Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

karnaufalAvatar border
TS
karnaufal
One More Hour








Cerita ini kupersembahkan untukmu.
Hanya untuk dirimu.


Much Love,

-B-


emoticon-Matahari
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 477 suara
Siapakah yang akan menjadi pasangan hidup Bayu?
Muthia
6%
Sita
28%
Alexy
54%
Wanita lain selain pilihan-pilihan di atas
12%
junti27
gocharaya
fawaid113
fawaid113 dan 67 lainnya memberi reputasi
64
1.6M
6.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
karnaufalAvatar border
TS
karnaufal
#5897
126.
Doubt



“Tau ga sih Lex?”

"Hmmm?" Alexy menggumam, lalu kemudian dia menoleh ke arah gue, yang membuat rambut ikal kecokelatannya itu menjuntai ke samping. "Tau apa Bay?"

"Kadang-kadang aku suka sedih kalo aku inget waktu jaman dulu." Gue terkekeh kecil. "Dulu kalo aku di bandara kayak gini pas lagi nunggu pesawat, aku diem aja kayak yang ga tau harus ngapain. Duduk, buka hp, masukin hp ke saku celana, terus bengong lagi ngeliatin orang-orang. Mana pas nanti turun dari pesawat, ga ada yang jemput aku. Jalan aja lurus dari arah pintu kedatangan sampe pintu keluar, ga kayak orang lain, yang peluk-pelukan dulu, yang ketawa-ketiwi dulu ketemu pasangan mereka yang jemput di sini..."

"..."

"Terus aku baru ngobrolnya pas masuk ke taksi aja tuh, ngobrol bareng sama supirnya. Pas sampe kost ya sendiri lagi, unpacking baju sendiri, beres-beres kamer sendiri, ya tapi walaupun kadang-kadang emang aja ada Sita yang ngerecokin..." Gue menggaruk tengkuk. "...tetep aja jomblo."

"Kan sekarang kamu udah punya akuuu..." Alexy berkata gemas dan reflek gue pun mempererat genggaman tangan kami berdua.

"Punya seseorang yang melengkapi kita tuh enak ya rasanya?"

"Emang kayak gimana rasanya?"

Gue menoleh ke arah lain, lalu senyam-senyum sendiri. "Enak aja, di dalam dada tuh rasanya ga kosong, kemana-mana ada yang nemenin, mau dimanapun aku berada juga aku tetep bisa cerita tentang apapun sama kamu, aku bisa ngobrol sampe berbusa sama kamu dan ga pernah bosen buat selalu kangen sama kamu, terus, hmmm, terus apa lagi ya?"

Alexy pun kemudian agak sedikit menarik tangan sebelah kanan gue, sebelum pada akhirnya dia menyandarkan kepalanya secara perlahan pada bahu gue seraya memejamkan kedua matanya. "Kamu jadi selalu punya tujuan untuk kembali pulang."

"Dan juga akan selalu ada seseorang yang menyambut aku di pintu rumah, menunggu aku dengan segala kehangatan yang bisa kamu kasih untuk aku."Gue pun tersenyum seraya menikmati aroma rambut serta wangi parfumnya yang menggoda itu. Nikmat sekali rasanya.

"Kayaknya, itu tugas dari seorang istri untuk suaminya ya? Iya kan Bay?"

Deg!

Lalu ketika gue menolehkan kepala ke kanan, Alexy ternyata sedang melirikkan kedua matanya ke arah gue, sebelum pada akhirnya dia memeletkan lidah seraya mengerutkan keningnya yang membuat gue tertawa kecil.

'Iya, Lex, segera, ya?' Gue membatin dalam hati.

Tidak lama berselang, suara renyah dari sang announcer menggema ke seisi bandara yang memberitahu bahwa gue harus boarding secepatnya. Seraya menghela nafas panjang, gue pun mengelus-elus punggung tangan Alexy dan lebih menikmati alunan lembut dari Leaving On A Jet Plane-nya Chantal Kreviazuk yang sedang Alexy senandungkan dengan nada rendah.

"Bay..." Panggilnya kemudian. "Kangen..."

"Hei, sayang, aku kan di sini?" Gue melepas genggaman tangan Alexy dan memeluk erat sebelah bahunya. "Aku perginya ga akan lama, cuman tiga hari doang kok, gapapa ya?"

"Jangan lama-lama perginya..."

Gue tersenyum. "Iya."

"Cepet pulang..."

"Iyaaa..." Gue terkekeh kecil, dan menyentuh gemas ujung hidungnya yang glowy itu. "Kamu jadi manja banget ya sekarang?"

Alexy pun hanya menganggukkan kepalanya saja pada bahu gue tanpa berbicara, sebelum pada akhirnya dia menggeliat bangkit dari kursi dan agak sedikit merapikan kemeja berwarna biru lautnya itu. "Yuk, aku anter sampe gate."

***


Suara tetesan air dari shower di atas kepala gue, terasa sangat menentramkan sekali. Air hangat yang keluar pun seakan membuat seluruh permukaan kulit gue menjadi lebih rileks, dan juga menyegarkan di saat yang bersamaan.

Entah sudah berapa lama gue berdiam diri di bawah kucuran air hangat ini. Gue kemudian menjulurkan sebelah tangan ke depan, dan meraba-raba dinding untuk mencari tuas shower tanpa membuka mata. Setelah tuas tersebut gue pegang, gue pun menekannya ke bawah.

Air hangat yang sedari tadi mengucur deras itu kini hanya menyisakan rintik-rintik kecilnya saja, sebelum pada akhirnya air tersebut tidak keluar sama sekali seiring dengan gue yang keluar dari bilik kaca sembari mengeringkan tubuh dengan handuk putih tebal.

Meeting pada hari ini terasa sangat melelahkan. Mulai dari jam masuk kantor hingga menyentuh pukul empat barusan, gue sepertinya sama sekali tidak keluar ruang meeting selain untuk melaksanakan ibadah shalat dzuhur serta makan siang. Selebihnya, gue berada di dalam ruangan tersebut, dan secara bergantian antara gue dan rekan-rekan kerja lainnya beradu strategi dan argumen mengenai sebuah project kantor yang cukup alot.

Dan pada malam hari ini gue juga masihperlu me-review draft report yang telah dikirim oleh Gina melalui email.

Di Jakarta sana sepertinya saat ini jam masih menunjukkan waktu pukul sepuluh, sedangkan di sini sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Walaupun hanya berbeda satu jam saja, tetapi jarak antara Makassar dan Jakarta sepertinya lumayan jauh. Gue baru menyadari hal tersebut ketika gue iseng membuka aplikasi Google Maps dan melihat jarak antara kedua kota tersebut.

'Lexy lagi apa ya?' Gue bermonolog dalam hati.

Selepas petang tadi setelah gue melaksanakan shalat maghrib berjamaah di kantor, Alexy memberi gue kabar bahwa dia akan menginap di rumah Muthia, dan gue yakin sekali Alexy akan jarang memegang handphonenya. Entah karena asyik masak-masak di sana ataupun sekedar menonton tv bersama. Gue tidak tahu pasti apa yang sedang Alexy lakukan dengan Muthia, tetapi gue sangat yakin bahwa handphone Alexy akan ia simpan begitu saja di dalam tas ataupun di atas meja.

Oh well...

Gue pun tanpa pikir panjang lagi langsung mengetik nomor telepon milik Alexy yang sudah gue hafal di luar kepala.

Terdengar nada dering untuk beberapa saat, sebelum pada akhirnya panggilan gue ini tersambung kepadanya. "Halooo, Muthia di siniii..!"

"Halo... Eh, kok kamu? Lexy kemana?"

"Lexy lagi di dapur, kenapa Bay?"

"Yeee, harusnya aku yang tanya, kenapa kamu yang angkat teleponnya Muuut..." Gue mengibaskan tangan di udara, seraya terkekeh sendiri. "Aku cuman mau ngabarin Lexy aja, malem ini aku lembur dulu."

"Oki doki!"

Lalu tiba-tiba saja gue teringat sesuatu, setelah percakapan gue dan Muthia melewati jeda selama beberapa detik. "Mut, aku mau tanya."

"Boleh, apa?"

"Itu..." Gue menggaruk-garuk pelipis, lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghelanya secara cepat. "Alexy lagi sakit ya? Dia sakit apa?"

"Ngg, eh? Apa Bay? Sakit?"

"Iya, kamu tau ga, kalo dia tuh sakit apa?"

"Eh, bentar-bentar ini Lexy udah selesai nih!" Ujar Muthia dari ujung sana, dan sayup-sayup gue dapat mendengar Muthia memanggil nama Alexy dengan berteriak.

"Halo? Bay?"

Ketika gue mendengar suara itu, mendengar suara halus itu, kedua ujung bibir gue pun langsung melebar dengan sendirinya, yang membuat gue agak terdiam untuk beberapa saat. "Halo? Bayuuu?"

"Hai Lex." Ujar gue pada akhirnya, masih dengan senyam-senyum sendiri sembari merebahkan badan di atas tempat tidur yang empuk ini.

"Kangen ya?"

Gue tertawa. "Ya kalo ga kangen sih, ngapain aku telfon kamu malem-malem gini."

"Eh iya di sana tuh udah jam sebelas ya?"

"Iya..."

Kami berdua kemudian larut ke dalam pembicaraan yang cukup panjang. Gue menanyakan kegiatannya di hari ini, dan dia pun bertanya mengenai kegiatan gue, yang gue jawab dengan 'meeting ga kelar-kelar' sembari tertawa.

"Ya udah, kalo gitu aku mau lemburan dulu ya sekarang..."

"Ga bisa dikerjain besok aja Bay kerjaannya? Udah malem lho ini, kamu ga capek emangnya kerja terus?"

Gue menghela nafas, dan memejamkan kedua mata seraya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. "Kamu yang bikin aku gak capek, Lex. Kamu tuh ibarat stress release-nya aku kalo aku penat sama kerjaan."

"..."

"Halo? Lex?"

"I love you Bayu. Sooo much. Kamu tuh ya, adaaa aja yang bisa bikin aku ge-er sendiri. Sebel."

"Heh! Ini aku juga lagi senyam-senyum loh, kamu bilang kayak gitu malah aku jadi ga mau berenti senyum tau!"

Suara tawa renyah Alexy pun terdengar dari ujung sana, yang semakin membuat gue merasa lebih senang lagi dari sebelumnya. "Ya udah gih sana kamu kerja, daripada senyam-senyum sendiri terus jadi orang gila kan?"

Gue tertawa. "Iya deeeh, bye Lex, besok aku telfon lagi ya?"

"Okeee..."

Klik!


Dan panggilan telepon kami berdua pun berakhir, dengan kedua ujung bibir gue yang masih merekah lebar.

Setelah gue menarik nafas dalam-dalam, gue bangkit dari tempat tidur dan mengecek layar handphone yang ternyata ada notifikasi pesan chat yang masuk. Mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu, dan ternyata chat tersebut berasal dari Muthia, yang seketika saja membuat senyuman gue ini kembali menghilang seketika.

"Alexy baik-baik aja Bay, trust me, okay? : )"
rasaapel
efti108
khodzimzz
khodzimzz dan 27 lainnya memberi reputasi
26
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.