- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#3976
Narration Part 1
Gw berusaha menggerakan tangan gw, kaki gw, lalu keseluruhan badan gw, namun sia sia. Badan gw sukses terkunci oleh Anastasya. Kalau sudah seperti ini, ga ada yang bisa gw lakukan, gw tau ini, karena gw lah yang mengajarkan dia teknik ini. Tidak cuku Anastasya mengunci badan gw, telapak tangannya yang masih bebas itu sekarang bergerak ke muka gw, menutupi kedua mata ini. Lengkap sudah, badan terkunci dan pandangan gw tertutup. Lumpuh dan buta. Gw menghentikan semua perlawanan yang sia sia ini.
“Sudah tenang?” tanya Sya
“Sudah.”
“Beneran?”
“Bener. Lagipula, pria itu bohong kalau dia kesini sendirian. Gw denger langkah kaki dua orang mendekat kesini.”
Anastasya pun melepaskan kunciannya. Badan gw pun bebas, gw regangkan semua persendian yang menegang di tubuh gw ini. Tak lupa gw bantu Anastasya untuk berdiri dari duduknya, terlihat ia seperti kelelahan menahan gw tadi. Suara langkah kaki itu semakin mendekat, kira kira 30 detik sebelum gw tau siapa dua orang yang menuju kamar gw ini. Gw tatap lagi muka pria itu yang berhasil membuat perut gw bergejolak lagi.
“Harusnya gw bisa tebak. Mana mungkin laki pengecut kaya lo berani ketemu gw sendirian.” ucap gw ke pria itu.
Gw merapihkan kaos gw yang lecek karena kejadian tadi. Gw juga mengambil sepasang sandal untuk berjalan di lorong nanti. Disaat yang bersamaan suara langkah kedua orang itu berhenti, kini mereka sudah berdiri tepat di depan gw. Dua orang wanita, Mamah, dan Ades, kakak tiri gw. Belum sempat basa basi, mamah langsung maju dan menabrakan badannya ke dada gw, kedua tangannya mendekap erat badan gw ke badannya. Sebuah pelukan.
“Ternyata benar kamu ada disini Adii. Mamah ga tau mau cari kemana lagii.” ucapnya dengan suara yang terpendam di dada gw.
“Kenapa kok nyariin Adi?” tanya gw
“Mamah kerumah nenek satu bulan lalu untuk nengok kamu. Tapi, mamah ga nemuin siapa siapa! Nenek ga ada, Kamu gada! mamah takut kamu kenapa kenapa!”
“Haaah. Adi gak akan kenapa napa. Ayah sudah ngajarin Adi dengan baik untuk hidup sendiri. Jadi mamah ga usah khawatir. Gausah nengok nengok segala. Hidup aja dengan tenang sama mereka.” jawab gw.
Mamah gw tidak membalas jawaban gw tadi. Ia tetap berdiri sambil memeluk gw. Hah merepotkan. Gw udah berusaha ngejauh dari mereka, tapi mereka dengan tidak tau dirinya selalu mendekati gw. Dan juga Nenek. Gw tau pasti Nenek tau kalau mamah mau ke kosannya, jadi Nenek lebih memilih pergi daripada bertemu dengan mantan menantunya ini, masalahnya Nenek lupa ngasih tau gw kalau Mamah nyariin gw, seenggaknya gw bisa tau akan kedatangan Mamah dan bisa kabur dari kamar ini lebih dulu. Haaah. Ga ada gunanya meributkan hal yang sudah lewat.
Gw pun menuntun mamah gw untuk masuk ke dalam kamar. Bukan, bukan ke kamar apartment gw yang biasa gw tempatin, tapi ke kamar yang letaknya tepat disebelah kamar gw, sebuah kamar yang baru gw beli tiga bulan lalu. Gw ga sudi kamar yang berisi memori ayah gw ini dikotori oleh orang orang hina.
Didalam kamar yang baru ini, hanya terisi oleh perlengkapan standar dan beberapa sofa tua. Gw menggiring mamah gw ke satu sofa, menyuruh pria itu dan Ades untuk duduk di sofa yang panjang, dan gw duduk di sofa kecil, berlawanan dengan mamah gw. Sementara Anastasya sibuk membuatkan makanan dan minuman untuk ‘tamu’ kita.
“Jadi ada apa mamah nyariin Adi?” tanya gw tanpa basa basi
“Mamah cuma mau ketemu sama anak mamah.” ucap wanita itu menatap gw
“Dan kenapa mamah mau ketemu sama Adi? seinget Adi, mamah dan mereka tidak ada masalah, dan pasti tetap tidak akan ada masalah kedepannya. Adi udah pastikan itu.” ucap gw.
“Mamah rindu…” jawabnya.
Gw tidak membalas ucapannya itu. Gw melirik ke arah pria itu dan Ades, mereka juga sepertinya tegang karena aura yang gak enak ini. Haaah. Apa yang telah gw lakukan memperlakukan tamu seperti ini? Memperlakukan tamu dengan baik adalah sebuah aturan yang sakral dalam keluarga gw. Sampai ada dongeng yang menceritakan seorang wanita kaya yang dikutuk oleh pengemis yang diusir dari rumahnya saat meminta sesuap makanan. Mengerikan.
“Biar gw buatin makanan. Kalian pasti laparkan?”
ucap gw langsung berdiri dan menuju dapur kamar sebelah untuk mengambil bahan bahan untuk dimasak. sekembalinya ke ruangan baru ini gw langsung memasak bahan bahan ini untuk menjadi sebuah kari. Gw melirik ke arah mamah gw disana terlihat Anastasya yang sedang berbicara dengan Mamah dan Ades. Tidak lama kemudian kari ayam spesial gw sudah jadi dan gw suguhkan di atas meja makan, tidak lupa memanggil mereka untuk pindah ke meja makan.
Sialnya bagi gw, meja makan di kamar baru ini adalah meja makan besar untuk 6 orang. Sepertinya pemilik yang dulu adalah keluarga yang memiliki banyak anak. Jadi terpaksa gw harus duduk satu meja dengan orang orang ini, begitu juga dengan Anastasya.
“Kamu ga kenalin temanmu yang cantik ini ke Mamah Adi?” tanya mamah membuka pembicaraan.
“Ohya. Kenalin mah ini Anastasya. Dan Anastasya ini Elen, Mamah gw.” ucap gw
“Halo Ana.”
“Ohya, Anastasya ini gak bisa bahasa Indonesia, jadi dia gak ngerti apa yang kita bicarakan.”
“Hmm. Mamah juga ga bisa bahasa Russia. Dia bisa bahasa inggris?” tanyanya.
“Bisa.”
Dan mamah pun berbincang dengan Anastasya. Jadi dari tadi si Sya hanya ngangguk ngangguk aja pas mamah ngomong sama dia pas gw lagi ngambil bahan makanan di kamar sebelah, koplak juga nih anak, tapi gimana lagi, itu juga ajaran gw, “senyum aja kalo kamu ga ngerti apa yang orang lain katakan”. Gw terus memakan kari di depan gw dengan perlahan, sampai tiba tiba mamah memalingkan pandangannya ke gw lagi.
“Adi! Kamu ngangkat Ana jadi anakmu? Kamu dan dia kan cuman beda 4 tahun mana bisa jadi orang tua?” tanyanya
“Ga resmi. Gw cuman ngajarin dia cara hidup yang bener. Setelah dia bisa hidup sendiri, mandiri dan bisa melindungi dirinya sendiri. Dia bebas kalau mau pergi.”
Mamah pun kembali berbincang dengan Anastasya kali ini mereka berbiicara tentang makanan, yang merambat ke keiinginan Mamah untuk memberi Sya masakan khas Indonesia. Akhirnya Mamah memutuskan mengajak Sya untuk belanja bahan bahan makanan yang diperlukan untuk dimasak. Tentunya Sya tau dimana supermarket terdekat, untuk mengantarkan mamah ke tempat tujuan. Menyisakan gw dengan dua manusia ini.
“Berbohong seperti tadi kalau lo dateng sendirian adalah sebuah hal buruk, jangan ulangi lagi.” ucap gw.
“Hm? Papah tadi bilang dateng sendirian Di?” tanya Ades memastikan
“Ya. Harapan gw sudah tinggi banget tadi. Gw kira gw bisa ngabisin lo kali ini. Hah. Untung ada yang nahan.”
“Anak itu? Bisa menahanmu? Kamu?” tanya Ades tidak percaya. Mungkin dia mengingat dimana gw harus di tahan sama Timur dan Ion waktu mencabik cabik Mamah dan Papahnya dulu.
“Kenapa tidak? dia udah kaya keluarga gw, pastinya gw ajarin cara mempertahankan diri dong? termasuk cara mempertahankan dirinya dari gw juga.” jawab gw.
“Kamu gak adil Di, kamu tau ga?”
“Ha?”
“Kamu ngangkat orang asing, anak yang entah dari mana asalnya, jadi keluargamu begitu mudahnya. Sedangkan kamu, kamu tidak pernah mengakui kita sebagai keluargamu sendiri.”
“Ades, ades, ades. Lo salah. Dia bukan orang asing yang secara acak gw tolong, lo pikir gw seorang nabi hah? manusia suci yang suka menolong orang? tidak tidak. Anak itu, Ades, punya nilai lebih yang membuat dia cocok untuk ditolong.”
“Adi… Nak….” pria itu berbicara
“Diam kau pak tua, dan ini untuk kalian berdua biar kalian tau kedudukan kalian. Gw tidak akan pernah, dalam hidup gw untuk mengakui kalian sebagai keluarga. Keberadaan kalian adalah sebuah kehinaan untuk kehormatan nama Ayah gw.”
“Kamu ga tau semua cerita nya Adi.” jawab pria itu.
“Oh. Gw tau. Gw tau semuanya. Percayalah.”
“Dengar Adi. Dengar saya untuk kali ini saja! hampir 10 tahun saya menikah dengan Mamah mu. Tidak sekali pun, TIDAK sekalipun, tidak…. saya tidak pernah menyentuh tubuh Mamahmu. Tidak sekalipun.”
“Gw tau.”
“Ketika Ayahmu sakit dan meninggal, Kita sekeluarga tidak libur dan bersenang senang seperti yang kau pikirkan. Mamahmu mengantarkan Ades ke teman dekatnya di Roma, untuk berobat. Bukan, bukan maksud kami untuk meninggalkan Ayahmu seperti itu.”
“Gw tau itu.”
“Terus kenapa? Kenapa kamu seperti inii ke Mamahmu? Ke kita?”
“Gw tau semua yang lo tau. Pertanyaannya, apakah lo tau semua tentang Mamah dan gw?”
“Maksudmu?” tanya pria itu membuat gw tersenyum.
“Itu adalah cerita untuk lain waktu, ketika saatnya tiba, kalian akan tau. Tapi gw akan menjawab pertanyaan lo itu hm.. Kenapa gw memperlakukan Mamah dan Kalian seperti ini walaupun gw tau semuanya?”
“…….”
“Narasi”
“Hah?”
“Karena ini semua adalah Narasi gw, Gw yang akan memilih apa, kapan, dimana, dan bagaimana Narasi gw, Narasi ini akan berakhir.”
“Kamu gila. Kamu gila tau ga?! Alasan macam apa itu?” ucap Pria itu tidak percaya.
“Lo yang mau tau jawaban gw kan? dan gw sudah bilang, lo ga tau semuanya. Gw yang tau.”
“Sudah tenang?” tanya Sya
“Sudah.”
“Beneran?”
“Bener. Lagipula, pria itu bohong kalau dia kesini sendirian. Gw denger langkah kaki dua orang mendekat kesini.”
Anastasya pun melepaskan kunciannya. Badan gw pun bebas, gw regangkan semua persendian yang menegang di tubuh gw ini. Tak lupa gw bantu Anastasya untuk berdiri dari duduknya, terlihat ia seperti kelelahan menahan gw tadi. Suara langkah kaki itu semakin mendekat, kira kira 30 detik sebelum gw tau siapa dua orang yang menuju kamar gw ini. Gw tatap lagi muka pria itu yang berhasil membuat perut gw bergejolak lagi.
“Harusnya gw bisa tebak. Mana mungkin laki pengecut kaya lo berani ketemu gw sendirian.” ucap gw ke pria itu.
Gw merapihkan kaos gw yang lecek karena kejadian tadi. Gw juga mengambil sepasang sandal untuk berjalan di lorong nanti. Disaat yang bersamaan suara langkah kedua orang itu berhenti, kini mereka sudah berdiri tepat di depan gw. Dua orang wanita, Mamah, dan Ades, kakak tiri gw. Belum sempat basa basi, mamah langsung maju dan menabrakan badannya ke dada gw, kedua tangannya mendekap erat badan gw ke badannya. Sebuah pelukan.
“Ternyata benar kamu ada disini Adii. Mamah ga tau mau cari kemana lagii.” ucapnya dengan suara yang terpendam di dada gw.
“Kenapa kok nyariin Adi?” tanya gw
“Mamah kerumah nenek satu bulan lalu untuk nengok kamu. Tapi, mamah ga nemuin siapa siapa! Nenek ga ada, Kamu gada! mamah takut kamu kenapa kenapa!”
“Haaah. Adi gak akan kenapa napa. Ayah sudah ngajarin Adi dengan baik untuk hidup sendiri. Jadi mamah ga usah khawatir. Gausah nengok nengok segala. Hidup aja dengan tenang sama mereka.” jawab gw.
Mamah gw tidak membalas jawaban gw tadi. Ia tetap berdiri sambil memeluk gw. Hah merepotkan. Gw udah berusaha ngejauh dari mereka, tapi mereka dengan tidak tau dirinya selalu mendekati gw. Dan juga Nenek. Gw tau pasti Nenek tau kalau mamah mau ke kosannya, jadi Nenek lebih memilih pergi daripada bertemu dengan mantan menantunya ini, masalahnya Nenek lupa ngasih tau gw kalau Mamah nyariin gw, seenggaknya gw bisa tau akan kedatangan Mamah dan bisa kabur dari kamar ini lebih dulu. Haaah. Ga ada gunanya meributkan hal yang sudah lewat.
Gw pun menuntun mamah gw untuk masuk ke dalam kamar. Bukan, bukan ke kamar apartment gw yang biasa gw tempatin, tapi ke kamar yang letaknya tepat disebelah kamar gw, sebuah kamar yang baru gw beli tiga bulan lalu. Gw ga sudi kamar yang berisi memori ayah gw ini dikotori oleh orang orang hina.
Didalam kamar yang baru ini, hanya terisi oleh perlengkapan standar dan beberapa sofa tua. Gw menggiring mamah gw ke satu sofa, menyuruh pria itu dan Ades untuk duduk di sofa yang panjang, dan gw duduk di sofa kecil, berlawanan dengan mamah gw. Sementara Anastasya sibuk membuatkan makanan dan minuman untuk ‘tamu’ kita.
“Jadi ada apa mamah nyariin Adi?” tanya gw tanpa basa basi
“Mamah cuma mau ketemu sama anak mamah.” ucap wanita itu menatap gw
“Dan kenapa mamah mau ketemu sama Adi? seinget Adi, mamah dan mereka tidak ada masalah, dan pasti tetap tidak akan ada masalah kedepannya. Adi udah pastikan itu.” ucap gw.
“Mamah rindu…” jawabnya.
Gw tidak membalas ucapannya itu. Gw melirik ke arah pria itu dan Ades, mereka juga sepertinya tegang karena aura yang gak enak ini. Haaah. Apa yang telah gw lakukan memperlakukan tamu seperti ini? Memperlakukan tamu dengan baik adalah sebuah aturan yang sakral dalam keluarga gw. Sampai ada dongeng yang menceritakan seorang wanita kaya yang dikutuk oleh pengemis yang diusir dari rumahnya saat meminta sesuap makanan. Mengerikan.
“Biar gw buatin makanan. Kalian pasti laparkan?”
ucap gw langsung berdiri dan menuju dapur kamar sebelah untuk mengambil bahan bahan untuk dimasak. sekembalinya ke ruangan baru ini gw langsung memasak bahan bahan ini untuk menjadi sebuah kari. Gw melirik ke arah mamah gw disana terlihat Anastasya yang sedang berbicara dengan Mamah dan Ades. Tidak lama kemudian kari ayam spesial gw sudah jadi dan gw suguhkan di atas meja makan, tidak lupa memanggil mereka untuk pindah ke meja makan.
Sialnya bagi gw, meja makan di kamar baru ini adalah meja makan besar untuk 6 orang. Sepertinya pemilik yang dulu adalah keluarga yang memiliki banyak anak. Jadi terpaksa gw harus duduk satu meja dengan orang orang ini, begitu juga dengan Anastasya.
“Kamu ga kenalin temanmu yang cantik ini ke Mamah Adi?” tanya mamah membuka pembicaraan.
“Ohya. Kenalin mah ini Anastasya. Dan Anastasya ini Elen, Mamah gw.” ucap gw
“Halo Ana.”
“Ohya, Anastasya ini gak bisa bahasa Indonesia, jadi dia gak ngerti apa yang kita bicarakan.”
“Hmm. Mamah juga ga bisa bahasa Russia. Dia bisa bahasa inggris?” tanyanya.
“Bisa.”
Dan mamah pun berbincang dengan Anastasya. Jadi dari tadi si Sya hanya ngangguk ngangguk aja pas mamah ngomong sama dia pas gw lagi ngambil bahan makanan di kamar sebelah, koplak juga nih anak, tapi gimana lagi, itu juga ajaran gw, “senyum aja kalo kamu ga ngerti apa yang orang lain katakan”. Gw terus memakan kari di depan gw dengan perlahan, sampai tiba tiba mamah memalingkan pandangannya ke gw lagi.
“Adi! Kamu ngangkat Ana jadi anakmu? Kamu dan dia kan cuman beda 4 tahun mana bisa jadi orang tua?” tanyanya
“Ga resmi. Gw cuman ngajarin dia cara hidup yang bener. Setelah dia bisa hidup sendiri, mandiri dan bisa melindungi dirinya sendiri. Dia bebas kalau mau pergi.”
Mamah pun kembali berbincang dengan Anastasya kali ini mereka berbiicara tentang makanan, yang merambat ke keiinginan Mamah untuk memberi Sya masakan khas Indonesia. Akhirnya Mamah memutuskan mengajak Sya untuk belanja bahan bahan makanan yang diperlukan untuk dimasak. Tentunya Sya tau dimana supermarket terdekat, untuk mengantarkan mamah ke tempat tujuan. Menyisakan gw dengan dua manusia ini.
“Berbohong seperti tadi kalau lo dateng sendirian adalah sebuah hal buruk, jangan ulangi lagi.” ucap gw.
“Hm? Papah tadi bilang dateng sendirian Di?” tanya Ades memastikan
“Ya. Harapan gw sudah tinggi banget tadi. Gw kira gw bisa ngabisin lo kali ini. Hah. Untung ada yang nahan.”
“Anak itu? Bisa menahanmu? Kamu?” tanya Ades tidak percaya. Mungkin dia mengingat dimana gw harus di tahan sama Timur dan Ion waktu mencabik cabik Mamah dan Papahnya dulu.
“Kenapa tidak? dia udah kaya keluarga gw, pastinya gw ajarin cara mempertahankan diri dong? termasuk cara mempertahankan dirinya dari gw juga.” jawab gw.
“Kamu gak adil Di, kamu tau ga?”
“Ha?”
“Kamu ngangkat orang asing, anak yang entah dari mana asalnya, jadi keluargamu begitu mudahnya. Sedangkan kamu, kamu tidak pernah mengakui kita sebagai keluargamu sendiri.”
“Ades, ades, ades. Lo salah. Dia bukan orang asing yang secara acak gw tolong, lo pikir gw seorang nabi hah? manusia suci yang suka menolong orang? tidak tidak. Anak itu, Ades, punya nilai lebih yang membuat dia cocok untuk ditolong.”
“Adi… Nak….” pria itu berbicara
“Diam kau pak tua, dan ini untuk kalian berdua biar kalian tau kedudukan kalian. Gw tidak akan pernah, dalam hidup gw untuk mengakui kalian sebagai keluarga. Keberadaan kalian adalah sebuah kehinaan untuk kehormatan nama Ayah gw.”
“Kamu ga tau semua cerita nya Adi.” jawab pria itu.
“Oh. Gw tau. Gw tau semuanya. Percayalah.”
“Dengar Adi. Dengar saya untuk kali ini saja! hampir 10 tahun saya menikah dengan Mamah mu. Tidak sekali pun, TIDAK sekalipun, tidak…. saya tidak pernah menyentuh tubuh Mamahmu. Tidak sekalipun.”
“Gw tau.”
“Ketika Ayahmu sakit dan meninggal, Kita sekeluarga tidak libur dan bersenang senang seperti yang kau pikirkan. Mamahmu mengantarkan Ades ke teman dekatnya di Roma, untuk berobat. Bukan, bukan maksud kami untuk meninggalkan Ayahmu seperti itu.”
“Gw tau itu.”
“Terus kenapa? Kenapa kamu seperti inii ke Mamahmu? Ke kita?”
“Gw tau semua yang lo tau. Pertanyaannya, apakah lo tau semua tentang Mamah dan gw?”
“Maksudmu?” tanya pria itu membuat gw tersenyum.
“Itu adalah cerita untuk lain waktu, ketika saatnya tiba, kalian akan tau. Tapi gw akan menjawab pertanyaan lo itu hm.. Kenapa gw memperlakukan Mamah dan Kalian seperti ini walaupun gw tau semuanya?”
“…….”
“Narasi”
“Hah?”
“Karena ini semua adalah Narasi gw, Gw yang akan memilih apa, kapan, dimana, dan bagaimana Narasi gw, Narasi ini akan berakhir.”
“Kamu gila. Kamu gila tau ga?! Alasan macam apa itu?” ucap Pria itu tidak percaya.
“Lo yang mau tau jawaban gw kan? dan gw sudah bilang, lo ga tau semuanya. Gw yang tau.”
sormin180 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
Tutup
