidupan pilu yang dijalani seorang wanita.
Membuatnya lebih indah dari berlian.”
Anism
Wanita ini adalah tante saya. Benar. Tante yang membesarkan adik saya. Beliau sungguh adalah interpretasi dari wanita yang istriable. Dia belajar memasak sejak berumur sembilan tahun. Jangan tanya pekerjaan rumah cemen lainnya. Karena saat itu saja dia sudah mengangkat wajan yang lebih besar dari ukuran badannya.
Namun, apa daya. Dia tidak pernah berkesempatan melahirkan seorang bayi karena dia menikah di usia senja. Dimana beliau sudah mendekati menopause. Mengapa? Mengapa tidak menikah cepat? Makanya, mungkin banyak pilih.
Well, dari serangkaian kalimat itu adalah hal yang sering saya dengar dari sekelumit orang jika mengetahui ada wanita yang belum menikah di usia senja. Beliau bisa saja menikah bahkan di usia muda, jikalau kakek saya tidak menghalanginya.
Kakek saya tidak mau tante saya menikah dengan pria yang dianggapnya tidak melebihi perekonomian mereka. Tante saya yang notabene adalah wanita zaman dahulu hanya bisa menelan pahitnya keputusan orang tua. Berapa banyak pun keluarga yang berusaha menjodohkan tante saya. Pasti ada yang membuat kakek nenek saya tidak menyetujuinya. Kalau sang kakek setuju, sang nenek mulai meracau. Jika sang nenek setuju, ada perhitungan panjang lagi dari sang kakek yang berbuntut pada batalnya lamaran.
Hidup dalam tekanan seperti itu bukannya membuat tanteku keras. Beliau malah sangat baik hati, ya terkadang beliau memang suka berbicara apa adanya. Istilahnya menumpahkan segala isi pikirannya pada setiap kejadian. Aku bisa memahami. Mungkin ini adalah efek dari dulu. Dulu dia tidak punya hak sama sekali dalam bersuara. Orang tuanya merasa mereka paling tahu dan berhak atas kehidupan tanteku, anak sulung mereka.
Dan beliaulah yang telah memasakkan makanan untuk kami semua dirumah selama lebih dari dua puluh empat tahun. Itu terhitung sejak dari ayahku menikah dengan ibuku. Belum jika dihitung dirinya sendiri yang mulai memasak untuk kakek nenek, ayah dan kedua tanteku yang lain. Terkadang dia bahkan bisa mengangkat dan memastikan rasa hanya dari aroma.
Bagi saya dan adik-adik saya, beliau terasa lebih seperti Ibu kami daripada seorang tante. Ada banyak hal yang tidak dapat kami bagi dengan orang tua kami, kami sampaikan kepada beliau. Sebab, beliau selalu mencoba melihat segala masalah dari perspektif kita terlebih dahulu. Beliau tidak pernah berkesempatan mengandung maupun melahirkan anak dari rahimnya sendiri.
Namun, dia punya seorang anak angkat. Dan pastinya kami. Saya dan saudara-saudara saya adalah anak-anak baginya. Tidak melahirkan bukan berarti membuat seorang wanita merasakan sempurnanya membagi kasih sayang sebagai seorang Ibu.
Jika Anda bisa memilih apakah Anda ingin “berhasil” menjadi Ibu secara harafiah ataukah menjadi Ibu secara utuh yaitu secara batiniah? Bukan bermaksud tamak, namun saya sungguh berharap kita semua bisa berkesempatan menjadi keduanya.
Salam cinta dari seorang calon Ibu muda kepada semua wanita di dunia. Anda sempurna dengan semua cinta kasih yang Anda miliki. Bukan pada kefisikan, jumlah maupun harta yang Anda peroleh.
Diubah oleh anism 28-04-2019 13:22
0