TS
ibliss666
Cerita dan Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca agar Agan Sista Makin Kaya
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA




Jadi Bos itu Penting
Belajar untuk jadi Bos itu Perlu
Mulailah Dari Sini
Membaca Bersama Saya


Quote:
INDEX
Pengalaman bisnis Popok Kain
Think Big
Bisnis Melalui Instagram
Bisnis Hewan Qurban
Jas Hujan Muslimah
Kue
Mie Akhirat
Dasar Digital Marketing
Upgrade Bisnis dengan Coaching
Brand Identity
Branding Fast Changing Product
Pentingnya Tim
Strategi Bisnis Turun Temurun
Penyegaran Bisnis
Meningkatkan Daya Saing UKM
Sinergi Bisnis Online & Offline
Menentukan Bisnis dari DNA kita sendiri
Menjual Tanpa Bicara
Branding Wisata Indonesia
Zalfa Kosmetik
Menemukan Pelanggn, BUKAN pembeli
Billboard Jaman Sekarang
FOODTRUCK
Membangun Bisnis tanpa HUTANG
Marketing Plan
cairo food
5 syarat sukses bisnis online
Business Foundation
Pembukuan
Leads
Panen saat Lebaran
Perlakuan Terhadap Konsumen
Good to Read
Ghost Kitchen
Perjuangan NomiNomi dessert
Bisnis KESEHATAN
Warung Kopi
Baso Karawang
10 Modal Mental Entrepreneur
Rempah Indonesia
Bisnis Saat Corona
Flywheel BARU dalam Bisnis
Pengalaman jual CIRENG
Tentang Investasi
Quote:

Pada tahun 2015 mb novi (kalian g knal) datang berkunjung ke rumah saya dan melihat setumpuk popok kain yang merupakan sisa stok penjualan saya.
Saat itu saya adalah reseller kecil dari beberapa brand lokal dan brand china. Situasi pasar online di dunia popok sangat terasa dalam red ocean, dimana masing masing pemain saling membenturkan harga satu sama lain sekalipun itu brand lokal yang sebenarnya memiliki standart kualitas produk yang jauh lebih baik daripada brand china.
Nah momentum terjadi saat mb novi mengajak saya menjadi rekan bisnis dalam memasarkan popok dari hasil jahitan ibu mertuanya.
Saat melihat sample popok yang akan dipasarkan, seketika benak saya langsung menembak target menengah kebawah, dikarenakan kualitas bahan baku yang dipersepsikan pasar saat itu masih lebih rendah dibanding bahan baku dari beberapa brand pada umumnya.
Setelah beberapa waktu saya berproses menggali semua data, menentukan kompetitor dan lain lain. Kami mulai memasarkan produk ini (kami memberi nama Free) dengan sistem PO; sistem pemasaran pun ATM murni dari produsen lainnya.
Dan yang terjadi adalah dalam waktu 6 bulan sesudah launcing, produksi Free akhirnya harus off sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Masalahnya hanya satu satu nya tenaga produksi (yang tak lain ibu mertuanya) terkena serangan stroke.
Kami sama sekali tidak mempunyai Plan B karena miskin jaringan penjahit khususnya model halusan
Setelah 8 bulan berjalan akhirnya Free bisa bangkit kembali dengan berbekal evaluasi dari pengalaman sebelumnya, kami merombak semua manajemen yang kami lakukan, baik dr segi pemasaran dan produksinya.
Langkah pertama adalah menjaring data penjahit di sekitar tempat tinggal kami (radius sampai desa tetangga); hasil ternyata WOW, pengalaman kami mendapatkan 10 calon penjahit namun yang bisa dijadikan tim hanya 1-2 orang saja (kami memberikan contoh jahitan dan bahan dalam rupa potongan untuk dikerjakan sendiri dulu).
Di sisi lain saya yang bertanggung jawab dalam mendatangkan buyer, membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk merekrut tim marketing.

Singkatnya dalam kurun waktu 6 bulan (setelah momentum Free dibangkitkan), permintaan dari tim marketing cukup naik significant, namun disinilah akhirnya terkuak masalah masalah operation bisnis yang akhirnya membuat banjir bandang komplainan dari marketing.
Masalah masalah yang kami identifikasikan:
Quote:
1. Miskin jaringan di bidang penjahit hampir membuat kami frustasi.. Di wilayah trdekat kami memang banyak penjahit tp pengalaman menjahit popok kain sama sekali tidak ada.. Bisa dikatakan perjuangan kami dimulai dari nol..
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
Hasil dari kesalahan kesalahan diatas kami bayar mahal dengan cacian komplain tidak profesional dan ancaman pelaporan penipuan, karena kami mengirimkan popok ke buyer setelah h+3 minggu.
Antrian orderan marketing yang semakin mengular namun produksi tidak bisa mengejar dengan cepat.
Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi dalam dunia bisnis.
Belum bisa menghasilkan kolaborasi yang tepat antara tim marketing dengan tim produksi sehingga keduanya tidak sinkron.
Marketing yg sudah menguasai ilmu pemasaran bisa dengan mudah mendatangkan customer sehingga muncul "banjir order"
Sedangkan tim produksi yg belum matang dan belum siap menghadapi "banjir order" kesulitan dalam memenuhinya, terlebih lagi kendala teknis seperti pemadaman lampu yg kerap membuat tim produksi tidak bekerja, lanjut ketersediaan SDM dalam tim produksi pun belum menguasai teknik jahit "halusan" seperti popok (daerah wilayah kami memang bnyak penjahit tetapi umumnya berpengalaman di kemeja, kaos, jaket, celana jins adalah keunggulannya) sehingga kami harus menemani dalam proses membuka mindsetnya bahwa menjahit popok itu bisa mudah asalkan niat belajar dan praktek tekniknya.

Berbekal pengalaman yang sangat tidak mengenakan ini. Akhirnya kami melakukan evaluasi dan merombak untuk sekian kalinya.
Langkah langkah perbaikan :
Quote:
1. Adanya norm (standart) untuk semua aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh semua anggota tim (baik produksi, staff operasional, maupun marketing), seperti meliputi norm bahan baku, norm hasil potong, norm hasil jahitan, norm adminitrasi (keuangan, gudang, ekspedisi, penjualan, dsb), dll.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
Kami berdua selaku top manajemen, belajar untuk "merangkai" dari kompetensi masing masing tim.
Mengkolaborasikan dengan menanamkan nilai kerjasama tim dalam perumpamaan satu tubuh satu badan.
Bahwa bila ada satu bagian ada kendala/masalah maka bagian lagi juga akan tersendat sehingga berpengaruh pada keseluruhan aktivitas bagi brand Free
Hasilnya perlahan perlahan banyak perbaikan, diantaranya :
Quote:
1. Kapasitas produksi bisa naik mencapai target (setiap bulan selalu ada target naik 10-20%)
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
Quote:
Inspirasi Kedua
“THINK BIG TO BECOME BIG”
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
1. Ada orang yg membesarkan bisnis kuliner nya setelah bisnis pertama yg dia rintis dari awalnya kecil.., menjadi lebih besar, namun karena tempatnya yang sdh nggak mencukupi, maka mulailah buka cabang, karena sukses, maka buka cabang dan buka cabang lagi...
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
Quote:
Termasuk yang mana anda diantara ketiga skenario diatas..?
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Sumber:
koko hadiono - praktisi kuliner global & lokal > 22thn
Spoiler for anu:
pak Bi adalah seorang kontributor yang sering mengadakan seminar...
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA

Diubah oleh muselimah 08-05-2022 06:38
ekspedisisby dan 26 lainnya memberi reputasi
27
47K
Kutip
212
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
UKM
14.8KThread•3.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ibliss666
#118
cairofood.id
Quote:
Baik sebelum mulai, saya akan bagi topiknya agar terarah:
- Background Saya
- Sejarah Perjalanan Hidup Saya
- Branding Usaha saya
- Apa yang saya percayai dalam hidup
Saat ini saya berumur 28 tahun, tinggal di jakarta, pernah menikah sebelumnya tapi berpisah, namun alhamdulillah sudah dikarunia istri kembali dan anak.
Tujuan saya cerita ini adalah untuk motivasi saja bahwa semua kondisi bisa menjadi lebih baik. jangan minder kalau punya pengalaman tidak menyenangkan
Saya anak satu-satunya dari Ibu berdarah asli mesir dengan Ayah asli Indonesia.
Saat ini saya fokus mengembangkan Cairo Food, yaitu vendor makanan dan bumbu timur tengah.
Saya lulus S1 IT(S.Kom) dari Universitas Budi Luhur pada umur 20 Tahun.
Pada saat kuliah saya aktif dalam dunia IT dan dipercaya oleh Adobe untuk menjadi User Group Manager di Indonesia, dari sana saya punya banyak relasi dan bisa menjadi pembicara seminar sejak umur 17 tahun dan di undang oleh banyak kampus di Indonesia.
Lulus kuliah saya mulai bekerja dan sayangnya saya tidak cocok bekerja untuk orang lain dan gagal dalam karir kantoran maupun freelance dan project IT.
Dari sana saya memutuskan untuk berjualan, tapi karena saya ini orangnya malu dan gengsi pada saat itu. Akhirnya saya putuskan untuk jualan pakaian dalam wanita(import dari cina dan juga merek lokal).
Setelah sukses berjualan pakai dalam wanita, saya mulai coba jualan racun serangga, lem, dan hal hal aneh lainnya.
saya ingat waktu itu saya bisa beli tiket pesawat ke mesir hanya dari berjualan lampu serangga saja dalam waktu yang cepat.
Singkat cerita saya memutuskan untuk melakukan riset konten filtering selama 1 tahun dan lahirlah startup Tandif.
Pada saat itu saya berhasil membuat mesin penyaring konten yang cukup powerful seperti bisa mendeteksi gambar hingga desahan. Saat itu Tandif bisa terpilih sebagai 20 startup terbaik se asia pacific versi open web asia. Tandif juga pernah pameran di Singapore.
Bahkan saya pernah ditawarkan kewarganegaraan oleh kerajaan saudi asalkan saya mau menyerahkan hasil riset saya dan melanjutkan pengembangan disana.
Namun sayangkan deal ini gagal karena keterbatasaan saya akan permintaan yang berat saat itu.
Karena keterbatasan dana untuk biaya server yang cukup mahal, saya putuskan untuk menghentikan tandif.
Ibu saya seorang guru di Akademi Saudi Arabia di Jakarta. Setaraf guru SMA lah kira kira. Tabungan ibu waktu itu mungkin ada sekitar 200jt, yang dimana kita bingung mau usaha apa.
Antara usaha makanan arab karena itu keahlian ibu yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan, atau saya yang pakai untuk usaha lain, yaitu usaha kurir.
Akhirnya uang itu saya pakai untuk usaha kurir, mungkin ada yang pernah dengar handymantis ? 2013 akhirnya saya mulai dengan membeli beberapa motor baru.
Dunia Kurir sangatlah berat karena laba bersihnya hanya berkisar 6-8%. Tidak sepadan dengan Pusing dan tingkat stress nya.
Sebelum gojek dapat suntikan dana dan promo gila gilaan, handymantis sudah ada di Jalan.
Waktu itu strategi nya sebenarnya sudah bagus, yaitu sebagai mitra ukm dan pengantaran batch. tapi semua strategi dan kelebihan itu tidak ada daya dibandingkan dengan promo harga yang diberikan oleh gojek.
Misalnya saya bisa antar 30 botol susu sekaligus untuk 10 alamat dengan total harga 120rb, tapi gojek waktu itu cuma 10rb per alamat, cepat sampai pula karena tiap alamat satu kurir.
Akhirnya 2015 saya angkat tangan dan memutuskan untuk menutup handymantis.
Perjuangan selama 3 tahun akhirnya selesai dengan banyak kerugian. yang paling berat adalah harus bagaimana saya mengganti uang simpanan ibu saya ?
Setelah berdamai dengan kegagalan tersebut saya meminta izin ibu saya untuk pulang sejenak ke mesir,
disana saya belajar banyak dan setelah pulang saya melakukan dua hal. Yaitu memutuskan untuk mengembangkan usaha ibu saya, serta memutuskan untuk menikah.
Kakak ibu saya yang di mesir kebetulan adalah Kepala Chef untuk badan intelegen di Mesir dan juga pernah menjabat sebagai staff masak di Istana kepresidenan. Dan Ternyata kakek pun juga seorang Chef.
Dari sana saya mulai fokus membangun Cairo Food. waktu itu namanya masih Piramida Food
Sekarang mulai cerita brandingnya yah
Saat itu saya Mulai dengan membuat Website sederhana tapi fokus kepada SEO.
Hasilnya alhamdulillah ada beberapa hotel yang kontak minta kerja sama sebagai vendor. Waktu itu customer pertama kami adalah Hotel Indonesia Kempinski, diikuti oleh Keraton at The Plaza dan Double Tree.
Semuanya bisa tahu Piramida Food dari Google, yaitu SEO.
Saya sudah coba banyak cara seperti Endorse, FB Ads, Google Ads, Sebar Brosur,dsb
Yang paling efektif menurut saya adalah SEO karena relatif permanen asal dijaga dan dikelola terus.
Dari sana saya belajar banyak teknik SEO. Saya menemukan bahwa pembuatan konten(artikel) sangatlah berpengaruh sehingga sekarang saya punya konten writer sendiri.
Konten writer ini bukan sembarangan nulis artikel tapi harus diajari bagaimana cara membuat konten yang SEO friendly.
Saat ini saya membagi fokus Cairo Food menjadi 3, yaitu
1. Riset & Pengembangan Produk
2. Produksi dan Operasional
3. Pengembangan dan Optimisasi aset Digital.
Tantangan pada bisnis ini adalah bahwa kita harus menyenangkan semua lidah
Contohnya saja misalnya untuk menu A akan berbeda jika yang pesan orang saudi, atau orang mesir atau orang Indonesia
karena kita sudah melakukan riset dan mengetahui selera nya tiap daerah berbeda.
Sedangkan dari Riset sendiri alhamdulillah sudah menghasilkan ratusan menu dan produk baru
Cairo Food sendiri sebenarnya fokusnya di makanan jadi dan bumbu.
Hampir semua kerjasama tidak pernah dihasilkan dari direct marketing, melainkan customer yang menghubungi kami, lagi lagi berkat SEO.
ada tapi mungkin cuma 2%
tentu hal ini bisa tercapai karena dibackup oleh kualitas produk yang dihasilkan.
Salah satu keuntungan kami adalah hampir bisa dibilang kami tidak punya kompetitor sejenis, kalau restoran arab banyak tapi vendor makanan arab itu sangat sedikit, apalagi yang produksi bumbu sendiri, bisa dibilang jarang. Atau yang bisa supply frozen food dan makanan tertentu.
Chef di Hotel hotel itu terlalu sibuk dan malas kalau harus masak makanan yang bukan keahliannya, mereka takut kalau hasilnya jelek dan merusak reputasi mereka, sehingga disini juga menjadi kesempatan untuk Cairo Food.
Customer kami meliputi, Restoran, Cafe, Hotel, Catering, Kedutaan, Expat maupun juga individu lokal
Kami juga faham dan mengerti bahan baku semisal bumbu dan lain lain, sehingga kami bisa memberikan solusi pengganti bahan yang tidak ada.
Saat ini Cairo Food juga melayani training makanan timur tengah,
Pernah ada yang mau buka restoran arab di daerah bekasi, akhirnya saya setup dari 0 sampai jadi. Eh pas 2 minggu launching saya ditendang dengan alasan mengada ada yaitu saya tidak bisa masak. Kala itu saya tidak berani melawan karena orang itu oknum yang punya jabatan tinggi. Disini saya belajar lebih baik pelan pelan daripada tamak.
Saat ini kami ada dua tempat, yang satu di bekasi sebagai tempat produksi khusus bumbu. dan satu lagi di matraman khusus makanan jadi(catering) dan frozen food.
Jadi kalau ditanya strategy branding Cairo Food apa, saya juga bingung jawabannya. Intinya saya mau orang kalau inget makanan dan bumbu timur tengah, ingetnya ya Cairo Food.
Hal itu saya usahakan dengan :
- keseriusan menyediakan menu, orang akan kaget kalau pesan menu yang aneh aneh dan tidak ada ditempat lain, tapi ada di Cairo Food.
- customisasi, customer akan faham kalau Cairo Food ini memang pakar nya makanan arab karena kita bisa custom sesuai kebutuhan.
misalnya kalau ada yang tau H*l*lGu*s
hampir setengah menu nya itu dari kita yang supply. Menu ya, bukan bahan
sekarang sih mereka sudah mulai mandiri, kita cuma pegang porsi kecil aja
jadi walaupun banyak restoran arab atau hotel yang ada menu arab, tetap aja makanannya sebenarnya dari Cairo Food.
Dua itu menurut saya yang bikin brand Cairo Food disegani dan melekat bagi yang pernah kerjasama.
Misalnya sering vendor tanya ke kita, pak kalau ini ada gak? Jawaban kami bukan ada, tapi mau yang versi dan ukuran berapa pak.
Perlu diingat ya, marketing dengan branding itu beda. Seo yang tadi saya jelaskan adalah marketing. Kalau cara agar customer loyal, itu branding. *mohon koreksi jika salah
Jadi semua nya harus sesuai irama biar cakep, marketing lalu ke brandingnya.
mungkin kalau ada yang pernah dengar sales cure everything, nah itu benar menurut saya
Ada hal penting yang ingin saya tekankan bahwa semua pencapaian bukanlah karena saya pintar atau karena marketing atau branding yang hebat dan lain sebaginya, tapi murni karena pertolongan dan karunia Allah, saya bukanlah siapa siapa
Saya juga percaya bahwa dunia tidak layak dikejar mati matian, karena semakin dikejar akan semakin lari.
dari 2015 sampai 2019 ini, baru di tahun 2018 Cairo Food bisa omset milyaran.
Padahal 2018 itu adalah tahun dimana saya paling sibuk ngurusin hal lain semisal mancing, jalan kaki, koleksi bibit tanaman, dsb. intinya ngikutin hoby lah. dan agak malas dengan usaha sendiri
saya sisihkan waktu untuk usaha mungkin hanya sedikit sekitar 2 jam perhari
untuk usaha
sisanya saya sibuk mendekatkan diri kepada Allah, dan uang hasil keuntungan sebagian saya alihkan untuk sedekah. justru dengan inilah omset bisa naik berkali kali lipat.
Jadi perbaikilah hubunganmu dengan Allah, serahkan urusan dunia, nanti hasilnya akan sangat tidak masuk akal
Saya juga sempat egois dan meremehkan Ibu saya ketika diawal dia mau usaha makanan. Padahal ternyata disinilah pintu rezeki saya. Jadi buat teman teman jangan malu membantu dan meneruskan usaha keluarga
Oh iya ada hal penting yang saya lupa jelaskan, pada awalnya nama kami Piramida Food, karena ada masalah di HAKI, akhirnya berubah jadi Cairo Food, alhamdulillah kami tidak menemukan masalah sama sekali, karena kami memegang semua database customer baik handphone maupun email.
Sedangkan untuk website bisa diredirect ke alamat yang baru. Inilah petingnya database.
Personal branding juga disini main, orang memang dulu kenal saya sebagai orang Adobe atau orang IT, tapi akhirnya lama lama berubah jadi ke makanan.
- Background Saya
- Sejarah Perjalanan Hidup Saya
- Branding Usaha saya
- Apa yang saya percayai dalam hidup
Saat ini saya berumur 28 tahun, tinggal di jakarta, pernah menikah sebelumnya tapi berpisah, namun alhamdulillah sudah dikarunia istri kembali dan anak.
Tujuan saya cerita ini adalah untuk motivasi saja bahwa semua kondisi bisa menjadi lebih baik. jangan minder kalau punya pengalaman tidak menyenangkan
Saya anak satu-satunya dari Ibu berdarah asli mesir dengan Ayah asli Indonesia.
Saat ini saya fokus mengembangkan Cairo Food, yaitu vendor makanan dan bumbu timur tengah.
Saya lulus S1 IT(S.Kom) dari Universitas Budi Luhur pada umur 20 Tahun.
Pada saat kuliah saya aktif dalam dunia IT dan dipercaya oleh Adobe untuk menjadi User Group Manager di Indonesia, dari sana saya punya banyak relasi dan bisa menjadi pembicara seminar sejak umur 17 tahun dan di undang oleh banyak kampus di Indonesia.
Lulus kuliah saya mulai bekerja dan sayangnya saya tidak cocok bekerja untuk orang lain dan gagal dalam karir kantoran maupun freelance dan project IT.
Dari sana saya memutuskan untuk berjualan, tapi karena saya ini orangnya malu dan gengsi pada saat itu. Akhirnya saya putuskan untuk jualan pakaian dalam wanita(import dari cina dan juga merek lokal).
Setelah sukses berjualan pakai dalam wanita, saya mulai coba jualan racun serangga, lem, dan hal hal aneh lainnya.
saya ingat waktu itu saya bisa beli tiket pesawat ke mesir hanya dari berjualan lampu serangga saja dalam waktu yang cepat.
Singkat cerita saya memutuskan untuk melakukan riset konten filtering selama 1 tahun dan lahirlah startup Tandif.
Pada saat itu saya berhasil membuat mesin penyaring konten yang cukup powerful seperti bisa mendeteksi gambar hingga desahan. Saat itu Tandif bisa terpilih sebagai 20 startup terbaik se asia pacific versi open web asia. Tandif juga pernah pameran di Singapore.
Bahkan saya pernah ditawarkan kewarganegaraan oleh kerajaan saudi asalkan saya mau menyerahkan hasil riset saya dan melanjutkan pengembangan disana.
Namun sayangkan deal ini gagal karena keterbatasaan saya akan permintaan yang berat saat itu.
Karena keterbatasan dana untuk biaya server yang cukup mahal, saya putuskan untuk menghentikan tandif.
Ibu saya seorang guru di Akademi Saudi Arabia di Jakarta. Setaraf guru SMA lah kira kira. Tabungan ibu waktu itu mungkin ada sekitar 200jt, yang dimana kita bingung mau usaha apa.
Antara usaha makanan arab karena itu keahlian ibu yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan, atau saya yang pakai untuk usaha lain, yaitu usaha kurir.
Akhirnya uang itu saya pakai untuk usaha kurir, mungkin ada yang pernah dengar handymantis ? 2013 akhirnya saya mulai dengan membeli beberapa motor baru.
Dunia Kurir sangatlah berat karena laba bersihnya hanya berkisar 6-8%. Tidak sepadan dengan Pusing dan tingkat stress nya.
Sebelum gojek dapat suntikan dana dan promo gila gilaan, handymantis sudah ada di Jalan.
Waktu itu strategi nya sebenarnya sudah bagus, yaitu sebagai mitra ukm dan pengantaran batch. tapi semua strategi dan kelebihan itu tidak ada daya dibandingkan dengan promo harga yang diberikan oleh gojek.
Misalnya saya bisa antar 30 botol susu sekaligus untuk 10 alamat dengan total harga 120rb, tapi gojek waktu itu cuma 10rb per alamat, cepat sampai pula karena tiap alamat satu kurir.
Akhirnya 2015 saya angkat tangan dan memutuskan untuk menutup handymantis.
Perjuangan selama 3 tahun akhirnya selesai dengan banyak kerugian. yang paling berat adalah harus bagaimana saya mengganti uang simpanan ibu saya ?
Setelah berdamai dengan kegagalan tersebut saya meminta izin ibu saya untuk pulang sejenak ke mesir,
disana saya belajar banyak dan setelah pulang saya melakukan dua hal. Yaitu memutuskan untuk mengembangkan usaha ibu saya, serta memutuskan untuk menikah.
Kakak ibu saya yang di mesir kebetulan adalah Kepala Chef untuk badan intelegen di Mesir dan juga pernah menjabat sebagai staff masak di Istana kepresidenan. Dan Ternyata kakek pun juga seorang Chef.
Dari sana saya mulai fokus membangun Cairo Food. waktu itu namanya masih Piramida Food
Sekarang mulai cerita brandingnya yah
Saat itu saya Mulai dengan membuat Website sederhana tapi fokus kepada SEO.
Hasilnya alhamdulillah ada beberapa hotel yang kontak minta kerja sama sebagai vendor. Waktu itu customer pertama kami adalah Hotel Indonesia Kempinski, diikuti oleh Keraton at The Plaza dan Double Tree.
Semuanya bisa tahu Piramida Food dari Google, yaitu SEO.
Saya sudah coba banyak cara seperti Endorse, FB Ads, Google Ads, Sebar Brosur,dsb
Yang paling efektif menurut saya adalah SEO karena relatif permanen asal dijaga dan dikelola terus.
Dari sana saya belajar banyak teknik SEO. Saya menemukan bahwa pembuatan konten(artikel) sangatlah berpengaruh sehingga sekarang saya punya konten writer sendiri.
Konten writer ini bukan sembarangan nulis artikel tapi harus diajari bagaimana cara membuat konten yang SEO friendly.
Saat ini saya membagi fokus Cairo Food menjadi 3, yaitu
1. Riset & Pengembangan Produk
2. Produksi dan Operasional
3. Pengembangan dan Optimisasi aset Digital.
Tantangan pada bisnis ini adalah bahwa kita harus menyenangkan semua lidah
Contohnya saja misalnya untuk menu A akan berbeda jika yang pesan orang saudi, atau orang mesir atau orang Indonesia
karena kita sudah melakukan riset dan mengetahui selera nya tiap daerah berbeda.
Sedangkan dari Riset sendiri alhamdulillah sudah menghasilkan ratusan menu dan produk baru
Cairo Food sendiri sebenarnya fokusnya di makanan jadi dan bumbu.
Hampir semua kerjasama tidak pernah dihasilkan dari direct marketing, melainkan customer yang menghubungi kami, lagi lagi berkat SEO.
ada tapi mungkin cuma 2%
tentu hal ini bisa tercapai karena dibackup oleh kualitas produk yang dihasilkan.
Salah satu keuntungan kami adalah hampir bisa dibilang kami tidak punya kompetitor sejenis, kalau restoran arab banyak tapi vendor makanan arab itu sangat sedikit, apalagi yang produksi bumbu sendiri, bisa dibilang jarang. Atau yang bisa supply frozen food dan makanan tertentu.
Chef di Hotel hotel itu terlalu sibuk dan malas kalau harus masak makanan yang bukan keahliannya, mereka takut kalau hasilnya jelek dan merusak reputasi mereka, sehingga disini juga menjadi kesempatan untuk Cairo Food.
Customer kami meliputi, Restoran, Cafe, Hotel, Catering, Kedutaan, Expat maupun juga individu lokal
Kami juga faham dan mengerti bahan baku semisal bumbu dan lain lain, sehingga kami bisa memberikan solusi pengganti bahan yang tidak ada.
Saat ini Cairo Food juga melayani training makanan timur tengah,
Pernah ada yang mau buka restoran arab di daerah bekasi, akhirnya saya setup dari 0 sampai jadi. Eh pas 2 minggu launching saya ditendang dengan alasan mengada ada yaitu saya tidak bisa masak. Kala itu saya tidak berani melawan karena orang itu oknum yang punya jabatan tinggi. Disini saya belajar lebih baik pelan pelan daripada tamak.
Saat ini kami ada dua tempat, yang satu di bekasi sebagai tempat produksi khusus bumbu. dan satu lagi di matraman khusus makanan jadi(catering) dan frozen food.
Jadi kalau ditanya strategy branding Cairo Food apa, saya juga bingung jawabannya. Intinya saya mau orang kalau inget makanan dan bumbu timur tengah, ingetnya ya Cairo Food.
Hal itu saya usahakan dengan :
- keseriusan menyediakan menu, orang akan kaget kalau pesan menu yang aneh aneh dan tidak ada ditempat lain, tapi ada di Cairo Food.
- customisasi, customer akan faham kalau Cairo Food ini memang pakar nya makanan arab karena kita bisa custom sesuai kebutuhan.
misalnya kalau ada yang tau H*l*lGu*s
hampir setengah menu nya itu dari kita yang supply. Menu ya, bukan bahan
sekarang sih mereka sudah mulai mandiri, kita cuma pegang porsi kecil aja
jadi walaupun banyak restoran arab atau hotel yang ada menu arab, tetap aja makanannya sebenarnya dari Cairo Food.
Dua itu menurut saya yang bikin brand Cairo Food disegani dan melekat bagi yang pernah kerjasama.
Misalnya sering vendor tanya ke kita, pak kalau ini ada gak? Jawaban kami bukan ada, tapi mau yang versi dan ukuran berapa pak.
Perlu diingat ya, marketing dengan branding itu beda. Seo yang tadi saya jelaskan adalah marketing. Kalau cara agar customer loyal, itu branding. *mohon koreksi jika salah
Jadi semua nya harus sesuai irama biar cakep, marketing lalu ke brandingnya.
mungkin kalau ada yang pernah dengar sales cure everything, nah itu benar menurut saya
Ada hal penting yang ingin saya tekankan bahwa semua pencapaian bukanlah karena saya pintar atau karena marketing atau branding yang hebat dan lain sebaginya, tapi murni karena pertolongan dan karunia Allah, saya bukanlah siapa siapa
Saya juga percaya bahwa dunia tidak layak dikejar mati matian, karena semakin dikejar akan semakin lari.
dari 2015 sampai 2019 ini, baru di tahun 2018 Cairo Food bisa omset milyaran.
Padahal 2018 itu adalah tahun dimana saya paling sibuk ngurusin hal lain semisal mancing, jalan kaki, koleksi bibit tanaman, dsb. intinya ngikutin hoby lah. dan agak malas dengan usaha sendiri
saya sisihkan waktu untuk usaha mungkin hanya sedikit sekitar 2 jam perhari
untuk usaha
sisanya saya sibuk mendekatkan diri kepada Allah, dan uang hasil keuntungan sebagian saya alihkan untuk sedekah. justru dengan inilah omset bisa naik berkali kali lipat.
Jadi perbaikilah hubunganmu dengan Allah, serahkan urusan dunia, nanti hasilnya akan sangat tidak masuk akal
Saya juga sempat egois dan meremehkan Ibu saya ketika diawal dia mau usaha makanan. Padahal ternyata disinilah pintu rezeki saya. Jadi buat teman teman jangan malu membantu dan meneruskan usaha keluarga
Oh iya ada hal penting yang saya lupa jelaskan, pada awalnya nama kami Piramida Food, karena ada masalah di HAKI, akhirnya berubah jadi Cairo Food, alhamdulillah kami tidak menemukan masalah sama sekali, karena kami memegang semua database customer baik handphone maupun email.
Sedangkan untuk website bisa diredirect ke alamat yang baru. Inilah petingnya database.
Personal branding juga disini main, orang memang dulu kenal saya sebagai orang Adobe atau orang IT, tapi akhirnya lama lama berubah jadi ke makanan.
Diubah oleh ibliss666 01-04-2019 09:42
0
Kutip
Balas