- Beranda
- Stories from the Heart
ReTread
...
TS
egalucu
ReTread
Warning ! : Saya jadikan satu Treadmya karena saya baru tahu kalau mau lanjut tinggal di reply. Dan untuk cerita sebelumnya sama sekali gak bisa di apa-apain. Kayak kekunci gitu. Maklumlah newbie. Gaptek tingkat atas. 


Hari Selasa dengan tanggal dan tahun yang tidak perlu dipikirkan, ditemukan sebuah mayat di taman kota. Kejadian itu baru disadari setelah selesai dilepaskannya ratusan balon warna warni ditengah kota, awalnya orang-orang berpikir ia tertidur tapi saat dilihat lebih jelas. semua orang terkejut dan keheranan, bagaimana bisa dalam keadaan ramai itu si pembunuh bisa membunuh seorang pemuda tampan yang sayanganya seorang bujangan sejak lahir itu? Sudah jomblo mati pula, belum pernah dapat ciuman hangat seorang wanita. Kasihan. Tapi jangan pikirkan itu! Pikirkan bagaimana caranya dia mati? Dia ditusuk dari belakang. Sejak itu aku yakin kalau pembunuhnya adalah teman dekatnya yang sudah sangat benci dengannya tapi dia hanya berani mengumbar kebenciannya dari belakang, itu yang membuat ia menusuk temannya itu dari belakang.
Kenapa aku bisa membuat kesimpulan seperti itu? Karena aku menggunakan sistem penyelikikan yang aku beri nama imajinator scenary. Aku hanya perlu melihat dan mengetahui apa yang terjadi kemudian memikirkan semua segmen dan tahap-tahap kejadian itu hanya dengan menghayalkannya saja. Bingung dari mana aku dapat informasi? Tentu aku mendapatkannya dari rekan kerjaku, Andika. Dia ibarat seorang penulis buku yang bukunya akan segera difilmkan, akulah yang harus membuat naskah untuk film itu. Jadi aku harus membaca informasi yang diibaratkan sebagai buku supaya skenario yang kubuat tidak melenceng dari apa yang terjadi pada buku itu.
"Ega, ini sudah kasus ke 10, jika kali ini gagal aku tidak bisa melanjutkan." Kata Andika rekanku.
"Ayolah rekan, kita harus berusaha lebih keras untuk memecahkan kasus ini." Kataku memberinya semangat.
"Aku sudah berusaha memberimu informasi akurat. Tapi kau hanya menggunakan informasi itu untuk kau hayalkan."
"Tapi itu sudah fakta. Temannya yang bernama Riko itu pasti pembunuhnya."
"Tidak, Riko ada di tempat kerja pada hari itu."
"Tapi kau tidak melihat jadwal kerjanya bukan?"
"Apa, jangan-jangan."
"Menurut jadwal. Hari selasa itu ia masuk pagi pukul 8 pagi dan mendapatkan jam istirahat pada pukul 1 siang. Itu membuat sebuah keanehan."
"Keanehan apa?"
"Iya, normalnya seorang yang bekerja direstoran swasta rata-rata hanya mendapat jatah makan siang yang sekaligus menjadi jam istirahat mereka. Kemudian dia tiba-tiba mengalami sakit perut. Saat kesempatan itulah, jarak tempat ia bekerja dengan taman kota tidak terlalu jauh."
"Tapi rekan kerjanya mengatakan dia sudah seperti itu selama hampir 1 minggu."
"Tepat disaat hubungan antara Riko dan si korban itu renggang. Kau tahu kalau Riko juga masih Jomblo?"
"Tidak."
"Harusnya kau tanyakan. Baiklah, kemudian disaat itu ia membawa pisau kecil lalu tepat menusuk bagian titik dimana korban tidak bisa mengeluarkan suara. Aku tidak tahu apa itu."
"Kemudia ia kembali bekerja dengan senyuman bahagianya yang ia sebar ke tamu-tamu yang makan di restorannya? Begitu!"
"Tidak juga. Saat itu ia terhenti ketika ada sebuah ratusan balon yang diterbangkan kemudian kembali seperti yang kau katakan tadi."
Saat itu juga aku langsung diseret ke kantor polisi oleh Andika. Aku dipaksa menjelaskan kembali apa yang baru saja aku ceritakan. Agak merepotkan harus mengulang sesuatu yang baru saja dilakukan. Akan tetapi setelah aku ceritakan secara rinci mereka langsung percaya. Tak lama kemudian pasukan polisis dikerahkan. Puluhan polisi pun langsung mengepung Riko dan langsung membawanya ke kantor polisi. Ia langsung diintrogasi di ruang khusus dengan aku dan Andika disebelah polisi yang mengintrogasinya.
"Apa benar Anda teman korban?" Tanya Pak polisi.
"Benar." Jawab Riko dengan ekspresi wajah yang terlihat terpaksa.
"Apa benar Anda membunuh korban?"
"Tidak."
"Kalau begitu, dimana Anda saat kejadian?"
"Di tempat saja bekerja."
"Di mana? Apakah ditaman kota atau di Amerika?" Tanyaku mencela si polisi yang hendak menyodorkan pertanyaan.
"Ya di Taman Kota lah! Muke gile gue mau bunuh dia ke Amerika. Lagian dia cuma modal tampan doang! Jijik gue lama-lama sama dia. Masak gue udah susah payah deketin gebetan gue dia malah dengan gampangnya langsung nembak gebetan gue! Asal kalian tahu, minggu lalu, adalah minggu dimana gue mau nembak si doi, tapi apa? Gue ditikung! Mending dia gue bunuh supaya gak jadi beban untuk orang lain!" Kata Riko ngegas.
"Terbukti kan pak." Kataku.
"Astaga dragon! Ngapain gue keceplosan."
"Anda dinyatakan bersalah! Dan untuk saudara Ega dan Saudara Andika. Terima kasih atas bantuan dan ide yang out of the box dari kalian."
"Itu hanya sebagian kecil dari rencana Tuhan pak."
"Jadi itu rencana besar kalian?" Tanya Pak Polisi.
"Ya ampun pak, kalau ini aja rencana Tuhan yang kecil buat, gimana rencana kita? Ya maksudnya ini tidak akan bisa kita perbuat jika Tuhan tidak ada disisi kita." Jawabku.
"Ya habisnya kamu bilang rencana kecil dari Tuhan."
"Ahh malas ngomong sama bapak, rasis."
Ya, begitulah pada akhirnya Riko dinyatakan bersalah dan dihukum sesuai undang-undang. Meski ini menjadi sebuah awal keberhasilan kami. Andika harus pergi ke Jepang untuk meneruskan impiannya sebagai bintang porno.... ehhh maksudnya lanjut kuliah disana. Jurusannya sih aku tidak begitu tahu. Tapi aku harap bukan jurus ninja. Kehidupanku dimulai dari awal kembali, sendiri tanpa ada yang menemani. Akan tetapi dari sinilah semuanya berawal, dimana ada sebuah rencana besar, pasti terdapat masalah yang besar juga. Itulah satu hal yang aku yakini meski aku tidak tahu sama sekali bagaimana cara mengartikannya.
satu hal penting yang manjadi sebuah pertanyan.
1. Siapakah nama korban?
2. Kenapa Ega bisa tahu jadwal kerja Riko?
3. Kasus ini sukses, tapi kenapa Andika tetap pergi?
Jawaban itu, gunakan imajinasi kalian untuk menjawabnya.

Quote:


Bagian I
Mayat di Tengah Keramaian
Mayat di Tengah Keramaian
Quote:
Hari Selasa dengan tanggal dan tahun yang tidak perlu dipikirkan, ditemukan sebuah mayat di taman kota. Kejadian itu baru disadari setelah selesai dilepaskannya ratusan balon warna warni ditengah kota, awalnya orang-orang berpikir ia tertidur tapi saat dilihat lebih jelas. semua orang terkejut dan keheranan, bagaimana bisa dalam keadaan ramai itu si pembunuh bisa membunuh seorang pemuda tampan yang sayanganya seorang bujangan sejak lahir itu? Sudah jomblo mati pula, belum pernah dapat ciuman hangat seorang wanita. Kasihan. Tapi jangan pikirkan itu! Pikirkan bagaimana caranya dia mati? Dia ditusuk dari belakang. Sejak itu aku yakin kalau pembunuhnya adalah teman dekatnya yang sudah sangat benci dengannya tapi dia hanya berani mengumbar kebenciannya dari belakang, itu yang membuat ia menusuk temannya itu dari belakang.
Kenapa aku bisa membuat kesimpulan seperti itu? Karena aku menggunakan sistem penyelikikan yang aku beri nama imajinator scenary. Aku hanya perlu melihat dan mengetahui apa yang terjadi kemudian memikirkan semua segmen dan tahap-tahap kejadian itu hanya dengan menghayalkannya saja. Bingung dari mana aku dapat informasi? Tentu aku mendapatkannya dari rekan kerjaku, Andika. Dia ibarat seorang penulis buku yang bukunya akan segera difilmkan, akulah yang harus membuat naskah untuk film itu. Jadi aku harus membaca informasi yang diibaratkan sebagai buku supaya skenario yang kubuat tidak melenceng dari apa yang terjadi pada buku itu.
"Ega, ini sudah kasus ke 10, jika kali ini gagal aku tidak bisa melanjutkan." Kata Andika rekanku.
"Ayolah rekan, kita harus berusaha lebih keras untuk memecahkan kasus ini." Kataku memberinya semangat.
"Aku sudah berusaha memberimu informasi akurat. Tapi kau hanya menggunakan informasi itu untuk kau hayalkan."
"Tapi itu sudah fakta. Temannya yang bernama Riko itu pasti pembunuhnya."
"Tidak, Riko ada di tempat kerja pada hari itu."
"Tapi kau tidak melihat jadwal kerjanya bukan?"
"Apa, jangan-jangan."
"Menurut jadwal. Hari selasa itu ia masuk pagi pukul 8 pagi dan mendapatkan jam istirahat pada pukul 1 siang. Itu membuat sebuah keanehan."
"Keanehan apa?"
"Iya, normalnya seorang yang bekerja direstoran swasta rata-rata hanya mendapat jatah makan siang yang sekaligus menjadi jam istirahat mereka. Kemudian dia tiba-tiba mengalami sakit perut. Saat kesempatan itulah, jarak tempat ia bekerja dengan taman kota tidak terlalu jauh."
"Tapi rekan kerjanya mengatakan dia sudah seperti itu selama hampir 1 minggu."
"Tepat disaat hubungan antara Riko dan si korban itu renggang. Kau tahu kalau Riko juga masih Jomblo?"
"Tidak."
"Harusnya kau tanyakan. Baiklah, kemudian disaat itu ia membawa pisau kecil lalu tepat menusuk bagian titik dimana korban tidak bisa mengeluarkan suara. Aku tidak tahu apa itu."
"Kemudia ia kembali bekerja dengan senyuman bahagianya yang ia sebar ke tamu-tamu yang makan di restorannya? Begitu!"
"Tidak juga. Saat itu ia terhenti ketika ada sebuah ratusan balon yang diterbangkan kemudian kembali seperti yang kau katakan tadi."
Saat itu juga aku langsung diseret ke kantor polisi oleh Andika. Aku dipaksa menjelaskan kembali apa yang baru saja aku ceritakan. Agak merepotkan harus mengulang sesuatu yang baru saja dilakukan. Akan tetapi setelah aku ceritakan secara rinci mereka langsung percaya. Tak lama kemudian pasukan polisis dikerahkan. Puluhan polisi pun langsung mengepung Riko dan langsung membawanya ke kantor polisi. Ia langsung diintrogasi di ruang khusus dengan aku dan Andika disebelah polisi yang mengintrogasinya.
"Apa benar Anda teman korban?" Tanya Pak polisi.
"Benar." Jawab Riko dengan ekspresi wajah yang terlihat terpaksa.
"Apa benar Anda membunuh korban?"
"Tidak."
"Kalau begitu, dimana Anda saat kejadian?"
"Di tempat saja bekerja."
"Di mana? Apakah ditaman kota atau di Amerika?" Tanyaku mencela si polisi yang hendak menyodorkan pertanyaan.
"Ya di Taman Kota lah! Muke gile gue mau bunuh dia ke Amerika. Lagian dia cuma modal tampan doang! Jijik gue lama-lama sama dia. Masak gue udah susah payah deketin gebetan gue dia malah dengan gampangnya langsung nembak gebetan gue! Asal kalian tahu, minggu lalu, adalah minggu dimana gue mau nembak si doi, tapi apa? Gue ditikung! Mending dia gue bunuh supaya gak jadi beban untuk orang lain!" Kata Riko ngegas.
"Terbukti kan pak." Kataku.
"Astaga dragon! Ngapain gue keceplosan."
"Anda dinyatakan bersalah! Dan untuk saudara Ega dan Saudara Andika. Terima kasih atas bantuan dan ide yang out of the box dari kalian."
"Itu hanya sebagian kecil dari rencana Tuhan pak."
"Jadi itu rencana besar kalian?" Tanya Pak Polisi.
"Ya ampun pak, kalau ini aja rencana Tuhan yang kecil buat, gimana rencana kita? Ya maksudnya ini tidak akan bisa kita perbuat jika Tuhan tidak ada disisi kita." Jawabku.
"Ya habisnya kamu bilang rencana kecil dari Tuhan."
"Ahh malas ngomong sama bapak, rasis."
Ya, begitulah pada akhirnya Riko dinyatakan bersalah dan dihukum sesuai undang-undang. Meski ini menjadi sebuah awal keberhasilan kami. Andika harus pergi ke Jepang untuk meneruskan impiannya sebagai bintang porno.... ehhh maksudnya lanjut kuliah disana. Jurusannya sih aku tidak begitu tahu. Tapi aku harap bukan jurus ninja. Kehidupanku dimulai dari awal kembali, sendiri tanpa ada yang menemani. Akan tetapi dari sinilah semuanya berawal, dimana ada sebuah rencana besar, pasti terdapat masalah yang besar juga. Itulah satu hal yang aku yakini meski aku tidak tahu sama sekali bagaimana cara mengartikannya.
satu hal penting yang manjadi sebuah pertanyan.
1. Siapakah nama korban?
2. Kenapa Ega bisa tahu jadwal kerja Riko?
3. Kasus ini sukses, tapi kenapa Andika tetap pergi?
Jawaban itu, gunakan imajinasi kalian untuk menjawabnya.
Diubah oleh egalucu 29-04-2019 20:50
defriansah dan 4 lainnya memberi reputasi
5
4.4K
26
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
egalucu
#11
Bagian VII
Ega Strike Again.
Ega Strike Again.
23 Mei. Pukul 11 : 52 Veranda pergi menemui sebuah ahli psikologi. Ia ingin. Mengetahui cara agar dia bisa mengetahui perubahan gerak dan perilaku manusia. Akan tetapi biaya Psikolog tidak semurah pramuria di tengah jalan. Harganya bisa kita buat untuk menyewa PSK kelas atas selama semalam. Tapi itu tidak penting! Yang terpenting aku bisa lepas dari Veranda seharian ini. Aku juga sudah memiliki janji dengan temanku. Dia sebenarnya seorang Ahli jiwa. Tapi aku tidak memberitahu Veranda soal ini. Sssttt.
Spoiler for Dayu:
"Selamat siang Dayu." Salamku saat masuk ke ruangannya.
"Oh, apa kabar. Tumben buat janji? Biasanya langsung datang." Kata Dayu.
"Kau sendiri, kenapa tidak mendatangi udanganku?"
"Ohh ya ke vila itu. Maaf, aku ada acara. Ya tahu lah. Aku kan banyak teman, jadi ultah dimana-mana."
"Iya iya iya. Ulang tahun. Ngomong-ngomong, Selamat Ulang Tahun untukmu. Kalau tidak salah tanggal 29 Februari."
"Emmmm. Ulang Tahunku tanggal 6 April lagi pula mana ada tanggal 29 Februari. Ohh iya. Kenapa kmu gak ikut pas buat kejutan ulang tahunnya Adi? Sama Veranda itu siapa? Pacarmu yaaaa cieee."
"Wanita itu membuat repot saja."
"Repot? dia cantik tahu."
"Ya, cantik. Tapi kayak kamu! Nyusahin!"
"Tujuanmu mau konsultasi apa mau berantem nih!"
"Waduh. Konsultasilah, bahaya kalau ratu Sosmed ngamuk."
"Ssst jangan banyak omong. Hidupmu itu terlalu banyak mikirin orang! Sok-sok jadi detektif. Detektif kok baperan."
"Hah?!"
"Kamu pikir aku gak tahu kalau selama ini kamu stres karena semua yang kamu rencanaain itu gagal? Kegagalan 9 kali dalam kasus, reuni di vila yang batal, reuni sekolah yang tidak sesuai ekspetasi dan, Ulang Tahun Adi." Dayu langsung ngegas. "Aku tahu kamu stres. Tapi lihat, karena kamu yang keras kepala ini! Kamu gak mau ngaku kalau kamu stres. Kamu juga gak mau ngaku kalau kamu udah kalah. Sekarang jadinya apa? Kamu berhasil mengungkap kasus pembunuhan di taman kota, pencuri di hotelnya Wowok, dan karena kamu ngajak Veranda ke rumah Ulan. Kami jadi punya ide lain yang otaknya adalah Veranda itu sendiri."
"Veranda...."
"Tadi Veranda kesini. Dia bilang dia mau belajar cara membaca pola perubahan sifat."
Beberapa jam yang lalu. Veranda mendatangi tempat praktik Dayu. Dayu pun terkejut kalau ia bisa bertemu Veranda lagi.
"Veranda." Kata Dayu.
"Dayu. Kamu ternyata ahli jiwa." Jawab Veranda.
"Iya. Ada apa nih?"
"Aku mau minta tolong boleh?"
"Minta tolong?"
"Aku mau belajar pola perubahan sikap."
"Untuk apa?"
"Biar bisa jadi detektif sama informan."
"Kamu cantik-cantik jadi detektif, jadi model aja. Atau gabung ke JKT48, Ega pasti senang. Lagi satu, kayaknya kamu gak cocok jadi informan."
"Kenapa?"
"Kamu kan cewek, harusnya jadi inforwoman."
"Hahaha. Kamu bisa ngelawak juga ya. Hihi."
"Ahli jiwa harus bisa memanipulasi emosi pasiennya. Kalau kamu. Sebagai detektif, harus bisa mengendalikan atau memanipulasi emosimu sendiri. Kamu tahu kalau detektif pensiun jadi apa?"
"Apa?"
"Jadi artis."
"Kok bisa?"
"Karena yang paling pintar mengatur aksi, gerak wajah dan gerakan cuma mereka para detektif. Kalau kamu udah bisa mengendalikannya kamu akan mudah membaca peubahan pola gerak orang lain. Nantinya itu bisa kita pake untuk cari tahu orang itu bohong apa jujur. Contoh : pembohong sama orang lagi bohong itu kamu tahu apa bedanya?"
"Kayaknya sama deh."
"Eheh. Bukan. Kalo orang bohong, mereka pasti mencari alasan saat dia lagi berbohong. Contoh kalau lagi bohong sama pacar. Bilangnya dirumah padahal lagi jalan sama cowok lain."
"Kalau pembohong?"
"Pembohong itu dia udah buat rencana itu sebelum dia mau bohong. Fase kedua dari pembohong adalah penipu."
"Permisi dan terima kasih."
Veranda langsung pergi meninggalkan. Dayu entah kemana. Saat mendengar cerita itu aku jadi tahu Veranda pergi kemana.
"Aku bingung dia kemana." Kata Dayu.
Tiba-tiba Veranda menghubungiku.
"Hallo."
"Ega! Kamu dimana? Ayo cepat aku kayaknya udah tahu siapa pelakunya" kata Veranda.
"Aku juga udah tahu."
"Ok kalau gitu ayo cepat ke rumahnya orang tua Eve."
"OTW!" Langsung kututup telepon. "Dayu tolong hubungi polisi bawa langsung ke rumah Eve."
"Kayak biasanya." Kata Dayu.
"Biasanya apa?"
"Ngerepotin!"
"Nantikan 300 juta dibagi dua."
"Emang benar mau dibagi dua?"
"Iya aku 50% Veranda 50%"
"Cieee yang bagi-bagi sama Veranda."
"Ehhh mau kubuat perutmu buncit kayak dulu?"
"Apaan sih! Mesum."
"Makan-makan maksudnya."
"Gak mau! Sana cepet pergi!"
Aku langsung melaju cepat dengan motorku si Sped. Sampainya di TKP aku bertemu Veranda, beberapa menit kemudian tiga polisi langsung datang dengan persenjataannya. Aku meminta mereka untuk menggeledah semua isi rumah ini. Saat digeledah terdapat sebuah gudang yang tersembunyi dibawah tangga. Yang membuat gempar polisi adalah adanya Eve yang sedang disekap disana.
Kenapa bisa demikian? Kami menunggu Pak Fader dan Bu Mader pulang. Sore pun tiba. Mereka pulang saat itu juga aku langsung menyuruh polisi mengarahkan pistolnya ke arah Pak Fader. Polisi langsung menyuruhnya tiarap dan langsung memborgol tangan beserta kakinya.
"Apa-apaan ini! Kenapa kalian menahan suami saya?" Bu Mader panik.
"Biarin mah! Dia itu jahat." Teriak Eve yang datang dari dalam rumah."
"Eve! Kamu. Kenapa bisa begini pah!!?"
"Sederhana." Kata Veranda. "Suami ibu adalah seorang Pedofil. Dia memalsukan penculikan karena ia ingin menikmati tubuh Eve. Ia sengaja membuat-buat anaknya hilang di taman bermain pada pukul satu siang karena pada jam itu taman bermain sedang dalam keadaan yang kosong tanpa orang. Pak Fader tahu karena dia selalu lewat sana dan hanya dialah orang selalu lewat sana pada pukul satu siang. Itu juga yang menjelaska. Kenapa pada saat saya menyinggung tentang pedofil Pak Fader langsung menyangkal dengan keras dan ngegas."
"Apakah yang dikatakan rekanku kurang begitu jelas? Biar kuceritakan secara detail. Saat itu Bu Mader pergi lebih pagi dari biasanya karena ada urusan penting. Saat itulah Pak Fader beraksi dengan memberi obat tidur di sarapan Eve. Ia langsung di sekap. Pada saat jam satu siang kau mengira saat sepi? Tidak. Saat itu ada seekor anjing yang selalu menjaga taman bermain itu. Kau memecahkan kaca mobilmu untuk memalsukan penculikan, makanya banyak warga yang mendengar suara gonggongan anjing, dan itulah sebabnya di TV kau dengan bangga membuat sayembara padahal itu sebuah kode yang berbunyi 'lho gak akan bisa nemuin anak itu bodoh! Orang anaknya gue yang sekap.' Aku juga menyelidiki di panti asuhan bahwa kau itu ngebet ingin anak perempuan untuk diadopsi dan anak itu adalah Loli legal Eve Entoh!"
"Bagaimana kau bisa tahu!!!" Tanya Pak Fader.
"Egalogic milikku berkata demikian."
Akhirnya Pak Fader dipenjara dan diancam akan dikebiri. Eve pun kembali ke panti asuhan dan untuk menghilangkan traumanya itu. Dayu dipanggil oleh Dharma untuk mengembalikan kondisinya supaya bisa hidup tanpa rasa takut dengan orang dewasa.
Sedangkan aku kembali ke tempatku yang semestinya meski pun aku tidak tahu kapan Andika akan kembali. Sudah lebih dari satu minggu sejak surat itu dikirim aku mengatakan tanggal 25 Mei Andika akan kembali untuk membuat Veranda pergi tapi. Sepertinya dia memiliki sifat yang sama denganku. Atau lebih tepatnya dia adalah aku dalam wujud perempuan.
Quote:
Saat itu aku dan Veranda sedang menyantap makan malam yang ia masak. Kuakui masakannya sangat lezat.
"Veranda." Panggilku.
"Iya." Sahut Veranda.
"Kamu mau tinggal disini sampai berapa lama?"
"Sampai Andika datang bukan?"
"Kalau begitu kayaknya kamu akan tinggal lebih lama lagi disini."
"Ahh! Kenapa?"
"Andika balik masih lama lagi."
"Jadi... aku boleh tinggal disini?"
"Asal kamu melakukan kerja bagus kayak kemarin. Jadilah rekan dan Inforwamanku."
"Siap!! Ehhh kamu mau tambah?"
"Iyalah! Ini kan makanan aku yang punya kamu masak lagi sana!"
"Ihh kan aku lapar. Berbagi dong!"
"Masak sendiri dong."
"Kan ini aku yang masak."
"Ooh iya hahahahaha."
Itu kali pertamanya aku tertawa dihadapannya. Aku rasa Andika bisa lebih lama berada di Jepang selama aku masih memiliki rekan kerja sepertinya.
Baiklah! Aku rasa kisah ini tidak akan masuk dalam catatan sejarah atau pun ingatan kalian. Akan tetapi dengan begini imajinasiku mulai tenang kembali. Terima kasih teman-teman yang sudah menolongku, yang sudah aku tolong bahkan teman-teman yang belum aku temui. Aku harap pertemuan berikutnya tidak ada kata Skip dalam grup lagi. Terutama untuk ratu Skip@__liiissa. Kasihan bos kita, @pinaadepinayang sudah susah payah merencanakan acara liburan.
FINISH
Diubah oleh egalucu 09-04-2019 23:19
0

