Kaskus

Story

ombothAvatar border
TS
omboth
API DENDAM DI TANAH PRINGGADING
API DENDAM DI TANAH PRINGGADING

SELAMAT DATANG DI THREAD ANE

emoticon-Haiemoticon-Hai



Terima kasih sebelumnya saya ucapkan bagi Agan-agan yang sudah membaca Mendung di Karang Jati

Berkat Agan semua, Thread tersebut pernah menjadi Hot Thread.

Sekali lagi Terima Kasih

Kini, seperti yang saya pernah tulis di thread tersebut, lanjutan kisah novel tersebut akan saya mulai.

Boleh di bilang ini semacam buku ke-2 setelah Mendung di Karang Jati.




1. Apakah ceritanya nyambung dengan MdKJ?

          Nyambung kok, Gan.

2. Apakah tokoh-tokohnya sama?

          Sama, dengan penambahan banyak tokoh baru.

3. Apakah ada sangkut pautnya dengan sejarah daerah tertentu?

          Ngga. Sekali lagi saya katakan ngga.

4. Apakah ada waktu yang jelas tentang update?

          Tergantung kesibukan RL ya Gan. Tapi yang pasti saya akan mencoba memberikan yang  terbaik dengan update secara rutin.

5. Sampai berapa bab ini?

          Lom tahu.

6. Apakah saya harus baca Mendung di Karang Jati dulu sebelum baca yang ini?

          Terserah Agan sih. Nda ada kata wajib. Namun jauh lebih baik Agan sudah punya setting dasar bawaan dari novel Mendung di Karang Jati.

7. Ada link novel sebelumnya nda ?

          Silahkan langsung aja ke TKP , Gan >>> Mendung di Karang Jati



Akhir kata,

Semoga apa yang saya coba persembahkan ini berkenan dan bisa diterima dengan baik.

Tolong jangan samakan dengan para sesepuh yang telah bertahun-tahun berkelana di dunia

per novel an

Karya saya ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan karya-karya mereka

Selamat Menikmati

emoticon-Jempol

Quote:



INDEX

Spoiler for Bab 1:
Diubah oleh omboth 04-04-2019 17:26
nitajungAvatar border
jenggalasunyiAvatar border
pulaukapokAvatar border
pulaukapok dan 16 lainnya memberi reputasi
17
8.1K
48
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
ombothAvatar border
TS
omboth
#1
1.1



Air telaga sedikit beriak saat semilir angin membelai lembut permukaan nya yang semula tenang. Riak air itu membentuk rangkaian gelombang kecil yang makin lama semakin membesar lalu melemah saat akan mencapai tepian. Layaknya hidup insan di dunia, yang pada awalnya ketika muda memiliki semangat hidup yang besar. Semangat hidup yang mampu membua karya-karya nya dikenal luas. Entah karya yang bersifat membangun atau sebaliknya. Menghancurkan. Meninggalkan jejak-jejak kesan bagi semua yang ada di sekitarnya. Lambat laun ketika sampai di penghujung usia, semangat itu pun memudar. Di gantikan semangat-semangat baru dari mereka-mereka yang terlahir kemudian.

Telaga Banyu Asih adalah sebuah telaga yang tak banyak orang tahu keberadaan nya. Bukan hanya tempatnya yang memang susah untuk di jangkau, akan tetapi lebih karena keberadaan hutan yang mengelilingi telaga tersebut terkenal dengan hutan yang masih banyak di penuhi oleh binatang-binatang buas dan beracun. Belum lagi di tambah dengan kabar seringnya terjadi perampokan bagi siapa saja yang berani melewati hutan tersebut. Membuat nama Hutan Bukit Watu Jajar semakin ditakuti orang. Para pedagang dari pedukuhan seberang cenderung lebih memilih menyusuri Kali Pasir dan melewati kawasan Bukit Jamur apabila ingin menjual hasil dagangan mereka di daerah Kademangan Pringgading. Memang akan memakan waktu satu hari perjalanan lebih panjang, namun akan jauh lebih aman. Baik bagi nyawa mereka maupun barang dagangan mereka.

Matahari baru saja muncul di ufuk timur. Sinarnya yang hangat membuat permukaan telaga terlihat berkilau menyilaukan namun tetap indah untuk dinikmati. Suara-suara alam terdengar riuh menyambut datangnya pagi membentuk alunan suara yang membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasakan ketentraman dalam diri mereka. Mungkin hal itulah yang sedang dirasakan oleh sebuah sosok yang duduk diam di tepi telaga. Sebuah sosok wanita cantik berambut hitam panjang yang pagi itu asyik duduk melihat ke arah telaga. Terkadang matanya melihat burung-burung yang beterbangan bermain dari satu dahan ke dahan yang lain. Rambutnya yang hitam dan panjang menutupi sebagian punggung nya yang berbalut pakaian berwarna merah. Senyum wanita itu sesekali terbentuk di wajahnya yang cantik yang terlihat segar akibat sinar matahari pagi.

Namun tiba-tiba wajah wanita tersebut menegang. Telinganya yang tajam mendengar derap langkah beberapa ekor kuda yang dipacu cepat. Tegesa-gesa seolah sedang mengejar sesuatu. Atau mungkin malah di kejar oleh sesuatu. Merasa penasaran oleh peristiwa yang jarang terjadi di sekitaran daerah itu, wanita cantik itu lantas berdiri dan menghentakan tubuhnya melompat jauh kedepan ke arah telaga. Kakinya lalu dengan ringan mendarat di permukaan air telaga untuk kemudian berlari layaknya ada sebuah permukaan keras tak kasat mata yang terbentang sampai ke seberang bagian telaga. Begitu sampai di dataran yang kering, tubuh wanita itu lalu melenting tinggi ke atas sebuah pohon. Untuk sesaat, wanita tersebut berdiri diam pada sebuah dahan. Telinganya kembali berkonsentrasi menemukan arah suara derap kuda yang tadi ia dengar. Tak berapa lama, tunuh wanita tersebut melompat kembali dengan cepat dari satu pohon ke pohon yang lain. Menuju ke arah suara.

Tak butuh waktu lama bagi wanita tersebut untuk menemukan sumber kegaduhan yang ia dengar. Tampak di bawahnya empat ekor kuda berlari dengan kencang menyusuri jalan setapak yang membelah Bukit Watu Jajar. Tanpa mengeluarkan suara, wanita itu kemudian kembali melompat dari satu pohon ke pohon yang lain mengikuti rombongan yang belum sadar akan keberadaan nya.

"Apakah masih jauh, Kakang?"

Seorang pria yang menunggang kuda di depan bertanya kepada pria di sebelahnya.

"Sebentar lagi, Adi. Sebentar lagi kita akan sampai di Pedukuhan Brajan."
"Apakah kita bisa beristirahat sebentar, Kakang Yuda?"

Seorang di belakang bertanya. Pria yang dipanggil Yuda itu tampak diam. Mereka sudah semalaman memacu kuda tanpa berhenti.

"Paling tidak, biarkan kuda-kuda kita ini istirahat sejenak, Kakang."

Pria disebelah Yuda kembali berkata. Yuda terlihat mengangguk-anggukan kepalanya.

"Baiklah, kita berhenti sebentar di bawah pohon itu."

Jawaban Yuda di balas dengan helaan lega dua orang di belakang. Yuda tersenyum. Nampaknya memang ada baiknya mereka beristirahat. Sekeluarnya mereka dari hutan ini, mereka sudah akan memasuki daerah Pedukuhan Brajan. Tujuan mereka.

Empat kuda itu memperlambat laju nya untuk kemudian berhenti di bawah sebuah pohon ringin yang besar. Pohon ringin tua dengan sulur-sulur nya terlihat menjuntai di sana-sini. Batang nya besar; mungkin sepelukan tiga pria dewasa. Empat orang itu lalu turun dari kuda mereka masing-masing. Dibiarkan nya kuda-kuda itu merumput di sekitaran sementara para penunggangnya terlihat ada yang duduk meluruskan kaki, ada yang bahkan merebahkan diri.

"Kenapa kau memilih lewat bukit ini, Kakang?"

Seorang pria yang sedang rebahan bertanya. Wajahnya memandang ke arah Yuda yang sedang duduk sambil mengunyah ujung batang rumput liar.

"Kenapa memangnya?"

Yuda balik bertanya. Pemuda yang sedang rebahan itu bangun dari rebahan nya dan berkata.

"Sebenarnya aku ingin kita memilih jalan menyisiri Kali Pasir, Kakang. Melewati Bukit Jamur. Istirahat sebentar di Karang Jati, ..."
" ... Siapa tahu bisa dapat istri."
"Sembarangan ...!"

Yuda tersenyum mendengar candaan dua orang itu.

"Aku sendiri sebenarnya juga lebih memilih melewati pinggiran Kali Pasir. Mampir sebentar di Dukuh Karang Jati. Tapi setelah aku pikir masak-masak, melewati Bukit Watu Jajar jauh lebih baik."
"Apa ada alasan khusus, Kakang?"

Pemuda yang duduk di sebelah Yuda bertanya.

"Dukuh itu belum lama ini mengalami peristiwa besar. Tak perlu aku jelaskan kalian semua pasti sudah mengerti maksudku. Nah, aku tidak ingin kedatangan kita berempat akan membuat gaduh dukuh yang sedang dalam masa pemulihan itu."

Ketiga orang itu saling berpandangan. Ada semacam rasa kurang paham tersirat dari pandangan mata mereka setelah mendengar apa yang Yuda katakan. Yuda yang melihat raut bingung wajah teman-teman nya ini tersenyum dan berkata.

"Kita berempat adalah orang asing di mata warga dukuh Karang Jati. Andaikan saja yang masuk ke dukuh mereka hanya satu atau dua orang asing, tentu tidak akan banyak menimbulkan kecurigaan karena dukuh mereka memang dukuh yang selalu dilewati oleh mereka-mereka yang ingin ke pusat kota Kademangan Pringgading. Tapi kita berjumlah empat orang. Jarang sekali terjadi empat orang berkuda melintas tanpa mengawal sesuatu. Seperti pedagang dengan kereta dagangan nya, atau pejabat pemerintahan."

Tiga orang itu tampak mengangguk-anggukan kepala mereka seperti mulai menangkap maksud perkataan Yuda.

"Nah, daripada menimbulkan kesan yang salah di mata penduduk Karang Jati, aku lebih memilih menghindari dukuh tersebut dengan mengambil jalan ini."

"Tapi bukankah kita sama sekali tidak membawa niatan jahat, Kakang?"

Pemuda yang tadi rebahan bertanya kepada Yuda.

"Kita memang tidak membawa niatan jahat kepada mereka. Tapi bukankah seperti yang aku katakan tadi, warga Karang Jati sedang dalam masa pemulihan. Keberadaan orang asing yang masuk ke dalam dukuh mereka sedikit banyak pasti akan membuat kecurigaan. Aku hanya tidak ingin ada kesalahpahaman muncul."

Tiga orang itu tampak mengangguk-anggukan kepala mereka.

"Nah, marilah kita melanjutkan perjalaan. Aku ingin sebelum matahari condong ke barat, aku sudah mandi bebersih diri di padepokan."

Yuda berkata sembari berdiri. Tiga temannya tanpa banyak bicara lalu ikut berdiri dan berjalan ke arah kuda-kuda mereka. Empat orang itu tanpa banyak berbicara lalu melanjutkan perjalanan mereka kembali. Debu-debu terlihat membumbung tinggi akibat laju kuda yang mereka tumpangi.

Wanita berbaju merah itu pun kembali melompat dengan cepat dari satu pohon ke pohon yang lain. Bergerak tanpa suara ke arah empat pria itu memacu kudanya. Gerakannya yang ringan dan tanpa suara akan membuat siapa saja yang secara tak sengaja melihat akan kaget ketakutan. Takut karena bagi mata mereka sebuah bayangan merah tampak terbang dengan cepat dari pohon ke pohon.

Seperti hantu penunggu hutan yang sedang keluar mencari korban.
mmuji1575
husnamutia
graybpn
graybpn dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.