Kaskus

Story

IztaLorieAvatar border
TS
IztaLorie
Kumpulan Cerpen Tema Cinta
Pacar di Malam Minggu

Kumpulan Cerpen Tema Cinta
Sumber : pixabay.com

Nina membalik lembaran buku, mata tidak terarah ke huruf-huruf yang terukir indah tetapi malah melihat ke angka yang tertera di jam dinding. Menghela napas perlahan. Mencoba kembali untuk membaca, namun tak kuasa untuk melirik jam yang terus bergerak.

Seharusnya Roy sudah datang. Dia berjanji akan menemui Nina di malam minggu. Buku di tutup dengan keras ketika terdengar ketukan tiga kali di jendela.

Bibir Nina tertarik ke atas. Meletakkan tangan pada roda dan memutarnya. Nina bergerak lincah mengarahkan kursi roda ke dekat jendela, lalu membukanya.

Cengiran khas Roy terlihat ketika jendela terbuka sepenuhnya. "Maaf terlambat, ini ada bunga untukmu."

Nina tersipu malu. Kejadian seperti ini terjadi hampir tiap minggu, namun selalu sukses membuat pipi Nina memerah.

Roy duduk di dahan pohon paling besar. Dia bersandar santai sambil memandang langit yang bertabur bintang. Mereka akan membicarakan banyak hal, mulai dari kenangan masa lalu sampai topik tentang masa depan.

"Aku ingin punya lima anak yang semuanya memiliki hidung kecil sepertimu," ujar Roy sambil mengerling.

"Dua diantaranya perempuan dengan rambul ikal sepertimu." Nina mengelus rambut kemerahan Roy.


"Apa kesibukanmu selama seminggu ini? Apa kamu tidak bisa datang selain malam minggu?" rajuk Nina.

Roy tertawa terbahak-bahak hingga memaksa Nina untuk menutup mulutnya agar penghuni rumah lainnya tidak mendengar keributan ini.

Roy melepaskan tangan Nina lalu mengecup punggung tangan dengan lembut." Aku bekerja, Sayangku. Kamu tau sendiri kalau orang tuamu tidak ingin aku datang. Jadi kita harus berhati-hati."

Mereka asik bercakap-cakap tanpa menyadari kalau ibu sedari tadi memperhatikan dari balik pintu. Kesedihan meliputi wajah. Setiap kali malam minggu, dia akan selalu melihat pemandangan ini.

Nina yang duduk di dekat jendela dengan wajah berseri-seri dan berbicara sendirian. Dia masih belum bisa menerima kematian Roy dalam kecelakaan yang mengakibatkan kakinya lumpuh. Sejak saat itu Nina bersikap seolah-olah Roy masih hidup dan selalu datang tiap malam minggu.

Ibu menutup pintu perlahan-lahan lalu mulai mengetuk pintu. Nina menoleh ka arah pintu. "Roy, kamu harus pergi sekarang! Roy! Roy!"

Nina terkejut karena Roy sudah tidak terlihat di dahan itu. Pacarnya pasti sudah lebih ahli melarikan diri sekarang.

Ibu sudah melangkah masuk ke kamar Nina. Beliau tidak berkata apa-apa, hanya memandang Nina.

"Ibu? Roy nggak dari sini kok. Kenapa wajah Ibu sedih seperti itu?"

Ibu berlutut untuk memeluk Nina. "Anakku, lupakan Roy. Dia sudah tiada."

Mata Nina seketika kosong. Dia teringat kecelakan yang sudah merenggut Roy dan mulai terisak. "Nina tidak bisa melupakan Roy. Dia masih ada buat Nina, walau hanya di malam minggu-di dalam anggan."

-Belajar Bersama Bisa-
Clue Pacar Khayalan - Pena friends
husnamutiaAvatar border
jajakaapesAvatar border
kilua.zoldyckAvatar border
kilua.zoldyck dan 34 lainnya memberi reputasi
35
12.9K
375
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
IztaLorieAvatar border
TS
IztaLorie
#223
Rambut Jun Bikin Heboh
kaskus-image
Sumber : pixabay.com


Jun menyugar di depan cermin. Tatanan rambut sudah oke banget, saat berangkat kencan dengan Mbak Daya. Mereka berencana ke pasar malam dekat rumah cewek itu.

Jun melangkah penuh semangat menuju rumah cewek tercinta. Mbak Daya sudah menunggu di teras rumah.

Cowok itu meraih tangan Mbak Daya dan menggenggam erat. Mereka berjalan santai memasuki pasar malam.

"Awas! Kak Jun lewat!" Teriakan itu disambut dengan barang-barang yang dilempar ke atas dan diikuti menghilangnya beberapa orang dengan cepat menjauhi Jun.

Jun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan heran. Anak-anak mengintip dari stan yang ada di sekelilingnya.

Jun mendekati seorang anak yang berlari-lari membawa balon. Terdengar pekik ketakutan.

Anak itu tersandung batu dan terhuyung-huyung. Beruntung Jun tepat waktu menangkap tubuhnya hingga tidak terjembab ke rumput.

Selanjutnya terdengar suara balon meletus. Anak itu bukannya berterima kasih malah memukul Jun. "Kak Jun jahat!"

"Toto, kok kamu nggak bilang terima kasih. Malah marah sama Kak Jun?" Mbak Daya membungkuk, mengelus rambut Toto dengan lembut.

"Kak Jun jahat, Bu Guru. Balonku meletus gara-gara kena rambutnya yang jabrik tajam seperti duri landak.

Mbak Daya memperhatikan rambut Jun lalu beralih ke Toto. "Maafin Kak Jun ya, Toto. Ini Bu guru kasih uang buat beli balon lagi."

"Asik! Terima kasih, Bu guru." Toto mengecup pipi Mbak Daya lalu berlari ke tukang balon.

Jun memegang rambut yang jabrik kaku. Dia sama sekali tidak merasa bersalah.

"Yang lain kenapa sembunyi?" Mbak Daya berteriak sambil melambaikan tangan agar yang sedang mengintip jadi keluar.

"Takut sama rambut, Kak Jun."

Sekali lagi Mbak Daya memperhatikan rambut Jun. Cowok itu terlihat keren dengan tatanan rambut jabrik, tapi kenapa pada takut.

"Kok bisa gitu?"

"Soalnya rambutku pernah kesangkut rambut Kak Jun. Jadi pas hari Kartini, rambutku disanggul rapi. Eh, Kak Jun lewat naik motor nggak pakai helm. Rambut Kak Jun nusuk sanggulku. Jadinya aku harus lari-lari mengejar sanggulku," ujar seorang anak kecil berambut keriting.

"Balonku juga selalu pecah kalau Jun lewat di dekatku," keluh tukang balon.

"Jun, sepertinya kamu harus ubah tatanan rambut," saran Mbak Daya setelah mendengar penjelasan dari beberapa orang.

"Asiap. Apa sih yang enggak buat Mbak Guru Daya," rayu Jun dengan menaik turunkan alis.

Akhirnya mereka tidak jadi bermain di pasar malam. Jun mengantar Mbak Daya pulang.

Keesokan paginya, Jun menyugar jadi jabrik. Baru tiga kali sudah berhenti, biasanya sampai dua puluh kali baru dapat tatanan yang pas. Dia teringat permintaan Mbak Daya.

Jun meraih sisir yang tergolek malas di depan kaca rias Mbak Lori. Duduk di bangku kecil berlapis busa yang di tutupi beludru pink.

Mula-mula dia menyisir turun rambut lalu memberi poni penuh yang menutupi kening.

"Bagus, Jun. Bagus, huft, huft." Mbak Lori berusaha keras menahan tawa.

Jun membayangkan sedang mengirimkan laser tajam yang keluar dari mata menuju rambut Mbak Lori.

Jun kembali menyisir rambut belah tengah. Sekali lagi terdengar suara tawa tertahan. "Mbak Lori bisa diam nggak! Atau keluar saja," usir Jun.

"Ini kan kamarku. Kenapa harus aku yang keluar?" Dia lalu duduk di ranjang memperhatikan adiknya.

"Coba belah kanan aja, Jun."

"Nggak mau!"

"Ish, nggak mau nurut!"

Jun dengan berat hati menuruti saran Mbak Lori. Matanya mulai membesar ketika melihat dirinya di cermin. Bibir juga terbuka lebar. Dia segera berlari menuju rumah Mbak Daya.

Pintu rumah diketuk dengan keras, Mbak Daya terkejut karena Jun datang tanpa pemberitahuan.

"Jun! Ini kamu?" Mbak Daya juga melongo melihat penampilan baru Jun.

"Cakep, kan?"

"Cakep banget. Kamu memang cocok menata rambut belah kanan. Anak-anak pasti nggak takut lagi kalau ketemu kamu."

Cerita Menarik lainnya dapat dibaca di sini
Diubah oleh IztaLorie 10-04-2019 18:00
11
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.