- Beranda
- Stories from the Heart
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
...
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
![[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2](https://s.kaskus.id/images/2019/01/08/9503613_20190108120951.png)
Quote:
Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.
Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.
Terima kasih.
Spoiler for Perkenalan:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#836
Chapter 59
Sudah menghitung hari untuk tiba pada saat hari pernikahan antara Anna dan Rendy. Anna yang perlahan pulih dari kondisinya dan sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Anna sudah bisa kembali memasak dan mengerjakan pekerjaan dapur bersama ibunda tercinta karena dia telah mengajukan pengunduran dirinya dari tempat dia bekerja. Pernikahan dengan Rendy, selaku atasannya di sana membuat Anna memutuskan untuk berhenti karena perusahaan tidak mengizinkan pasangan suami-istri bekerja di satu perusahaan.
Kumandang adzan shubuh terdengar. Langit terlihat biru gelap dengan taburan jutaan bintang di angkasa layaknya serpihan permata. Menunggu sang bintang pusat tata surya yang berjarak satu juta kilometer menampakkan diri. Anna yang nyenyak terlelap akhirnya terbangun dari mimpi alam bawah sadarnya.
Masih menggunakan tanktopberwarna hijau dan hotpants biru muda, dia berjalan menuju kamar mandi dengan mata sayu belum sepenuhnya sadar. Bahkan, rambutnya berantakan layaknya sekumpulan benang terurai yang kusut.
Rendy sedang duduk di daun jendela kamarnya yang terbuka. Menatap langit yang berwarna biru gelap dengan hiasan jutaan bintang. Ditemani oleh ranting yang berdansa tertiup irama angin yang bertiup pelan. Menggugurkan dedaunan yang sudah tak dapat menggenggam erat pada dahannya.
Anita berjalan keluar dari kamar Rendy dan masuk ke dalam kamar milik Tasya untuk melanjutkan tidurnya. Rendy kembali menyendiri dalam kamarnya sambil memandangi langit yang perlahan merubah warnanya menjadi biru terang serta burung gereja yang bernyanyi riang dan lantang dari atas pohon yang bergoyang.
Rendy mencari nomor telepon genggam milik Anna dan menelponnya.
Cinta adalah sebuah anugerah paling indah yang diturunkan Tuhan untuk setiap makhluk ciptaan-Nya. Setiap yang hidup pasti mempunyai dan dapat merasakan perasaan itu. Rasa yang timbul atas izin Sang Pencipta tanpa adanya syarat dan ketentuan. Tak menentu kepada siapa perasaan tersebut ditujukan. Bisa untuk pasangan, orang tua dan anak. Bahkan, perasaan itu bisa muncul dari orang yang sudah mempunyai pasangan hidup namun mencintai orang lain yang bukan pasangannya.
Kita tidak bisa mengatur kepada siapa cinta ini lahir. Kita tidak bisa memaksakan perasaan ini harus terbalaskan dari orang yang kita cintai. Mau sebaik apapun perlakuan orang lain terhadap kita, tidak akan bisa membuat kita kembali mencintainya. Sebaliknya pun sama, sekeras apapun kita menjaga dan mencintai orang yang kita cintai, belum tentu ia merasakan perasaan yang sama terhadap kita. Cinta bisa lahir tanpa alasan, syarat, dan ketentuan.
Setelah selesai memasak, Anna melanjutkan aktivitasnya. Dia segera bersiap menuju tempat di mana dia dan Rendy sudah membuat janji. Anna berpakaian dengan sederhana dan tak lupa dengan hijabnya karena dia hanya ingin menuju tempat yang tak begitu jauh dari rumahnya.
Suasana pagi di area taman masih segar. Belum banyak orang-orang berlalu lalang. Namun, ada beberapa yang sedang berolahraga. Pada waktu ini, sebagian orang masih terlelap dalam mimpi karena lelah dengan aktivitas di hari kerja. Tapi, tidak dengan Anna dan Rendy. Mereka justru bersemangat karena cinta mereka berdua membuat hari-hari menjadi indah di jalani.
Rendy yang sudah sampai di area taman langsung saja berjalan menuju bangku taman yang kosong. Rendy duduk sambil melihat sekelilingnya. Dia juga tak lupa mengirimkan kabar kepada Anna bahwa dia sudah sampai melalui aplikasi whatsapp. Tiba-tiba saja ada seorang perempuan dengan rambut panjang lurus hingga punggung bagian atas dengan memakai kaos biru muda dan celana pendek, tiba-tiba duduk di samping Rendy. Perempuan bertubuh langsing, berkulit cerah dan berkacamata ini membuat Rendy terkejut.
Perempuan itu melempar senyuman yang manis ke arah Rendy. Rendy pun kaget melihatnya.
Suasana hening beberapa saat. Rendy dan Fara memalingkan pandangan ke depan tak saling menatap wajah. Fara menghela napas panjang sambil melihat langit biru yang cerah serta awan yang berjalan perlahan.
Anna yang melihat dari kejauhan pun mendekat perlahan. Mendapati Rendy sedang saling menggenggam tangan. Bibirnya tak dapat berucap. Kakinya serasa tak kuat menopang tubuhnya yang bergetar hebat. Ingin marah, namun seperti tertahan. Rasa sakit yang mendalam melihat lelaki yang dia cintai sedang saling bergenggaman dengan perempuan lain.
****
Kumandang adzan shubuh terdengar. Langit terlihat biru gelap dengan taburan jutaan bintang di angkasa layaknya serpihan permata. Menunggu sang bintang pusat tata surya yang berjarak satu juta kilometer menampakkan diri. Anna yang nyenyak terlelap akhirnya terbangun dari mimpi alam bawah sadarnya.
Masih menggunakan tanktopberwarna hijau dan hotpants biru muda, dia berjalan menuju kamar mandi dengan mata sayu belum sepenuhnya sadar. Bahkan, rambutnya berantakan layaknya sekumpulan benang terurai yang kusut.
“Anna, mau ngapain?” tanya ibunda Anna yang baru saja keluar kamar.
“Wudhu... Sholat...” jawab Anna dengan lemas.
“Ya kamu ganti dulu dong pakaian kamu... Masa mau ketemu Allah, kamu pakai pakaian begini...” protes ibunda.
“Males gantinya, Bu...” jawab Anna lemas.
“Nih matanya melek, Na... Melek nih...” ibunda Anna membuka paksa mata Anna yang masih separuh terpejam.
“Aaahhh... Ngantuk tau...”
“Hahahahaha... Kamu ini udah mau nikah... Kelakuan masih aja sama kayak waktu sekolah, nak...” ujar ibunda Anna.
“Hehehehe...” Anna tersenyum.
****
“Hei!” Anita memegang kedua bahu Rendy secara tiba-tiba. “Bengong aja pagi-pagi buta.” lanjutnya.
“Wudhu... Sholat...” jawab Anna dengan lemas.
“Ya kamu ganti dulu dong pakaian kamu... Masa mau ketemu Allah, kamu pakai pakaian begini...” protes ibunda.
“Males gantinya, Bu...” jawab Anna lemas.
“Nih matanya melek, Na... Melek nih...” ibunda Anna membuka paksa mata Anna yang masih separuh terpejam.
“Aaahhh... Ngantuk tau...”
“Hahahahaha... Kamu ini udah mau nikah... Kelakuan masih aja sama kayak waktu sekolah, nak...” ujar ibunda Anna.
“Hehehehe...” Anna tersenyum.
****
“Hei!” Anita memegang kedua bahu Rendy secara tiba-tiba. “Bengong aja pagi-pagi buta.” lanjutnya.
Rendy sedang duduk di daun jendela kamarnya yang terbuka. Menatap langit yang berwarna biru gelap dengan hiasan jutaan bintang. Ditemani oleh ranting yang berdansa tertiup irama angin yang bertiup pelan. Menggugurkan dedaunan yang sudah tak dapat menggenggam erat pada dahannya.
“Mikirin apa sih?” tanya Anita yang sedang berbaring di atas ranjang milik Rendy.
“Aku lagi deg-degan, Kak...” ujar Rendy.
“Kenapa?” tanya Anita seraya bangun dari baringnya dan menghampiri Rendy. “Kamu nafsu liat aku ya...” tiba-tiba saja Anita memeluk Rendy dari belakang dan menempelkan dadanya di bagian belakang leher Rendy.
“Duh! Apaan sih, Kak! Kebiasaan!” Rendy sedikit emosi dan memberontak. “Aku kepikiran gimana nanti pas akad nikah...” ujarnya.
“Emang berapa hari lagi?” tanya Anita.
“Tiga minggu lagi...” jawab Rendy.
“Ya ampun masih lama juga... Ngapain dipikirin... Mending jalan gih... Biar otak kamu refresh.” ujar Anita.
“Nih... Bangunin Anna tuh sekalian ajak jalan...” Anita memberikan telepon genggam milik Rendy yang tergeletak di atas meja.
Rendy tersenyum ke arah Anita. “Iya, makasih ya, Kak...”
“Aku lagi deg-degan, Kak...” ujar Rendy.
“Kenapa?” tanya Anita seraya bangun dari baringnya dan menghampiri Rendy. “Kamu nafsu liat aku ya...” tiba-tiba saja Anita memeluk Rendy dari belakang dan menempelkan dadanya di bagian belakang leher Rendy.
“Duh! Apaan sih, Kak! Kebiasaan!” Rendy sedikit emosi dan memberontak. “Aku kepikiran gimana nanti pas akad nikah...” ujarnya.
“Emang berapa hari lagi?” tanya Anita.
“Tiga minggu lagi...” jawab Rendy.
“Ya ampun masih lama juga... Ngapain dipikirin... Mending jalan gih... Biar otak kamu refresh.” ujar Anita.
“Nih... Bangunin Anna tuh sekalian ajak jalan...” Anita memberikan telepon genggam milik Rendy yang tergeletak di atas meja.
Rendy tersenyum ke arah Anita. “Iya, makasih ya, Kak...”
Anita berjalan keluar dari kamar Rendy dan masuk ke dalam kamar milik Tasya untuk melanjutkan tidurnya. Rendy kembali menyendiri dalam kamarnya sambil memandangi langit yang perlahan merubah warnanya menjadi biru terang serta burung gereja yang bernyanyi riang dan lantang dari atas pohon yang bergoyang.
Rendy mencari nomor telepon genggam milik Anna dan menelponnya.
“Assalamu ‘alaikum, sayang...”terdengar suara Anna dari balik telepon.
“Wa ‘alaikum salam, sayang... Udah sholat shubuh?” tanya Rendy.
“Alhamdulillah udah... Masa kata Ibu tadi kelakuanku masih sama kayak waktu SMA dulu... Hahahahaha...”
“Emang iya... Cemburuan, agak manja, sedikit galak...”
“Ceroboh... Hahahahaha... Sifat bawaan lahir, sayang...”
“Jalan yuk!”
“Ke mana?”
“Aku mau ke Taman Menteng deh rasanya...”
“Ya udah ke sana aja... Nanti aku nyusul...”
“Ga mau aku jemput aja?”
“Ga usah sayang... Sekali-kali aku jalan sendiri dong... Lagian deket dari rumah...”
“Ya udah kalau gitu... Aku mau siap-siap dulu... Assalamu ‘alaikum, sayang.”
”Iya, wa ‘alaikum salam, sayang...”
****
“Wa ‘alaikum salam, sayang... Udah sholat shubuh?” tanya Rendy.
“Alhamdulillah udah... Masa kata Ibu tadi kelakuanku masih sama kayak waktu SMA dulu... Hahahahaha...”
“Emang iya... Cemburuan, agak manja, sedikit galak...”
“Ceroboh... Hahahahaha... Sifat bawaan lahir, sayang...”
“Jalan yuk!”
“Ke mana?”
“Aku mau ke Taman Menteng deh rasanya...”
“Ya udah ke sana aja... Nanti aku nyusul...”
“Ga mau aku jemput aja?”
“Ga usah sayang... Sekali-kali aku jalan sendiri dong... Lagian deket dari rumah...”
“Ya udah kalau gitu... Aku mau siap-siap dulu... Assalamu ‘alaikum, sayang.”
”Iya, wa ‘alaikum salam, sayang...”
****
Cinta adalah sebuah anugerah paling indah yang diturunkan Tuhan untuk setiap makhluk ciptaan-Nya. Setiap yang hidup pasti mempunyai dan dapat merasakan perasaan itu. Rasa yang timbul atas izin Sang Pencipta tanpa adanya syarat dan ketentuan. Tak menentu kepada siapa perasaan tersebut ditujukan. Bisa untuk pasangan, orang tua dan anak. Bahkan, perasaan itu bisa muncul dari orang yang sudah mempunyai pasangan hidup namun mencintai orang lain yang bukan pasangannya.
Kita tidak bisa mengatur kepada siapa cinta ini lahir. Kita tidak bisa memaksakan perasaan ini harus terbalaskan dari orang yang kita cintai. Mau sebaik apapun perlakuan orang lain terhadap kita, tidak akan bisa membuat kita kembali mencintainya. Sebaliknya pun sama, sekeras apapun kita menjaga dan mencintai orang yang kita cintai, belum tentu ia merasakan perasaan yang sama terhadap kita. Cinta bisa lahir tanpa alasan, syarat, dan ketentuan.
****
“Kamu masak buat siapa, Na?” tanya ibunda Anna di dalam dapur.
“Buat Rendy, Bu.” jawab Anna.
“Rendy mau ke sini?” tanya ibunda.
“Oh, nggak... Aku minta dia buat ga ke sini jemput aku... Nanti aku sama dia ketemu di Taman Menteng... Makanya aku mau sekalian bikinin sarapan...” ujar Anna.
“Hmm... Mau belajar jadi istri yang baik ya...”
“Iya dong... Hehehehe...”
“Kamu masak buat siapa, Na?” tanya ibunda Anna di dalam dapur.
“Buat Rendy, Bu.” jawab Anna.
“Rendy mau ke sini?” tanya ibunda.
“Oh, nggak... Aku minta dia buat ga ke sini jemput aku... Nanti aku sama dia ketemu di Taman Menteng... Makanya aku mau sekalian bikinin sarapan...” ujar Anna.
“Hmm... Mau belajar jadi istri yang baik ya...”
“Iya dong... Hehehehe...”
Setelah selesai memasak, Anna melanjutkan aktivitasnya. Dia segera bersiap menuju tempat di mana dia dan Rendy sudah membuat janji. Anna berpakaian dengan sederhana dan tak lupa dengan hijabnya karena dia hanya ingin menuju tempat yang tak begitu jauh dari rumahnya.
****
Suasana pagi di area taman masih segar. Belum banyak orang-orang berlalu lalang. Namun, ada beberapa yang sedang berolahraga. Pada waktu ini, sebagian orang masih terlelap dalam mimpi karena lelah dengan aktivitas di hari kerja. Tapi, tidak dengan Anna dan Rendy. Mereka justru bersemangat karena cinta mereka berdua membuat hari-hari menjadi indah di jalani.
Rendy yang sudah sampai di area taman langsung saja berjalan menuju bangku taman yang kosong. Rendy duduk sambil melihat sekelilingnya. Dia juga tak lupa mengirimkan kabar kepada Anna bahwa dia sudah sampai melalui aplikasi whatsapp. Tiba-tiba saja ada seorang perempuan dengan rambut panjang lurus hingga punggung bagian atas dengan memakai kaos biru muda dan celana pendek, tiba-tiba duduk di samping Rendy. Perempuan bertubuh langsing, berkulit cerah dan berkacamata ini membuat Rendy terkejut.
Perempuan itu melempar senyuman yang manis ke arah Rendy. Rendy pun kaget melihatnya.
“Hai, Rendy...” sapa perempuan itu.
“Kamu... Fara...”
“Ternyata kamu masih inget aku ya...” ujar Fara.
“Oh... Iya aku masih inget... Kamu ga berubah...”
“Kalau berubah, aku ga di sini, Ren... Udah jadi ultramanaku... Hahahahaha...” ujar Fara.
“Ultra-woman dong... Kan cewek... Hahahahaha...” Rendy pun tertawa kecil dengan candaan Fara.
“Kamu... Fara...”
“Ternyata kamu masih inget aku ya...” ujar Fara.
“Oh... Iya aku masih inget... Kamu ga berubah...”
“Kalau berubah, aku ga di sini, Ren... Udah jadi ultramanaku... Hahahahaha...” ujar Fara.
“Ultra-woman dong... Kan cewek... Hahahahaha...” Rendy pun tertawa kecil dengan candaan Fara.
Suasana hening beberapa saat. Rendy dan Fara memalingkan pandangan ke depan tak saling menatap wajah. Fara menghela napas panjang sambil melihat langit biru yang cerah serta awan yang berjalan perlahan.
“Ga nyangka ya kita bisa ketemu di sini...”
“...”
“Di saat aku menyerah mencarimu... Justru malah dipertemukan...” ujar Fara.
“Maksud kamu?”
“Maafin aku, Rendy... Dari selepas SMA, aku masih menyimpan perasaanku buat kamu...” Fara menundukkan kepalanya dan menghela napas panjang. “Aku gak mampu mengutarakan karena kamu mencintai Anna pada saat itu...”
“Fara... Itu udah jadi masa lalu... Biar aja yang udah lewat jangan diingat lagi...” ujar Rendy.
“Dari semenjak aku masuk universitas, aku masih suka lihat profil media sosialmu... Sampai sekarang... Tanpa ku sangka, kamu ketemu lagi ya sama Anna...” ujar Fara.
“Aku juga tau kok... Anna terkena kanker rahim kan... Yang memaksa rahimnya diangkat supaya dia bisa sembuh...” lanjut Fara.
“...”
“Setelah aku tau kalian akan menikah, aku memutuskan untuk tidak mencari tau tentang kamu lagi... Tidak lagi mencarimu di mana, Rendy...”
“Aku ga tau kalau perasaanmu ke aku itu dalam... Maaf, Fara...”
“Gak apa-apa, kok... Dulu aku terlalu berambisi untuk mendapatkanmu... Aku pikir aku dapat bersaing dengan Rheva... Tapi, aku tak dapat menandingi Anna...” ujar Fara.
“Rendy...” Fara menggenggam tangan Rendy. “Jaga Anna baik-baik... Aku turut mendoakan yang terbaik untuk kalian... Aku ingin kalian bahagia...”
“Berbahagialah, Far... Walau itu bukan bersamaku... Kamu berhak bahagia...” tanpa sadar, Rendy membalas genggaman Fara.
“...”
“Di saat aku menyerah mencarimu... Justru malah dipertemukan...” ujar Fara.
“Maksud kamu?”
“Maafin aku, Rendy... Dari selepas SMA, aku masih menyimpan perasaanku buat kamu...” Fara menundukkan kepalanya dan menghela napas panjang. “Aku gak mampu mengutarakan karena kamu mencintai Anna pada saat itu...”
“Fara... Itu udah jadi masa lalu... Biar aja yang udah lewat jangan diingat lagi...” ujar Rendy.
“Dari semenjak aku masuk universitas, aku masih suka lihat profil media sosialmu... Sampai sekarang... Tanpa ku sangka, kamu ketemu lagi ya sama Anna...” ujar Fara.
“Aku juga tau kok... Anna terkena kanker rahim kan... Yang memaksa rahimnya diangkat supaya dia bisa sembuh...” lanjut Fara.
“...”
“Setelah aku tau kalian akan menikah, aku memutuskan untuk tidak mencari tau tentang kamu lagi... Tidak lagi mencarimu di mana, Rendy...”
“Aku ga tau kalau perasaanmu ke aku itu dalam... Maaf, Fara...”
“Gak apa-apa, kok... Dulu aku terlalu berambisi untuk mendapatkanmu... Aku pikir aku dapat bersaing dengan Rheva... Tapi, aku tak dapat menandingi Anna...” ujar Fara.
“Rendy...” Fara menggenggam tangan Rendy. “Jaga Anna baik-baik... Aku turut mendoakan yang terbaik untuk kalian... Aku ingin kalian bahagia...”
“Berbahagialah, Far... Walau itu bukan bersamaku... Kamu berhak bahagia...” tanpa sadar, Rendy membalas genggaman Fara.
Anna yang melihat dari kejauhan pun mendekat perlahan. Mendapati Rendy sedang saling menggenggam tangan. Bibirnya tak dapat berucap. Kakinya serasa tak kuat menopang tubuhnya yang bergetar hebat. Ingin marah, namun seperti tertahan. Rasa sakit yang mendalam melihat lelaki yang dia cintai sedang saling bergenggaman dengan perempuan lain.
“Ren... Rendy...” panggil Anna dengan lirih.
“Oh, Na...” Rendy berdiri dan menghampiri Anna. “Ini, Far...” Rendy mencoba memegang tangan Anna namun Anna menepisnya.
“Kamu kenapa?” tanya Rendy.
“Aku gak mau!” emosi Anna meledak-ledak.
“Aku gak mau dipegang-pegang sama kamu! Gak mau dipegang bekas orang lain!” ujar Anna dengan emosi.
“Loh, bukan gitu...” ujar Rendy.
“Lebih baik kamu jujur dari awal kalau kamu memang menginginkan perempuan lain, Rendy! Aku tau diri! Aku gak bisa menghasilkan keturunan buat kamu! Aku tau itu, Rendy!” Anna mulai menangis.
“Nggak gitu, Na... Aku ga mau sama yang lain...” jawab Rendy.
“Aku lihat sendiri! Iya aku tau itu Fara! Kamu mau sama dia? Silahkan, Rendy... Silahkan kalau memang kamu bahagia!”
“Nggak, Na... Kamu salah paham...”
“Aku mau batal...” ujar Anna.
“Maksud kamu?”
“Aku mau pernikahan kita dibatalkan!” ujar Anna lalu pergi.
“Oh, Na...” Rendy berdiri dan menghampiri Anna. “Ini, Far...” Rendy mencoba memegang tangan Anna namun Anna menepisnya.
“Kamu kenapa?” tanya Rendy.
“Aku gak mau!” emosi Anna meledak-ledak.
“Aku gak mau dipegang-pegang sama kamu! Gak mau dipegang bekas orang lain!” ujar Anna dengan emosi.
“Loh, bukan gitu...” ujar Rendy.
“Lebih baik kamu jujur dari awal kalau kamu memang menginginkan perempuan lain, Rendy! Aku tau diri! Aku gak bisa menghasilkan keturunan buat kamu! Aku tau itu, Rendy!” Anna mulai menangis.
“Nggak gitu, Na... Aku ga mau sama yang lain...” jawab Rendy.
“Aku lihat sendiri! Iya aku tau itu Fara! Kamu mau sama dia? Silahkan, Rendy... Silahkan kalau memang kamu bahagia!”
“Nggak, Na... Kamu salah paham...”
“Aku mau batal...” ujar Anna.
“Maksud kamu?”
“Aku mau pernikahan kita dibatalkan!” ujar Anna lalu pergi.
itkgid dan 10 lainnya memberi reputasi
11