- Beranda
- Stories from the Heart
NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]
...
TS
robbyrhy
NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]
Holla~ Bagi Kalian yang mau tahu kelanjutan dari Cerita Gerbang Iblis, saya akan memberikan Spin-off setelahnya. Jadi untuk Judulnya kali ini beda namun, dari segi cerita sama.
Buat kalian yang suka bilang...
Kak ini kok mirip film munafik ya?
Jawaban : Mungkin dari segi hal yang di bahas itu sama, ya Gerbang Iblis kan membahas tentang seseorang yang di rasuki jin terus di ruqyah, nah film munafik juga sama, tapi dari segi alur cerita sangatlah berbeda jadi anda tidak bisa bilang kalau ini sama. Jelaskan?.
Oke dari pada berlama-lama, langsung aja di baca Prolognya agak panjang sih untuk sekedar prolog hehehe,,,, 😁
Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, bisa langsung cek Di Sini
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/04/17/10518562_201904171033040876.png)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari an-naar (neraka). Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisa : 145)
5 Bulan setelah kematian Zaki Abdul Ikhsan.
“Bang, apa abang yakin mau mengikuti jejak Zaki?” Tanya Aminah sambil memberikan secangkir teh manis kepadanya.
Adam menyeruput teh manis hangat tersebut, kemudian menjawab pertanyaan istrinya.
“Abang yakin aminah, kalau bukan abang siapa lagi?”
“Tapi setelah kejadian beberapa bulan yang lalu itu, masih sangat jelas teringat di kepala Aminah bang,” Serunya lagi.
Adam pun terdiam, ia tahu bahwa Aminah tak menginginkan kejadian Beberapa bulan yang lalu terulang lagi. Ia takut jin yang akan di hadapi oleh Adam kali ini lebih jahat dari sebelumnya.
“Kita punya Allah Aminah, semua yang telah di takdirkan telah tertulis di lauh mahfudz, Jadi apa yang perlu kita takutkan.” Jawab Adam meyakinkan sang istri.
Wajah Aminah terlihat begitu gelisah. Ia tahu sang suami akan mengerjakan Tugas besar lagi kali ini.
Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba mereka di kejutkan dengan suara gedoran pintu yang sangat kencang.
“Brak! Brak! Bark!”
“Assalamualaikum..... Ustad Adam,,,, pak ustad!” Begitulah kedengarannya. Sumber suara tersebut semakin kencang memanggil namanya.
Mereka pun segera bergegas, untuk membukakan pintu Rumahnya.
“Ya allah, Zainal….. Ada apa ini, malam-malam begini gerasak-gerusuk gitu kaya di kejar binatang aja kamu ini” Pekik Adam kemudian menyuruh zainal masuk ke rumahnya.
“Duduk-duduk…” Serunya lagi.
Zainal pun kemudian duduk, mengehela nafas panjang dan sedikit menenangkan pikirannya.
“Oke… oke tenang… tenang coba jelaskan ada apa?” Tanya Adam kepada Zainal.
Wajah Zainal yang masih terlihat panik, berusaha untuk tenang.
“Ja-ja-di… gini pak ustad, usai sholat isya saya dan istri saya sedang makan malam. Nah pada saat sedang makan, tiba-tiba istri saya muntah-muntah. Saya Kira dia hanya muntah biasa namun, lama kelamaan Istri saya memuntahakan darah, paku , jarum dan juga lintah dari mulutnya pak ustad. saya takut terjadi sesuatu padanya. Apa mungkin dia di guna-guna?. Tolong bantu saya…” Jelasnya.
Saat mendengar cerita Zainal, Adam pun berpikir. Apa mungkin ada sesuatu lagi yang terjadi padanya, sama seperti Keluarga zaki dulu. Saat Adam sedang berpikir tiba-tiba Aminah langsung berbicara.
“Bang? mungkinkah ini sama kejadiannya seperti keluarga zaki dulu?”
Entah kenapa Aminah bisa sepemikiran dengan Adam.
“Aku akan menemui istri mu sekarang!” Ujar Adam tiba-tiba.
Aminah yang melihat suaminya akan berurusan lagi dengan musuh Allah, moncoba sedikit menahannya.
“Bang, aminah gak mau abang kenapa-kenapa… kali ini aminah melarang abang untuk pergi.” Pekik aminah dengan cukup keras.
Melihat sang istri tidak merestui kepergiannya untuk menolong seseorang, Adam berusaha menenangkannya.
“Abang bersama Allah, jadi aminah tidak perlu risau. Semua akan baik-baik saja.” Jawabnya.
Aminah masih dengan muka yang cemas. Antara menginzinkan atau tidak. Ia tidak berbicara usai Adam memberinya jawaban.
“Apakah aminah bisa ijinkan abang? Semua akan lancar dengan restu istri. Abang tidak akan pergi jika aminah tidak mengijinkan.”
“Aminah, aku mohon kepadamu, biarlah adam membantu Istriku aminah. Kalian sesama wanita, pasti kamu paham apa yang aku rasakan kan? bagaimana kalau kamu ada di posisi istriku?!” Zainal memohon.
Aminah pun hanya mengangguk, Namun tidak bicara.
“Abang akan segera kembali,, percayalah” Ujar Adam sambil mengelus pelan kepala aminah yang tertutupi oleh hijab yang di kenakannya.
Setelah itu Aminah pun masuk ke kamarnya, sedangkan Adam pergi bersama Zainal untuk menemui istrinya.
Sesampainya di Halaman rumah Zainal. tiba-tiba seluruh lampu yang ada di rumahnya padam. Suasana menjadi begitu gelap dan menyeramkan.
“Kenapa gelap sekali?” tanya Adam yang belum berani melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih dalam, karena rumahnya yang terlihat sangat gelap.
“Tapi tidak mati listrik? hanya rumah mu saja nal?” Ujarnya lagi.
Zainal-pun kebingungan. Mencoba berpikir sejenak lalu melangkah sedikit demi sedikit untuk mengecek apa yang terjadi.
“Saat aku meninggalkan rumah, listrik dan lampu masih menyala pak ustad.” Jawab Zainal.
Sambil terus memperhatikan kondisi di luar rumah yang begitu gelap, Adam mulai mencoba masuk ke dalamnya.
“Sepertinya, Jin yang ada di dalam tubuh istrimu yang membuat semua ini.”
Zainal pun sudah melangkah lebih dulu, dan sampai di depan pintu rumahnya. Saat itu tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu tersebut. Terlihat tangan zainal yang sedikit bergemetar tat kala menyentuh gagang pintu rumahnya.Namun, saat ia ingin memutar gagang pintu tersebut, tiba-tiba Adam menahannya.
“Tunggu” Teriak Adam.
“Jangan di buka.” Ujarnya lagi.
Zainal-pun menoleh ke belakang, melihat Adam dan kembali bertanya.
“Kenapa?”
Adam hanya menggelengkan kepalanya.
“Jin itu, ada di balik pintu.”
“Maksudmu?” Zainal kembali bertanya.
Adam pun tidak menggubris pertanyaan yang terakhir, kemudian ia pun langsung membacakan surah Al-An’aam ayat 130 sambil mengulurkan tangannya kedepan dengan tasbih yang masih melilit di jari jemarinya tersebut.
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri,’ kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”
Setelah surah itu di bacakan, tiba-tiba keluarlah Adinda, istri Zainal dari balik pintu rumahnya. Ia menjebolkan Pintu rumah tersebut dengan badannya, tenaganya terlihat sangat begitu kuat, kemudian ia berlari sangat cepat layaknya kuda sehingga menabrak Zainal dan membuatnya terpental beberapa meter dari posisi sebelumnya. Adam yang berjarak kurang lebih beberapa meter dari pintu tersebut, langsung di hadapkan dengan Wajah Adinda yang sangat buruk. Kelopak matanya yang menghitam, Mulutnya yang penuh darah, dan wajahnya yang terlihat sangat keriput. Itulah gambaran kondisi Adinda kala itu. Jin tersebut sudah menguasai tubuhnya. Maka ia bisa melakukan apa pun kepadanya, tak terkecuali juga dengan membunuhnya.
Wajah Adinda dan Adam saling bertatapan. Adam kemudian kembali membacakan surah tersebut, dan Tidak lama kemudian tiba-tiba, dinda memuntahkan Darah serta seekor ular ke wajah Adam. Mendapatkan sebuah serangan, membuat Adam harus mundur dan membersihkan semua darah yang tertempel di wajahnya itu.
“Astagfirullahaladzim” Adam beristigfar.
Tak lama setelah ular itu keluar dari mulutnya, tiba-tiba Adinda langsung terjatuh lemah tak berdaya dan membuatnya tergeletak di halaman rumahnya.
Sepertinya Jin itu keluar dan menjelma menjadi seekor ular. Pikir Adam.
Inilah Awal mula dari masalah baru yang harus segera di selesaikan~
صُمۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah : 18)
Note : Untuk Episode 1 dan seterusnya belum saya pastikan kapan akan di update, mudah-mudahan bisa cepat sesuai kesibukan saya. Terima Kasih sudah membaca Prolognya. 😉
Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/03/01/10518562_201903011029540985.gif)
Buat kalian yang suka bilang...
Kak ini kok mirip film munafik ya?
Jawaban : Mungkin dari segi hal yang di bahas itu sama, ya Gerbang Iblis kan membahas tentang seseorang yang di rasuki jin terus di ruqyah, nah film munafik juga sama, tapi dari segi alur cerita sangatlah berbeda jadi anda tidak bisa bilang kalau ini sama. Jelaskan?.
Oke dari pada berlama-lama, langsung aja di baca Prolognya agak panjang sih untuk sekedar prolog hehehe,,,, 😁
Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, bisa langsung cek Di Sini
Quote:
Happy Reading!
~~~~~👻👻👻👻👻👻👻~~~~~
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/04/17/10518562_201904171033040876.png)
Quote:
Prolog
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari an-naar (neraka). Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisa : 145)
5 Bulan setelah kematian Zaki Abdul Ikhsan.
“Bang, apa abang yakin mau mengikuti jejak Zaki?” Tanya Aminah sambil memberikan secangkir teh manis kepadanya.
Adam menyeruput teh manis hangat tersebut, kemudian menjawab pertanyaan istrinya.
“Abang yakin aminah, kalau bukan abang siapa lagi?”
“Tapi setelah kejadian beberapa bulan yang lalu itu, masih sangat jelas teringat di kepala Aminah bang,” Serunya lagi.
Adam pun terdiam, ia tahu bahwa Aminah tak menginginkan kejadian Beberapa bulan yang lalu terulang lagi. Ia takut jin yang akan di hadapi oleh Adam kali ini lebih jahat dari sebelumnya.
“Kita punya Allah Aminah, semua yang telah di takdirkan telah tertulis di lauh mahfudz, Jadi apa yang perlu kita takutkan.” Jawab Adam meyakinkan sang istri.
Wajah Aminah terlihat begitu gelisah. Ia tahu sang suami akan mengerjakan Tugas besar lagi kali ini.
Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba mereka di kejutkan dengan suara gedoran pintu yang sangat kencang.
“Brak! Brak! Bark!”
“Assalamualaikum..... Ustad Adam,,,, pak ustad!” Begitulah kedengarannya. Sumber suara tersebut semakin kencang memanggil namanya.
Mereka pun segera bergegas, untuk membukakan pintu Rumahnya.
“Ya allah, Zainal….. Ada apa ini, malam-malam begini gerasak-gerusuk gitu kaya di kejar binatang aja kamu ini” Pekik Adam kemudian menyuruh zainal masuk ke rumahnya.
“Duduk-duduk…” Serunya lagi.
Zainal pun kemudian duduk, mengehela nafas panjang dan sedikit menenangkan pikirannya.
“Oke… oke tenang… tenang coba jelaskan ada apa?” Tanya Adam kepada Zainal.
Wajah Zainal yang masih terlihat panik, berusaha untuk tenang.
“Ja-ja-di… gini pak ustad, usai sholat isya saya dan istri saya sedang makan malam. Nah pada saat sedang makan, tiba-tiba istri saya muntah-muntah. Saya Kira dia hanya muntah biasa namun, lama kelamaan Istri saya memuntahakan darah, paku , jarum dan juga lintah dari mulutnya pak ustad. saya takut terjadi sesuatu padanya. Apa mungkin dia di guna-guna?. Tolong bantu saya…” Jelasnya.
Saat mendengar cerita Zainal, Adam pun berpikir. Apa mungkin ada sesuatu lagi yang terjadi padanya, sama seperti Keluarga zaki dulu. Saat Adam sedang berpikir tiba-tiba Aminah langsung berbicara.
“Bang? mungkinkah ini sama kejadiannya seperti keluarga zaki dulu?”
Entah kenapa Aminah bisa sepemikiran dengan Adam.
“Aku akan menemui istri mu sekarang!” Ujar Adam tiba-tiba.
Aminah yang melihat suaminya akan berurusan lagi dengan musuh Allah, moncoba sedikit menahannya.
“Bang, aminah gak mau abang kenapa-kenapa… kali ini aminah melarang abang untuk pergi.” Pekik aminah dengan cukup keras.
Melihat sang istri tidak merestui kepergiannya untuk menolong seseorang, Adam berusaha menenangkannya.
“Abang bersama Allah, jadi aminah tidak perlu risau. Semua akan baik-baik saja.” Jawabnya.
Aminah masih dengan muka yang cemas. Antara menginzinkan atau tidak. Ia tidak berbicara usai Adam memberinya jawaban.
“Apakah aminah bisa ijinkan abang? Semua akan lancar dengan restu istri. Abang tidak akan pergi jika aminah tidak mengijinkan.”
“Aminah, aku mohon kepadamu, biarlah adam membantu Istriku aminah. Kalian sesama wanita, pasti kamu paham apa yang aku rasakan kan? bagaimana kalau kamu ada di posisi istriku?!” Zainal memohon.
Aminah pun hanya mengangguk, Namun tidak bicara.
“Abang akan segera kembali,, percayalah” Ujar Adam sambil mengelus pelan kepala aminah yang tertutupi oleh hijab yang di kenakannya.
Setelah itu Aminah pun masuk ke kamarnya, sedangkan Adam pergi bersama Zainal untuk menemui istrinya.
Sesampainya di Halaman rumah Zainal. tiba-tiba seluruh lampu yang ada di rumahnya padam. Suasana menjadi begitu gelap dan menyeramkan.
“Kenapa gelap sekali?” tanya Adam yang belum berani melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih dalam, karena rumahnya yang terlihat sangat gelap.
“Tapi tidak mati listrik? hanya rumah mu saja nal?” Ujarnya lagi.
Zainal-pun kebingungan. Mencoba berpikir sejenak lalu melangkah sedikit demi sedikit untuk mengecek apa yang terjadi.
“Saat aku meninggalkan rumah, listrik dan lampu masih menyala pak ustad.” Jawab Zainal.
Sambil terus memperhatikan kondisi di luar rumah yang begitu gelap, Adam mulai mencoba masuk ke dalamnya.
“Sepertinya, Jin yang ada di dalam tubuh istrimu yang membuat semua ini.”
Zainal pun sudah melangkah lebih dulu, dan sampai di depan pintu rumahnya. Saat itu tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu tersebut. Terlihat tangan zainal yang sedikit bergemetar tat kala menyentuh gagang pintu rumahnya.Namun, saat ia ingin memutar gagang pintu tersebut, tiba-tiba Adam menahannya.
“Tunggu” Teriak Adam.
“Jangan di buka.” Ujarnya lagi.
Zainal-pun menoleh ke belakang, melihat Adam dan kembali bertanya.
“Kenapa?”
Adam hanya menggelengkan kepalanya.
“Jin itu, ada di balik pintu.”
“Maksudmu?” Zainal kembali bertanya.
Adam pun tidak menggubris pertanyaan yang terakhir, kemudian ia pun langsung membacakan surah Al-An’aam ayat 130 sambil mengulurkan tangannya kedepan dengan tasbih yang masih melilit di jari jemarinya tersebut.
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri,’ kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”
Setelah surah itu di bacakan, tiba-tiba keluarlah Adinda, istri Zainal dari balik pintu rumahnya. Ia menjebolkan Pintu rumah tersebut dengan badannya, tenaganya terlihat sangat begitu kuat, kemudian ia berlari sangat cepat layaknya kuda sehingga menabrak Zainal dan membuatnya terpental beberapa meter dari posisi sebelumnya. Adam yang berjarak kurang lebih beberapa meter dari pintu tersebut, langsung di hadapkan dengan Wajah Adinda yang sangat buruk. Kelopak matanya yang menghitam, Mulutnya yang penuh darah, dan wajahnya yang terlihat sangat keriput. Itulah gambaran kondisi Adinda kala itu. Jin tersebut sudah menguasai tubuhnya. Maka ia bisa melakukan apa pun kepadanya, tak terkecuali juga dengan membunuhnya.
Wajah Adinda dan Adam saling bertatapan. Adam kemudian kembali membacakan surah tersebut, dan Tidak lama kemudian tiba-tiba, dinda memuntahkan Darah serta seekor ular ke wajah Adam. Mendapatkan sebuah serangan, membuat Adam harus mundur dan membersihkan semua darah yang tertempel di wajahnya itu.
“Astagfirullahaladzim” Adam beristigfar.
Tak lama setelah ular itu keluar dari mulutnya, tiba-tiba Adinda langsung terjatuh lemah tak berdaya dan membuatnya tergeletak di halaman rumahnya.
Sepertinya Jin itu keluar dan menjelma menjadi seekor ular. Pikir Adam.
Inilah Awal mula dari masalah baru yang harus segera di selesaikan~
صُمۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah : 18)
-To be Continued-
Note : Untuk Episode 1 dan seterusnya belum saya pastikan kapan akan di update, mudah-mudahan bisa cepat sesuai kesibukan saya. Terima Kasih sudah membaca Prolognya. 😉
Quote:
Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
THANKS FOR READING!
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/03/01/10518562_201903011029540985.gif)
Diubah oleh robbyrhy 13-06-2019 15:24
bruno95 dan 28 lainnya memberi reputasi
29
24.6K
71
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
robbyrhy
#16
Episode 8 - Antara Hidup Dan Mati
Nafas Aminah terasa berat, ia segera masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu tersebut rapat-rapat. Dengan wajah yang sangat panik, ia berusaha tenang. Kedua tangannya terus menutupi mulut serta hidungnya. Menahan hembusan nafas yang keluar bersama suara. Keringat membasahi area wajah serta terus menyucur deras dari dahi. Suara gemuruh petir yang kencang sesekali mengagetkannya.
"Ya allah..... Lindungilah hamba." Aminah berdoa dalam hatinya. Berjalan mundur dengan mata melebar tatapan ke depan, tepat ke arah pintu.
Saat dirinya tengah fokus, suara gemeretak terdengar dari atas plapon kamarnya. Aminah pun segera mendongkak ke atas. Tidak ada apapun di sana. Ia terus mengawasi kawasan sekitar.
Tretek... Tretekk..
Hingga terdengar suara gagang pintu yang berusaha di buka. Mata Aminah pun kembali menoleh ke arah pintu. Jantungnya semakin berdegup dengan cepat. Ia sulit mengatur nafasnya. Tangannya masih pada posisinya. Rasa ingin berteriak tak mampu ia lakukan. Aminah kini hanya bisa berjalan mundur, duduk di atas kasur tempat tidurnya.
Gagang pintu itu terus bergerak, sepertinya Adinda berusaha masuk ke dalam kamar Aminah. Aminah hanya bisa terdiam, berusaha tenang. Ia kemudian mencari sesuatu untuk di genggam. Matanya menuju ke arah gunting yang ada di atas nakas. Dengan sigap ia mengambil gunting tersebut, mengantisipasi jika Adinda tiba-tiba menyerangnya.
Kali ini Aminah harus bisa tegar, ia menghadapi Adinda yang di rasuki jin entah dari mana, sendirian. Gagang pintu tersebut kemudian berhenti bergerak. Suasana sedikit tenang. Aminah pun sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya ke depan, mengarah ke pintu. Dengan nafas yang tidak teratur di sertai jantung yang terus berdegup tak karuan, ia mengarahkan gunting ke arah depan. Aminah menodong gunting tersebut, berusaha maju secara perlahan.
"BRAKK!"
"Astagfirullahaladzim."
Aminah terkejut bukan kepalang, rasa panik dan ketakutan kini sudah semakin menjulur ke seluruh tubuhnya. Badannya pun bergetar seketika, gunting yang di genggamnya pun jatuh, seakan dirinya tidak bertenaga. Melihat Adinda menjebol pintu kamar Aminah dengan kapak. Mata Aminah semakin melebar, ia pun kembali memundurkan badannya, Kapak tersebut terus di arahkan ke papan pintu. Sedikit demi sedikit bagian tengah pintu tersebut jebol. Membuat celah kusut dengan wajah Adinda yang menakutkan ikut terlihat.
Aminah semakin gugup, kakinya seakan kaku untuk melangkah. Ia pun terbujur lemas duduk di lantai. Melihat Kapak yang sedang merusak pintu kamarnya itu. Aminah pun berusaha merangkak, mengambil gunting yang tadi sempat terlepas. Keringat semakin deras menyucur dari balik dahinya. Tangan aminah meraba lantai dengan badan mendongkak ke depan. Ia merasa takut jika harus berdiri menuju pintu yang sebentar lagi hancur.
Dengan usahanya Aminah pun akhirnya menggapai gunting tersebut. Ia kemudian menggengamnya dengan kencang. Saat itu juga pintu kamarnya pun jebol.
"BRAKKKK!"
Dengan posisi badan yang masih merangkak condong kedepan, Dan posisi tangan yang masih menjulur memegang gunting. Aminah pun menoleh ke arah Adinda yang sudah berdiri tepat di bawah tangannya. Dengan kapak yang di dipagang oleh Adinda, Aminah hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Ia tidak tahu lagi apa yang akan di lakukan oleh sosok Jin yang sedang menguasai tubuh Adinda sekarang.
Dengan tangan begemetar, Aminah berusaha menarik tangannya bersama guting yang di pegang. Secara perlahan, tatapan matanya masih mengarah ke Adinda. Tanpa basa-basi, ia pun langsung mendekap gunting tersebut, serta dengan sigap membangunkan tubuhnya.

Adinda tersenyum jahat, "Sekarang, adalah kematianmu!" ucapnya dengan nada datar tapi menyeramkan.
Aminah yang mendengar ucapan Adinda segera menodong gunting yang di pegangnya. Ia pun berjalan mundur ke arah meja kecil berlaci. Setelah menabrak meja tersebut, Aminah segera mencari buku kecil milik Adam.

Adinda berjalan perlahan, sedikit mengayunkan kapak yang di pegangnya. Kakinya menyeret lantai, sehingga menimbulkan suara bergerasak beradu dengan gemuruh petir di luar.
"Mau kemana? Tidak ada Adam kan?" suara Adinda berubah drastis. Suaranya serak bergema dan juga sangat menyeramkan. Tenggorokannya seakan ada yang mengganjal.
"Apa mau mu Jin, Iblis laknatullah? Allah akan melindungiku..." ucap Aminah sambil terus menodong gunting yang di pegangnya. Terlihat tangannya sangat gemetar takut. Tangan kirinya terus mengaduk laci di belakangnya.
Sampai akhirnya ia menemukan buku kecil tersebut. Buku bacaan ruqyah yang di berikan Adam pada saat me ruqyah Zaki.
Adinda semakin dekat,
"BRAKK!"
"Ahkkk!"
Gunting yang di genggam Aminah pun di tepak olehnya. Hingga membuat tangan Aminah tersentak ke kiri dan badannya pun ikut tersungkur.
"BRAKK!"
Aminah terjatuh, buku yang di pegangnya terlempar beberapa meter.
Tangannya pun terasa sakit, pukulan yang di berikan oleh Adinda begitu kuat. Tenaganya seakan berubah.
"Ya Allah... Bantu aku..." lirih Aminah, dengan terus merintis kesakitan. Ia menggigit bibir bagian dalam berusaha menahan rasa sakit tersebut.
"Kamu harus mati!" ucap Adinda dengan mata melolot.
Aminah yang sedang berada di bawahnya, langsung mendongkakan wajahnya kearah Adinda yang sudah mengangkat Kapak tersebut tinggi-tinggi.
Mata Aminah melebar, dadanya sesak seakan nafasnya tertahan. Tanpa pikir panjang Adinda pun langsung mengayunkan kapak tersebut ke arah kepala Aminah.
"YAHHHHHH!!!!" Adinda berteriak keras.
"BRAKK!" "DRAKKKKK"
"Ahk!!!"
Aminah menghindar, badannya berguling ke kanan. Serangan Adinda meleset. Kapak yang di pukulnya malah mengenai lantai kayu di bawah.
Tubuh Adinda pun mengikuti ritme kapak berukuran kecil tersebut. Kini ia membungkuk, kembali menoleh ke arah Aminah yang berada di sebelah kiri dirinya. Matanya menyala, dengan dendam yang tersorot tajam di dalamnya.

Aminah berusaha bangun, tat kala melihat Adinda hendak menarik kapak yang tertancap di lantai. Ia memegang pergelangan tangannya yang masih sakit, menopang tubuhnya dengan tumpuhan lutut kaki kanannya. Aminah pun berhasil berdiri, kemudian ia kembali mencari buku kecil tersebut. Tanpa pikir panjang kemudian, ia segara berlari kecil menuju buku yang masih terkapar.
"Dapat! Bismilah!" ucap Aminah kemudian dengan sigap membuka buku kecil itu.
Adinda tidak tinggal diam, ia segera manarik kapak tersebut. Kemudian, berdiri kembali dengan tegap. Sambil menodong kapak ke arah Aminah, Mata Adinda terus menyorot tajam kearahnya.
Aminah tidak lengah, ia segera membuka buku kecil tersebut. Saat ingin membacakan doa yang tertulis di buku itu, tiba-tiba sekelebat tangannya seakan ada yang menepak. Buku itu kembali terlempar jauh ke depan. Kini keimanan Aminah kembali di uji.
Adinda tertunduk, kemudian kembali mendongakan wajahnya ke atas. Dengan rambut terurai panjang, Ia tertawa dengan keras, setelah itu tersenyum jahat. "Tidak ada yang menolongmu sekarang!" ucap Adinda.
Aminah mencoba memundurkan badannya sedikit lebih jauh. "Allah akan menolongku!" Aminah berteriak keras, setelah itu membaca Ayat Kursi.
Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.
Saat Ayat Kursi di bacakan, Adinda malah mengikuti bacaan tersebut. Tepatnya Jin yang ada di dalam tubuh Adinda. Aminah pun sedikit terkejut, Jin apa dia sebenarnya? Itu yang ada di pikiran Aminah sekarang.

Adinda pun kembali berjalan mendekati Aminah, "Hidupmu sudah di ambang kematian sekarang!"
Saat itu juga Adinda mengayunkan kembali kapak tersebut menuju ke arah badan Aminah. Saat hendak mencabiknya, kapak itu kembali meleset. Hanya goresan tipis bagian ujung kapak yang mengenai bahu Aminah, sehingga membuat bajunya robek dan menyebabkan luka goresan panjang di sekitar bahum Darah segar keluar, tangan Aminah reflek memegang luka itu. Ia menahan rasa sakitnya. Kemudian berjalan lagi, mencoba mengihindar untuk serangan berikutnya.
Aminah mendekatkan tubuhnya ke tembok kayu, berjalan sambil sebagian tubuhnya ikut bergesekan dengan tembok tersebut.
Tangannya tak lepas dari luka yang baru saja di terimanya, Mata Aminah terus menyorot ke arah Adinda. Tak ingin lengah karena sedikit saja dia lengah, nyawanyalah yang akan menjadi taruhannya.
"Apa yang kamu inginkan wahai Jin, Iblis laknatulah?" teriak Aminah. Hujan masih mengguyur di luar. Kini hari semakin gelap. Lampu-lampu dirumah Aminah seakan semakin meredup.
"Aku mau membunuhmu! karena Adam berusaha mengacaukan rencana tuanku!" jawab Jin yang ada di dalam tubuh Adinda.
Badan Aminah semakin gemetar takut, seakan menggigil layaknya orang menahan rasa dingin. Ia terus menatap Adinda. sedikit darah terus menetes dari balik tangannya yang berusaha menutupi luka di bahu.
"Ya allah..... Lindungilah hamba." Aminah berdoa dalam hatinya. Berjalan mundur dengan mata melebar tatapan ke depan, tepat ke arah pintu.
Saat dirinya tengah fokus, suara gemeretak terdengar dari atas plapon kamarnya. Aminah pun segera mendongkak ke atas. Tidak ada apapun di sana. Ia terus mengawasi kawasan sekitar.
Tretek... Tretekk..
Hingga terdengar suara gagang pintu yang berusaha di buka. Mata Aminah pun kembali menoleh ke arah pintu. Jantungnya semakin berdegup dengan cepat. Ia sulit mengatur nafasnya. Tangannya masih pada posisinya. Rasa ingin berteriak tak mampu ia lakukan. Aminah kini hanya bisa berjalan mundur, duduk di atas kasur tempat tidurnya.
Gagang pintu itu terus bergerak, sepertinya Adinda berusaha masuk ke dalam kamar Aminah. Aminah hanya bisa terdiam, berusaha tenang. Ia kemudian mencari sesuatu untuk di genggam. Matanya menuju ke arah gunting yang ada di atas nakas. Dengan sigap ia mengambil gunting tersebut, mengantisipasi jika Adinda tiba-tiba menyerangnya.
Kali ini Aminah harus bisa tegar, ia menghadapi Adinda yang di rasuki jin entah dari mana, sendirian. Gagang pintu tersebut kemudian berhenti bergerak. Suasana sedikit tenang. Aminah pun sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya ke depan, mengarah ke pintu. Dengan nafas yang tidak teratur di sertai jantung yang terus berdegup tak karuan, ia mengarahkan gunting ke arah depan. Aminah menodong gunting tersebut, berusaha maju secara perlahan.
"BRAKK!"
"Astagfirullahaladzim."
Aminah terkejut bukan kepalang, rasa panik dan ketakutan kini sudah semakin menjulur ke seluruh tubuhnya. Badannya pun bergetar seketika, gunting yang di genggamnya pun jatuh, seakan dirinya tidak bertenaga. Melihat Adinda menjebol pintu kamar Aminah dengan kapak. Mata Aminah semakin melebar, ia pun kembali memundurkan badannya, Kapak tersebut terus di arahkan ke papan pintu. Sedikit demi sedikit bagian tengah pintu tersebut jebol. Membuat celah kusut dengan wajah Adinda yang menakutkan ikut terlihat.
Aminah semakin gugup, kakinya seakan kaku untuk melangkah. Ia pun terbujur lemas duduk di lantai. Melihat Kapak yang sedang merusak pintu kamarnya itu. Aminah pun berusaha merangkak, mengambil gunting yang tadi sempat terlepas. Keringat semakin deras menyucur dari balik dahinya. Tangan aminah meraba lantai dengan badan mendongkak ke depan. Ia merasa takut jika harus berdiri menuju pintu yang sebentar lagi hancur.
Dengan usahanya Aminah pun akhirnya menggapai gunting tersebut. Ia kemudian menggengamnya dengan kencang. Saat itu juga pintu kamarnya pun jebol.
"BRAKKKK!"
Dengan posisi badan yang masih merangkak condong kedepan, Dan posisi tangan yang masih menjulur memegang gunting. Aminah pun menoleh ke arah Adinda yang sudah berdiri tepat di bawah tangannya. Dengan kapak yang di dipagang oleh Adinda, Aminah hanya bisa menelan ludahnya sendiri. Ia tidak tahu lagi apa yang akan di lakukan oleh sosok Jin yang sedang menguasai tubuh Adinda sekarang.
Dengan tangan begemetar, Aminah berusaha menarik tangannya bersama guting yang di pegang. Secara perlahan, tatapan matanya masih mengarah ke Adinda. Tanpa basa-basi, ia pun langsung mendekap gunting tersebut, serta dengan sigap membangunkan tubuhnya.

Adinda tersenyum jahat, "Sekarang, adalah kematianmu!" ucapnya dengan nada datar tapi menyeramkan.
Aminah yang mendengar ucapan Adinda segera menodong gunting yang di pegangnya. Ia pun berjalan mundur ke arah meja kecil berlaci. Setelah menabrak meja tersebut, Aminah segera mencari buku kecil milik Adam.

Adinda berjalan perlahan, sedikit mengayunkan kapak yang di pegangnya. Kakinya menyeret lantai, sehingga menimbulkan suara bergerasak beradu dengan gemuruh petir di luar.
"Mau kemana? Tidak ada Adam kan?" suara Adinda berubah drastis. Suaranya serak bergema dan juga sangat menyeramkan. Tenggorokannya seakan ada yang mengganjal.
"Apa mau mu Jin, Iblis laknatullah? Allah akan melindungiku..." ucap Aminah sambil terus menodong gunting yang di pegangnya. Terlihat tangannya sangat gemetar takut. Tangan kirinya terus mengaduk laci di belakangnya.
Sampai akhirnya ia menemukan buku kecil tersebut. Buku bacaan ruqyah yang di berikan Adam pada saat me ruqyah Zaki.
Adinda semakin dekat,
"BRAKK!"
"Ahkkk!"
Gunting yang di genggam Aminah pun di tepak olehnya. Hingga membuat tangan Aminah tersentak ke kiri dan badannya pun ikut tersungkur.
"BRAKK!"
Aminah terjatuh, buku yang di pegangnya terlempar beberapa meter.
Tangannya pun terasa sakit, pukulan yang di berikan oleh Adinda begitu kuat. Tenaganya seakan berubah.
"Ya Allah... Bantu aku..." lirih Aminah, dengan terus merintis kesakitan. Ia menggigit bibir bagian dalam berusaha menahan rasa sakit tersebut.
"Kamu harus mati!" ucap Adinda dengan mata melolot.
Aminah yang sedang berada di bawahnya, langsung mendongkakan wajahnya kearah Adinda yang sudah mengangkat Kapak tersebut tinggi-tinggi.
Mata Aminah melebar, dadanya sesak seakan nafasnya tertahan. Tanpa pikir panjang Adinda pun langsung mengayunkan kapak tersebut ke arah kepala Aminah.
"YAHHHHHH!!!!" Adinda berteriak keras.
"BRAKK!" "DRAKKKKK"
"Ahk!!!"
Aminah menghindar, badannya berguling ke kanan. Serangan Adinda meleset. Kapak yang di pukulnya malah mengenai lantai kayu di bawah.
Tubuh Adinda pun mengikuti ritme kapak berukuran kecil tersebut. Kini ia membungkuk, kembali menoleh ke arah Aminah yang berada di sebelah kiri dirinya. Matanya menyala, dengan dendam yang tersorot tajam di dalamnya.

Aminah berusaha bangun, tat kala melihat Adinda hendak menarik kapak yang tertancap di lantai. Ia memegang pergelangan tangannya yang masih sakit, menopang tubuhnya dengan tumpuhan lutut kaki kanannya. Aminah pun berhasil berdiri, kemudian ia kembali mencari buku kecil tersebut. Tanpa pikir panjang kemudian, ia segara berlari kecil menuju buku yang masih terkapar.
"Dapat! Bismilah!" ucap Aminah kemudian dengan sigap membuka buku kecil itu.
Adinda tidak tinggal diam, ia segera manarik kapak tersebut. Kemudian, berdiri kembali dengan tegap. Sambil menodong kapak ke arah Aminah, Mata Adinda terus menyorot tajam kearahnya.
Aminah tidak lengah, ia segera membuka buku kecil tersebut. Saat ingin membacakan doa yang tertulis di buku itu, tiba-tiba sekelebat tangannya seakan ada yang menepak. Buku itu kembali terlempar jauh ke depan. Kini keimanan Aminah kembali di uji.
Adinda tertunduk, kemudian kembali mendongakan wajahnya ke atas. Dengan rambut terurai panjang, Ia tertawa dengan keras, setelah itu tersenyum jahat. "Tidak ada yang menolongmu sekarang!" ucap Adinda.
Aminah mencoba memundurkan badannya sedikit lebih jauh. "Allah akan menolongku!" Aminah berteriak keras, setelah itu membaca Ayat Kursi.
Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.
Saat Ayat Kursi di bacakan, Adinda malah mengikuti bacaan tersebut. Tepatnya Jin yang ada di dalam tubuh Adinda. Aminah pun sedikit terkejut, Jin apa dia sebenarnya? Itu yang ada di pikiran Aminah sekarang.

Adinda pun kembali berjalan mendekati Aminah, "Hidupmu sudah di ambang kematian sekarang!"
Saat itu juga Adinda mengayunkan kembali kapak tersebut menuju ke arah badan Aminah. Saat hendak mencabiknya, kapak itu kembali meleset. Hanya goresan tipis bagian ujung kapak yang mengenai bahu Aminah, sehingga membuat bajunya robek dan menyebabkan luka goresan panjang di sekitar bahum Darah segar keluar, tangan Aminah reflek memegang luka itu. Ia menahan rasa sakitnya. Kemudian berjalan lagi, mencoba mengihindar untuk serangan berikutnya.
Aminah mendekatkan tubuhnya ke tembok kayu, berjalan sambil sebagian tubuhnya ikut bergesekan dengan tembok tersebut.
Tangannya tak lepas dari luka yang baru saja di terimanya, Mata Aminah terus menyorot ke arah Adinda. Tak ingin lengah karena sedikit saja dia lengah, nyawanyalah yang akan menjadi taruhannya.
"Apa yang kamu inginkan wahai Jin, Iblis laknatulah?" teriak Aminah. Hujan masih mengguyur di luar. Kini hari semakin gelap. Lampu-lampu dirumah Aminah seakan semakin meredup.
"Aku mau membunuhmu! karena Adam berusaha mengacaukan rencana tuanku!" jawab Jin yang ada di dalam tubuh Adinda.
Badan Aminah semakin gemetar takut, seakan menggigil layaknya orang menahan rasa dingin. Ia terus menatap Adinda. sedikit darah terus menetes dari balik tangannya yang berusaha menutupi luka di bahu.
Bersambung....
Vote!
Komen!
Share!
Vote!
Komen!
Share!
onotpas5094 dan 5 lainnya memberi reputasi
6