- Beranda
- Stories from the Heart
NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]
...
TS
robbyrhy
NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]
Holla~ Bagi Kalian yang mau tahu kelanjutan dari Cerita Gerbang Iblis, saya akan memberikan Spin-off setelahnya. Jadi untuk Judulnya kali ini beda namun, dari segi cerita sama.
Buat kalian yang suka bilang...
Kak ini kok mirip film munafik ya?
Jawaban : Mungkin dari segi hal yang di bahas itu sama, ya Gerbang Iblis kan membahas tentang seseorang yang di rasuki jin terus di ruqyah, nah film munafik juga sama, tapi dari segi alur cerita sangatlah berbeda jadi anda tidak bisa bilang kalau ini sama. Jelaskan?.
Oke dari pada berlama-lama, langsung aja di baca Prolognya agak panjang sih untuk sekedar prolog hehehe,,,, 😁
Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, bisa langsung cek Di Sini
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/04/17/10518562_201904171033040876.png)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari an-naar (neraka). Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisa : 145)
5 Bulan setelah kematian Zaki Abdul Ikhsan.
“Bang, apa abang yakin mau mengikuti jejak Zaki?” Tanya Aminah sambil memberikan secangkir teh manis kepadanya.
Adam menyeruput teh manis hangat tersebut, kemudian menjawab pertanyaan istrinya.
“Abang yakin aminah, kalau bukan abang siapa lagi?”
“Tapi setelah kejadian beberapa bulan yang lalu itu, masih sangat jelas teringat di kepala Aminah bang,” Serunya lagi.
Adam pun terdiam, ia tahu bahwa Aminah tak menginginkan kejadian Beberapa bulan yang lalu terulang lagi. Ia takut jin yang akan di hadapi oleh Adam kali ini lebih jahat dari sebelumnya.
“Kita punya Allah Aminah, semua yang telah di takdirkan telah tertulis di lauh mahfudz, Jadi apa yang perlu kita takutkan.” Jawab Adam meyakinkan sang istri.
Wajah Aminah terlihat begitu gelisah. Ia tahu sang suami akan mengerjakan Tugas besar lagi kali ini.
Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba mereka di kejutkan dengan suara gedoran pintu yang sangat kencang.
“Brak! Brak! Bark!”
“Assalamualaikum..... Ustad Adam,,,, pak ustad!” Begitulah kedengarannya. Sumber suara tersebut semakin kencang memanggil namanya.
Mereka pun segera bergegas, untuk membukakan pintu Rumahnya.
“Ya allah, Zainal….. Ada apa ini, malam-malam begini gerasak-gerusuk gitu kaya di kejar binatang aja kamu ini” Pekik Adam kemudian menyuruh zainal masuk ke rumahnya.
“Duduk-duduk…” Serunya lagi.
Zainal pun kemudian duduk, mengehela nafas panjang dan sedikit menenangkan pikirannya.
“Oke… oke tenang… tenang coba jelaskan ada apa?” Tanya Adam kepada Zainal.
Wajah Zainal yang masih terlihat panik, berusaha untuk tenang.
“Ja-ja-di… gini pak ustad, usai sholat isya saya dan istri saya sedang makan malam. Nah pada saat sedang makan, tiba-tiba istri saya muntah-muntah. Saya Kira dia hanya muntah biasa namun, lama kelamaan Istri saya memuntahakan darah, paku , jarum dan juga lintah dari mulutnya pak ustad. saya takut terjadi sesuatu padanya. Apa mungkin dia di guna-guna?. Tolong bantu saya…” Jelasnya.
Saat mendengar cerita Zainal, Adam pun berpikir. Apa mungkin ada sesuatu lagi yang terjadi padanya, sama seperti Keluarga zaki dulu. Saat Adam sedang berpikir tiba-tiba Aminah langsung berbicara.
“Bang? mungkinkah ini sama kejadiannya seperti keluarga zaki dulu?”
Entah kenapa Aminah bisa sepemikiran dengan Adam.
“Aku akan menemui istri mu sekarang!” Ujar Adam tiba-tiba.
Aminah yang melihat suaminya akan berurusan lagi dengan musuh Allah, moncoba sedikit menahannya.
“Bang, aminah gak mau abang kenapa-kenapa… kali ini aminah melarang abang untuk pergi.” Pekik aminah dengan cukup keras.
Melihat sang istri tidak merestui kepergiannya untuk menolong seseorang, Adam berusaha menenangkannya.
“Abang bersama Allah, jadi aminah tidak perlu risau. Semua akan baik-baik saja.” Jawabnya.
Aminah masih dengan muka yang cemas. Antara menginzinkan atau tidak. Ia tidak berbicara usai Adam memberinya jawaban.
“Apakah aminah bisa ijinkan abang? Semua akan lancar dengan restu istri. Abang tidak akan pergi jika aminah tidak mengijinkan.”
“Aminah, aku mohon kepadamu, biarlah adam membantu Istriku aminah. Kalian sesama wanita, pasti kamu paham apa yang aku rasakan kan? bagaimana kalau kamu ada di posisi istriku?!” Zainal memohon.
Aminah pun hanya mengangguk, Namun tidak bicara.
“Abang akan segera kembali,, percayalah” Ujar Adam sambil mengelus pelan kepala aminah yang tertutupi oleh hijab yang di kenakannya.
Setelah itu Aminah pun masuk ke kamarnya, sedangkan Adam pergi bersama Zainal untuk menemui istrinya.
Sesampainya di Halaman rumah Zainal. tiba-tiba seluruh lampu yang ada di rumahnya padam. Suasana menjadi begitu gelap dan menyeramkan.
“Kenapa gelap sekali?” tanya Adam yang belum berani melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih dalam, karena rumahnya yang terlihat sangat gelap.
“Tapi tidak mati listrik? hanya rumah mu saja nal?” Ujarnya lagi.
Zainal-pun kebingungan. Mencoba berpikir sejenak lalu melangkah sedikit demi sedikit untuk mengecek apa yang terjadi.
“Saat aku meninggalkan rumah, listrik dan lampu masih menyala pak ustad.” Jawab Zainal.
Sambil terus memperhatikan kondisi di luar rumah yang begitu gelap, Adam mulai mencoba masuk ke dalamnya.
“Sepertinya, Jin yang ada di dalam tubuh istrimu yang membuat semua ini.”
Zainal pun sudah melangkah lebih dulu, dan sampai di depan pintu rumahnya. Saat itu tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu tersebut. Terlihat tangan zainal yang sedikit bergemetar tat kala menyentuh gagang pintu rumahnya.Namun, saat ia ingin memutar gagang pintu tersebut, tiba-tiba Adam menahannya.
“Tunggu” Teriak Adam.
“Jangan di buka.” Ujarnya lagi.
Zainal-pun menoleh ke belakang, melihat Adam dan kembali bertanya.
“Kenapa?”
Adam hanya menggelengkan kepalanya.
“Jin itu, ada di balik pintu.”
“Maksudmu?” Zainal kembali bertanya.
Adam pun tidak menggubris pertanyaan yang terakhir, kemudian ia pun langsung membacakan surah Al-An’aam ayat 130 sambil mengulurkan tangannya kedepan dengan tasbih yang masih melilit di jari jemarinya tersebut.
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri,’ kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”
Setelah surah itu di bacakan, tiba-tiba keluarlah Adinda, istri Zainal dari balik pintu rumahnya. Ia menjebolkan Pintu rumah tersebut dengan badannya, tenaganya terlihat sangat begitu kuat, kemudian ia berlari sangat cepat layaknya kuda sehingga menabrak Zainal dan membuatnya terpental beberapa meter dari posisi sebelumnya. Adam yang berjarak kurang lebih beberapa meter dari pintu tersebut, langsung di hadapkan dengan Wajah Adinda yang sangat buruk. Kelopak matanya yang menghitam, Mulutnya yang penuh darah, dan wajahnya yang terlihat sangat keriput. Itulah gambaran kondisi Adinda kala itu. Jin tersebut sudah menguasai tubuhnya. Maka ia bisa melakukan apa pun kepadanya, tak terkecuali juga dengan membunuhnya.
Wajah Adinda dan Adam saling bertatapan. Adam kemudian kembali membacakan surah tersebut, dan Tidak lama kemudian tiba-tiba, dinda memuntahkan Darah serta seekor ular ke wajah Adam. Mendapatkan sebuah serangan, membuat Adam harus mundur dan membersihkan semua darah yang tertempel di wajahnya itu.
“Astagfirullahaladzim” Adam beristigfar.
Tak lama setelah ular itu keluar dari mulutnya, tiba-tiba Adinda langsung terjatuh lemah tak berdaya dan membuatnya tergeletak di halaman rumahnya.
Sepertinya Jin itu keluar dan menjelma menjadi seekor ular. Pikir Adam.
Inilah Awal mula dari masalah baru yang harus segera di selesaikan~
صُمۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah : 18)
Note : Untuk Episode 1 dan seterusnya belum saya pastikan kapan akan di update, mudah-mudahan bisa cepat sesuai kesibukan saya. Terima Kasih sudah membaca Prolognya. 😉
Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/03/01/10518562_201903011029540985.gif)
Buat kalian yang suka bilang...
Kak ini kok mirip film munafik ya?
Jawaban : Mungkin dari segi hal yang di bahas itu sama, ya Gerbang Iblis kan membahas tentang seseorang yang di rasuki jin terus di ruqyah, nah film munafik juga sama, tapi dari segi alur cerita sangatlah berbeda jadi anda tidak bisa bilang kalau ini sama. Jelaskan?.
Oke dari pada berlama-lama, langsung aja di baca Prolognya agak panjang sih untuk sekedar prolog hehehe,,,, 😁
Bagi yang belum baca cerita sebelumnya, bisa langsung cek Di Sini
Quote:
Happy Reading!
~~~~~👻👻👻👻👻👻👻~~~~~
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/04/17/10518562_201904171033040876.png)
Quote:
Prolog
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari an-naar (neraka). Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisa : 145)
5 Bulan setelah kematian Zaki Abdul Ikhsan.
“Bang, apa abang yakin mau mengikuti jejak Zaki?” Tanya Aminah sambil memberikan secangkir teh manis kepadanya.
Adam menyeruput teh manis hangat tersebut, kemudian menjawab pertanyaan istrinya.
“Abang yakin aminah, kalau bukan abang siapa lagi?”
“Tapi setelah kejadian beberapa bulan yang lalu itu, masih sangat jelas teringat di kepala Aminah bang,” Serunya lagi.
Adam pun terdiam, ia tahu bahwa Aminah tak menginginkan kejadian Beberapa bulan yang lalu terulang lagi. Ia takut jin yang akan di hadapi oleh Adam kali ini lebih jahat dari sebelumnya.
“Kita punya Allah Aminah, semua yang telah di takdirkan telah tertulis di lauh mahfudz, Jadi apa yang perlu kita takutkan.” Jawab Adam meyakinkan sang istri.
Wajah Aminah terlihat begitu gelisah. Ia tahu sang suami akan mengerjakan Tugas besar lagi kali ini.
Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba mereka di kejutkan dengan suara gedoran pintu yang sangat kencang.
“Brak! Brak! Bark!”
“Assalamualaikum..... Ustad Adam,,,, pak ustad!” Begitulah kedengarannya. Sumber suara tersebut semakin kencang memanggil namanya.
Mereka pun segera bergegas, untuk membukakan pintu Rumahnya.
“Ya allah, Zainal….. Ada apa ini, malam-malam begini gerasak-gerusuk gitu kaya di kejar binatang aja kamu ini” Pekik Adam kemudian menyuruh zainal masuk ke rumahnya.
“Duduk-duduk…” Serunya lagi.
Zainal pun kemudian duduk, mengehela nafas panjang dan sedikit menenangkan pikirannya.
“Oke… oke tenang… tenang coba jelaskan ada apa?” Tanya Adam kepada Zainal.
Wajah Zainal yang masih terlihat panik, berusaha untuk tenang.
“Ja-ja-di… gini pak ustad, usai sholat isya saya dan istri saya sedang makan malam. Nah pada saat sedang makan, tiba-tiba istri saya muntah-muntah. Saya Kira dia hanya muntah biasa namun, lama kelamaan Istri saya memuntahakan darah, paku , jarum dan juga lintah dari mulutnya pak ustad. saya takut terjadi sesuatu padanya. Apa mungkin dia di guna-guna?. Tolong bantu saya…” Jelasnya.
Saat mendengar cerita Zainal, Adam pun berpikir. Apa mungkin ada sesuatu lagi yang terjadi padanya, sama seperti Keluarga zaki dulu. Saat Adam sedang berpikir tiba-tiba Aminah langsung berbicara.
“Bang? mungkinkah ini sama kejadiannya seperti keluarga zaki dulu?”
Entah kenapa Aminah bisa sepemikiran dengan Adam.
“Aku akan menemui istri mu sekarang!” Ujar Adam tiba-tiba.
Aminah yang melihat suaminya akan berurusan lagi dengan musuh Allah, moncoba sedikit menahannya.
“Bang, aminah gak mau abang kenapa-kenapa… kali ini aminah melarang abang untuk pergi.” Pekik aminah dengan cukup keras.
Melihat sang istri tidak merestui kepergiannya untuk menolong seseorang, Adam berusaha menenangkannya.
“Abang bersama Allah, jadi aminah tidak perlu risau. Semua akan baik-baik saja.” Jawabnya.
Aminah masih dengan muka yang cemas. Antara menginzinkan atau tidak. Ia tidak berbicara usai Adam memberinya jawaban.
“Apakah aminah bisa ijinkan abang? Semua akan lancar dengan restu istri. Abang tidak akan pergi jika aminah tidak mengijinkan.”
“Aminah, aku mohon kepadamu, biarlah adam membantu Istriku aminah. Kalian sesama wanita, pasti kamu paham apa yang aku rasakan kan? bagaimana kalau kamu ada di posisi istriku?!” Zainal memohon.
Aminah pun hanya mengangguk, Namun tidak bicara.
“Abang akan segera kembali,, percayalah” Ujar Adam sambil mengelus pelan kepala aminah yang tertutupi oleh hijab yang di kenakannya.
Setelah itu Aminah pun masuk ke kamarnya, sedangkan Adam pergi bersama Zainal untuk menemui istrinya.
Sesampainya di Halaman rumah Zainal. tiba-tiba seluruh lampu yang ada di rumahnya padam. Suasana menjadi begitu gelap dan menyeramkan.
“Kenapa gelap sekali?” tanya Adam yang belum berani melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih dalam, karena rumahnya yang terlihat sangat gelap.
“Tapi tidak mati listrik? hanya rumah mu saja nal?” Ujarnya lagi.
Zainal-pun kebingungan. Mencoba berpikir sejenak lalu melangkah sedikit demi sedikit untuk mengecek apa yang terjadi.
“Saat aku meninggalkan rumah, listrik dan lampu masih menyala pak ustad.” Jawab Zainal.
Sambil terus memperhatikan kondisi di luar rumah yang begitu gelap, Adam mulai mencoba masuk ke dalamnya.
“Sepertinya, Jin yang ada di dalam tubuh istrimu yang membuat semua ini.”
Zainal pun sudah melangkah lebih dulu, dan sampai di depan pintu rumahnya. Saat itu tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu tersebut. Terlihat tangan zainal yang sedikit bergemetar tat kala menyentuh gagang pintu rumahnya.Namun, saat ia ingin memutar gagang pintu tersebut, tiba-tiba Adam menahannya.
“Tunggu” Teriak Adam.
“Jangan di buka.” Ujarnya lagi.
Zainal-pun menoleh ke belakang, melihat Adam dan kembali bertanya.
“Kenapa?”
Adam hanya menggelengkan kepalanya.
“Jin itu, ada di balik pintu.”
“Maksudmu?” Zainal kembali bertanya.
Adam pun tidak menggubris pertanyaan yang terakhir, kemudian ia pun langsung membacakan surah Al-An’aam ayat 130 sambil mengulurkan tangannya kedepan dengan tasbih yang masih melilit di jari jemarinya tersebut.
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri,’ kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”
Setelah surah itu di bacakan, tiba-tiba keluarlah Adinda, istri Zainal dari balik pintu rumahnya. Ia menjebolkan Pintu rumah tersebut dengan badannya, tenaganya terlihat sangat begitu kuat, kemudian ia berlari sangat cepat layaknya kuda sehingga menabrak Zainal dan membuatnya terpental beberapa meter dari posisi sebelumnya. Adam yang berjarak kurang lebih beberapa meter dari pintu tersebut, langsung di hadapkan dengan Wajah Adinda yang sangat buruk. Kelopak matanya yang menghitam, Mulutnya yang penuh darah, dan wajahnya yang terlihat sangat keriput. Itulah gambaran kondisi Adinda kala itu. Jin tersebut sudah menguasai tubuhnya. Maka ia bisa melakukan apa pun kepadanya, tak terkecuali juga dengan membunuhnya.
Wajah Adinda dan Adam saling bertatapan. Adam kemudian kembali membacakan surah tersebut, dan Tidak lama kemudian tiba-tiba, dinda memuntahkan Darah serta seekor ular ke wajah Adam. Mendapatkan sebuah serangan, membuat Adam harus mundur dan membersihkan semua darah yang tertempel di wajahnya itu.
“Astagfirullahaladzim” Adam beristigfar.
Tak lama setelah ular itu keluar dari mulutnya, tiba-tiba Adinda langsung terjatuh lemah tak berdaya dan membuatnya tergeletak di halaman rumahnya.
Sepertinya Jin itu keluar dan menjelma menjadi seekor ular. Pikir Adam.
Inilah Awal mula dari masalah baru yang harus segera di selesaikan~
صُمۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
shummun bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah : 18)
-To be Continued-
Note : Untuk Episode 1 dan seterusnya belum saya pastikan kapan akan di update, mudah-mudahan bisa cepat sesuai kesibukan saya. Terima Kasih sudah membaca Prolognya. 😉
Quote:
Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
THANKS FOR READING!
![NIFAQ (Horor Story) [Spin-off Gerbang Iblis]](https://s.kaskus.id/images/2019/03/01/10518562_201903011029540985.gif)
Diubah oleh robbyrhy 13-06-2019 15:24
bruno95 dan 28 lainnya memberi reputasi
29
24.6K
71
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
robbyrhy
#13
Episode 5 : Buku
Setelah mendengar penjelasan Aminah soal buku yang di berikan oleh Ustad Jali, Adam pun bergegas menuju ke kediaman ustad tersebut.
“Bang apa yang akan abang perbuat kepada ustad Jali?” tanya Aminah dengan wajah penuh kekhawatiran.
“Ada yang tidak beres dengan dia Aminah.” jawab Adam.
“Apa yang tidak beres?”
“buku yang kau baca itu? apa kau tidak sadar? buku itu sama seperti buku yang di baca oleh Syifa, anak pak Samit.” kesal Adam dengan sikap sang istri.
Aminah berjalan menghampiri Adam, “Aku membaca buku tentang seitan Adam, bukan tentang ilmu hitam. aku tahu betul buku yang di berikan oleh ustad Jali itu.” kelak Aminah.
Adam menghela nafas panjang, “aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mu Aminah, jelas-jelas abang lihat dengan kepala abang sendiri. tadi malam, kamu kesurupan. Itu jelas dan itu nyata. Kamu bisa lihat keadaan semalam kan?” Adam tak mau kalah menjelaskan. Ia tahu bahwa apa yang ia lihat itu benar-benar melenceng jauh dari penjelasan Aminah.
Aminah memalingkan wajahnya, “apa abang masih ingin ke sana?” tanya Aminah sambil melipat kedua tangannya.
“iya” jawab Adam seadanya.
Setelah itu Adam pun memakai jaketnya, mengambil kunci motor yang di gantung lalu pamit kepada sang istri.
“abang ingin pergi ke pengajian ustad Jali, sebenarnya apa yang ia ajarkan di sana.” ujar Adam.
Aminah hanya bisa terdiam dan terus memikirkan omongan sang suami. Apa benar ia telah di sihir? itulah pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak aminah sekarang. Tak lama kemudian Adam pun berpamitan dengan Aminah, keluar dari rumahnya lalu menuju ke Pondok Ustad Jali yang berada di Desa Abraham.
“Aminah yakin betul ustad Jali tidak mengajarkan ajaran sesat, tapi kenapa Adam bisa menuduhnya?” batinnya.
Menempuh sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya Adam pun sampai di Desa Abraham. ia mencari tahu di mana pondok ustad Jali berada. tak perlu butuh waktu lama, akhirnya ia sampai di depan rumah yang sudah cukup tua. rumah tersebut terdapat plang bertuliskan “Ruqyah & Pengajaran Ustad Jali”.
Adam menggelengkan kepalanya, melihat banyak jamaah yang sedang mengantri meminta pengobatan serta mendengar tausyiah darinya.
Ia pun segera berjalan memasuki kawasan pondok tersebut.
Adam menengok kiri dan kanan, melihat semuanya sedang keadaan paling lemah selemah-lemahnya.
“Permisi, kalau boleh tau bapak kenapa ya?” tanya Adam ke salah satu Pasien dari ustad Jali. Kondisi dari pasien tersebut terlihat begitu menakutkan. terdapat benjolan besar di belakang pundaknya, ia berjalan layaknya unta dan terus mengerang sakit.
“Ayah saya di sihir mas.” jawab anak dari laki-laki tua yang Adam tanya.
Adam hanya menatapnya dalam, tidak membalas jawaban dari sang anak lalu kembali melanjutkan langkahnya. sesampainya di ambang pintu masuk, terlihat seorang lelaki berjanggut tebal sedang berceramah. Sekitar 50 orang memadati ruangan tersebut. Adam yang masih berdiri di ambang pintu kemudian mengucapkan salam kepada mereka semua, “Assalamualaikum” ucap Adam sambil menganggukan sedikit kepalanya.
Tak lama Adam mengucapkan salam, lelaki berjanggut tebal itu menoleh ke Adam, “iya ada yang bisa saya bantu?” tanya lelaki tersebut dengan sangat ramah sambil terus memutar tasbih yang sedang ia genggam.
Adam tersenyum simpul, “saya ingin bertemu dengan Ustad Jali, apa beliau ada di sini?” tanya Adam.
Lelaki tersebut membangunkan badannya, lalu mengisyaratkan kepada jamaah di depannya untuk menunggu dirinya sebentar. “Iya dengan saya sendiri, kenapa ya?” Lelaki tersebut ternyata Ustad Jali, kemudian ia mendekat ke arah Adam.
“saya Adam, saya ingin bicara empat mata dengan pak ustad sekarang.. apakah bisa?” ucap Adam tanpa pikir panjang.
“bicara soal apa?” tanya Ustad Jali kembali.
Adam menatapnya serius, “soal buku yang pak ustad bagikan kepada setiap orang-orang yang berobat di sini.” jawab Adam.
Ustad Jali berusaha berpikir, “buku tentang seitan? itu buku untuk menangkal guna-guna dan sihir. semua doa-doanya ada di dalam buku itu” jelas Ustad Jali.
“bukan buku itu, tapi buku yang membicarakan tentang praktik ilmu hitam.”
“aku hanya memberi buku pelajaran kepada semua jemaah ku, mereka harus paham tentang tipu daya iblis. tidak ada buku lain yang aku berikan.”
Adam mendengus kesal, “pak ustad memberikan buku tentang Praktik Ilmu hitam kan? sebenarnya pak ustad yang telah menipu daya semua jamaah di sini kan? uang yang pak ustad Jali cari kan?” Pekik Adam keras.
Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut pun tiba-tiba menoleh ke arah Adam dan Ustad Jali. Raut wajah mereka terlihat kebingungan, “maksud orang ini apa pak ustad? tanya salah satu jamaah kepada ustad Jali.
Raut wajah ustad Jali berubah panik, ia tidak ingin jamaahnya menjadi berpikir negatif terhadapnya.
“kamu ini siapa? berani sekali menuduh saya sebagai tukang sihir?” bentak Ustad Jali kepada Adam di depan jamaah lainnya.
Adam pun menghela nafasnya, “saya tidak bilang pak ustad tukang sihir, saya hanya menanyakan soal buku?” Adam kembali bertanya seraya meluruskan omongan yang di tujukan ustad Jali kepadanya.
“sudah-sudah… saya tidak mengerti dengan maksud kamu, jangan mengacaukan pondok saya. Tolong (ustad Jali menunjuk salah satu pegawainya) usir dia dari sini, saya rasa dia sudah gila.” Printah ustad Jali.
Adam pun langsung di dorong keluar, “tunggu..
saya hanya ingin bertanya soal itu.” Pekik Adam keras. semua mata menyorot ke arahnya. “maaf pak kalau mau bikin keributan jangan disini.” bentak kembali pegawai ustad Jali sambil terus mendorong tubuh Adam keluar.
Setelah itu Adam pun di seret ke luar pondok. Ia hanya bisa menatap bangunan tua dengan tatapan penuh tanda tanya. “aku akan mencari tahu tentang pondok ini” Ucap Adam dalam hatinya. kemudian ia kembali pulang ke rumahnya.
Suara Derum motorpun berhenti. Aminah yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya, langsung menoleh ke arah suara tersebut.
“Bang Adam? sudah pulang?” tanya Aminah dengan wajah kebingungan.
Adam melepas helmnya, membuka resleting jaketnya, lalu berjalan menghampiri sang Istri. “Assalamualikum, iya” jawab Adam tak lupa dengan salamnya.
Aminah menjawab salam Adam lalu mendekat ke arahnya dan meninggalkan aktifitas menyiram bunga yang sedang ia lakukan.
“bagaimana, apa abang sudah dapat jawabannya?” tanya Aminah penasaran.
Adam duduk di kursi teras rumahnya, lalu menggelengkan kepalanya. Aminah masih penasaran, ia kemudian berjalan beberapa langkah lalu duduk di samping suaminya.
“Berarti Ustad Jali tuh tidak sesat kan bang?” Aminah kembali bertanya.
Adam menggaruk kepalanya yang tak gatal, berusaha tenang dan mengatur nafasnya, “Abang belum percaya, menurut abang masih banyak sekali kejanggalan yang abang lihat di Pondok ustad Jali itu.” jelas Abang dengan tatapan lurus kedepan.
Aminah semakin penasaran, “besok Aminah akan kembalikan buku yang ustad Jali berikan ke Aminah. sekalian Aminah akan meneliti lebih lanjut tentang kasus ini.” ujar Aminah.
Adam menoleh ke arahnya, matanya menyorot tajam, “bukunya? apa masih ada?” pekik Adam.
Aminah berpikir sejenak, “sepertinya Aminah taruh di laci deh bang, sebentar Aminah ambilkan.” jawab Aminah setelah itu ia pun berdiri dan bergegas mencari buku yang ia baca semalam.
Aminah mengaduk-aduk isi lemari, mencari ke setiap sudut dan kolong kamar rumahnya. Namun nihil, buku tersebut tiba-tiba menghilang begitu saja. Perasaan Aminah semakin di buat bimbang, iya yakin bahwa tadi subuh ia masih melihat buku tersebut. Aminah pun kembali ke luar menemui Adam.
dengan wajahnya yang panik Aminah pun memberitahu soal bukunya yang hilang.
“bukunya tidak ada bang.” ucap Aminah dengan nafas tak karuan.
Adam berdiri, “kenapa bisa ngilang? bukankah tadi subuh masih ada? Abang lupa akan buku itu. seharusnya abang buka dahulu buku tersebut tadi subuh” keluh Adam. Ia menyesali dirinya sendiri karena tidak membuka isi buku yang membuat Aminah kerasukan.
Aminah mengerutkan dahinya, “lalu gimana bang?”
“jalan satu-satunya abang harus menghubungi Zainal, abang harus menanyakan kepada Adinda, apakah dia mempunyai buku yang sama seperti kamu?”
Aminah mengangkat alisnya, “semua orang yang telah ke sana, pasti akan di berikan buku bang. Aminah dapatkan buku itu usai mengaji bersama ibu-ibu lainnya di sana.”
Adam berpikir keras, “Kenapa hanya sebagian orang yang mengalami kondisi seperti Syifa, Adinda dan Aminah. Apakah mereka mencari orang-orand dengan iman yang kuat? apakah ini cara mereka melenyapkan orang-orang beriman? agar aksi hitamnya bisa di luncurkan tanpa ada hambatan?” semua itu ada dalam pikiran Adam. ia berusaha mencari tahu sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Istrinya dan juga orang-orang yang baru saja di Ruqyah oleh Adam.
“Baiklah, Adam tinggal sebentar boleh?” tanya Adam kepada Aminah meminta izin.
Aminah mengangguk seraya kembali bertanya, “mau kemana?”
“abang mau ke rumah Zainal, ingin menanyakan soal buku tersebut.” jelas Adam.
tak lama kemudian, Adam pun berdiri kembali memakai jaketnya lalu berjalan menuju rumah Zainal. ia berpamitan dengan sang istri tak lupa juga dengan salam. tidak butuh waktu lama, Adam pun telah sampai ke rumah Zainal.
“Assalamualikum, Zainal” panggil Adam cukup keras.
Adam berdiri di depan pintu rumahnya, sambil terus memanggil Zainal dan mengetuk pintunya.
belum ada jawaban dari Zainal, sekitar beberapa menit Adam duduk di sebuah kursi yang ada di samping pintu tersebut, barulah Zainal membuka pintu rumahnya.
“Walaikumsalam, maaf kelamaan Dam…” jawab Zainal ditemani sang Istri.
Zainal dan Adinda pun duduk bersejajar dengan Adam, “ada apa mas Adam kesini?” tanya Adinda penasaran.
Adam menghela berat, “kemarin, istriku Aminah mengalami hal serupa seperti Adinda.” Jelas Adam.
Zainal dan Adinda yang mendengar hal tersebut langsung terkejut bukan kepalang, pasalnya ia tahu bahwa mental Aminah sangatlah kuat, itu sangat mustahil rasanya. berbeda dengan Adinda yang memiliki mental yang cukup lemah.
“Bagaimana bisa?” tanya Zainal.
Adam menggelengkan kepalanya, “oh iya aku mau bertanya kepada mu Adinda” fokus Adam. Mata Adinda menyorot tajam, memperhatikan Adam serta mendengarkannya dengan teliti, “bertanya apa?” jawab Adinda dengan wajah polosnya.
Adam menelan ludah, mencoba tenang, “apa saat kamu pergi mengaji ke Pondok Ustad Jali kamu juga menerima sebuah buku?” tanya Adam serius.
Adinda seperti berpikir, dahinya basah dengan keringat tak terkecuali dengan Zainal, Zainal pun menoleh ke arah sang istri memastikan jawaban apa yang akan di berikan, “iya… itu benar, tapi itu buku tentang seitan dan jin mas, tidak ada sangkut pautnya dengan Kejadian aneh yang saya alami.”
Adam berdeham, “tentu itu ada,” jawab Adam mantap.
Zainal dan Adinda memfokuskan lagi badannya, “maksudnya gimana dam?” Zainal makin penasaran.
“apa kau masih menyimpan bukunya?” Adam kembali bertanya.
Adinda mengangguk, “sebentar” katanya.
Setelah itu Adinda pun masuk ke dalam rumahnya, mencari buku yang pernah di bagikan oleh Ustad Jali di pondok. sekitar 10 menit Adinda mengobrak-abrik laci, nihil hasilnya sama seperti Aminah. Buku itu tiba-tiba lenyap dan tak tahu kemana.
Adinda kembali keluar rumahnya dan memberitahu Adam tentang bukunya yang hilang. Adam semakin percaya, bahwa buku itu penyebab dari Sihir dan guna-guna yang di lancarkan oleh Pondok tua tersebut.
“aku tidak mau menuduh, aku juga tidak mau menerka-nerka. tapi yang pasti buku itu ada hubungannya dengan semua kejadian yang kita Alami.” jelas Adam.
Adinda semakin penasaran dengan rasa tidak percayanya, “kenapa ibu-ibu yang lain tidak kena sihir tersebut dam? pasalnya yang di berikan buku tidak hanya Adinda dan Aminah saja.” kelak Adinda dengan segala persepsinya.
Adam menghela nafasnya, “mereka telah memiliki rencananya sendiri dan aku belum mengetahui apa itu rencananya.” Jawab Adam penuh keyakinan.
Adinda masih dengan ekspresinya, ia mematung setelah mendengar penjelasan yang Adam berikan.
“baiklah hanya itu saja, besok aku akan kembali mencari tahu kasus ini, karena ini sudah sore… aku pamit dulu ya Zainal, Adinda… Ass…”
belum sempat mengucapkan Salam Zainal memotong ucapan Adam , “bolehkan saya ikut dam? mungkin saya bisa membantu?” tanya Zainal dengan tawarannya.
Adam mengerutkan dahinya, ‘kamu yakin mau ikut?”
“Yakin dam” jawab Zainal penuh keyakinan.
Adam pun mengangguk, mengiyakan tawaran yang Zainal berikan, “besok kamu datang ke rumah ku ya Zainal, usai sholat dhuha.. aku akan menunggu mu. Assalamualaikum” ujar Adam kemudian menuntaskan salamnya yang terpotong.
“Bang apa yang akan abang perbuat kepada ustad Jali?” tanya Aminah dengan wajah penuh kekhawatiran.
“Ada yang tidak beres dengan dia Aminah.” jawab Adam.
“Apa yang tidak beres?”
“buku yang kau baca itu? apa kau tidak sadar? buku itu sama seperti buku yang di baca oleh Syifa, anak pak Samit.” kesal Adam dengan sikap sang istri.
Aminah berjalan menghampiri Adam, “Aku membaca buku tentang seitan Adam, bukan tentang ilmu hitam. aku tahu betul buku yang di berikan oleh ustad Jali itu.” kelak Aminah.
Adam menghela nafas panjang, “aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mu Aminah, jelas-jelas abang lihat dengan kepala abang sendiri. tadi malam, kamu kesurupan. Itu jelas dan itu nyata. Kamu bisa lihat keadaan semalam kan?” Adam tak mau kalah menjelaskan. Ia tahu bahwa apa yang ia lihat itu benar-benar melenceng jauh dari penjelasan Aminah.
Aminah memalingkan wajahnya, “apa abang masih ingin ke sana?” tanya Aminah sambil melipat kedua tangannya.
“iya” jawab Adam seadanya.
Setelah itu Adam pun memakai jaketnya, mengambil kunci motor yang di gantung lalu pamit kepada sang istri.
“abang ingin pergi ke pengajian ustad Jali, sebenarnya apa yang ia ajarkan di sana.” ujar Adam.
Aminah hanya bisa terdiam dan terus memikirkan omongan sang suami. Apa benar ia telah di sihir? itulah pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak aminah sekarang. Tak lama kemudian Adam pun berpamitan dengan Aminah, keluar dari rumahnya lalu menuju ke Pondok Ustad Jali yang berada di Desa Abraham.
“Aminah yakin betul ustad Jali tidak mengajarkan ajaran sesat, tapi kenapa Adam bisa menuduhnya?” batinnya.
Menempuh sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya Adam pun sampai di Desa Abraham. ia mencari tahu di mana pondok ustad Jali berada. tak perlu butuh waktu lama, akhirnya ia sampai di depan rumah yang sudah cukup tua. rumah tersebut terdapat plang bertuliskan “Ruqyah & Pengajaran Ustad Jali”.
Adam menggelengkan kepalanya, melihat banyak jamaah yang sedang mengantri meminta pengobatan serta mendengar tausyiah darinya.
Ia pun segera berjalan memasuki kawasan pondok tersebut.
Adam menengok kiri dan kanan, melihat semuanya sedang keadaan paling lemah selemah-lemahnya.
“Permisi, kalau boleh tau bapak kenapa ya?” tanya Adam ke salah satu Pasien dari ustad Jali. Kondisi dari pasien tersebut terlihat begitu menakutkan. terdapat benjolan besar di belakang pundaknya, ia berjalan layaknya unta dan terus mengerang sakit.
“Ayah saya di sihir mas.” jawab anak dari laki-laki tua yang Adam tanya.
Adam hanya menatapnya dalam, tidak membalas jawaban dari sang anak lalu kembali melanjutkan langkahnya. sesampainya di ambang pintu masuk, terlihat seorang lelaki berjanggut tebal sedang berceramah. Sekitar 50 orang memadati ruangan tersebut. Adam yang masih berdiri di ambang pintu kemudian mengucapkan salam kepada mereka semua, “Assalamualaikum” ucap Adam sambil menganggukan sedikit kepalanya.
Tak lama Adam mengucapkan salam, lelaki berjanggut tebal itu menoleh ke Adam, “iya ada yang bisa saya bantu?” tanya lelaki tersebut dengan sangat ramah sambil terus memutar tasbih yang sedang ia genggam.
Adam tersenyum simpul, “saya ingin bertemu dengan Ustad Jali, apa beliau ada di sini?” tanya Adam.
Lelaki tersebut membangunkan badannya, lalu mengisyaratkan kepada jamaah di depannya untuk menunggu dirinya sebentar. “Iya dengan saya sendiri, kenapa ya?” Lelaki tersebut ternyata Ustad Jali, kemudian ia mendekat ke arah Adam.
“saya Adam, saya ingin bicara empat mata dengan pak ustad sekarang.. apakah bisa?” ucap Adam tanpa pikir panjang.
“bicara soal apa?” tanya Ustad Jali kembali.
Adam menatapnya serius, “soal buku yang pak ustad bagikan kepada setiap orang-orang yang berobat di sini.” jawab Adam.
Ustad Jali berusaha berpikir, “buku tentang seitan? itu buku untuk menangkal guna-guna dan sihir. semua doa-doanya ada di dalam buku itu” jelas Ustad Jali.
“bukan buku itu, tapi buku yang membicarakan tentang praktik ilmu hitam.”
“aku hanya memberi buku pelajaran kepada semua jemaah ku, mereka harus paham tentang tipu daya iblis. tidak ada buku lain yang aku berikan.”
Adam mendengus kesal, “pak ustad memberikan buku tentang Praktik Ilmu hitam kan? sebenarnya pak ustad yang telah menipu daya semua jamaah di sini kan? uang yang pak ustad Jali cari kan?” Pekik Adam keras.
Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut pun tiba-tiba menoleh ke arah Adam dan Ustad Jali. Raut wajah mereka terlihat kebingungan, “maksud orang ini apa pak ustad? tanya salah satu jamaah kepada ustad Jali.
Raut wajah ustad Jali berubah panik, ia tidak ingin jamaahnya menjadi berpikir negatif terhadapnya.
“kamu ini siapa? berani sekali menuduh saya sebagai tukang sihir?” bentak Ustad Jali kepada Adam di depan jamaah lainnya.
Adam pun menghela nafasnya, “saya tidak bilang pak ustad tukang sihir, saya hanya menanyakan soal buku?” Adam kembali bertanya seraya meluruskan omongan yang di tujukan ustad Jali kepadanya.
“sudah-sudah… saya tidak mengerti dengan maksud kamu, jangan mengacaukan pondok saya. Tolong (ustad Jali menunjuk salah satu pegawainya) usir dia dari sini, saya rasa dia sudah gila.” Printah ustad Jali.
Adam pun langsung di dorong keluar, “tunggu..
saya hanya ingin bertanya soal itu.” Pekik Adam keras. semua mata menyorot ke arahnya. “maaf pak kalau mau bikin keributan jangan disini.” bentak kembali pegawai ustad Jali sambil terus mendorong tubuh Adam keluar.
Setelah itu Adam pun di seret ke luar pondok. Ia hanya bisa menatap bangunan tua dengan tatapan penuh tanda tanya. “aku akan mencari tahu tentang pondok ini” Ucap Adam dalam hatinya. kemudian ia kembali pulang ke rumahnya.
Suara Derum motorpun berhenti. Aminah yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya, langsung menoleh ke arah suara tersebut.
“Bang Adam? sudah pulang?” tanya Aminah dengan wajah kebingungan.
Adam melepas helmnya, membuka resleting jaketnya, lalu berjalan menghampiri sang Istri. “Assalamualikum, iya” jawab Adam tak lupa dengan salamnya.
Aminah menjawab salam Adam lalu mendekat ke arahnya dan meninggalkan aktifitas menyiram bunga yang sedang ia lakukan.
“bagaimana, apa abang sudah dapat jawabannya?” tanya Aminah penasaran.
Adam duduk di kursi teras rumahnya, lalu menggelengkan kepalanya. Aminah masih penasaran, ia kemudian berjalan beberapa langkah lalu duduk di samping suaminya.
“Berarti Ustad Jali tuh tidak sesat kan bang?” Aminah kembali bertanya.
Adam menggaruk kepalanya yang tak gatal, berusaha tenang dan mengatur nafasnya, “Abang belum percaya, menurut abang masih banyak sekali kejanggalan yang abang lihat di Pondok ustad Jali itu.” jelas Abang dengan tatapan lurus kedepan.
Aminah semakin penasaran, “besok Aminah akan kembalikan buku yang ustad Jali berikan ke Aminah. sekalian Aminah akan meneliti lebih lanjut tentang kasus ini.” ujar Aminah.
Adam menoleh ke arahnya, matanya menyorot tajam, “bukunya? apa masih ada?” pekik Adam.
Aminah berpikir sejenak, “sepertinya Aminah taruh di laci deh bang, sebentar Aminah ambilkan.” jawab Aminah setelah itu ia pun berdiri dan bergegas mencari buku yang ia baca semalam.
Aminah mengaduk-aduk isi lemari, mencari ke setiap sudut dan kolong kamar rumahnya. Namun nihil, buku tersebut tiba-tiba menghilang begitu saja. Perasaan Aminah semakin di buat bimbang, iya yakin bahwa tadi subuh ia masih melihat buku tersebut. Aminah pun kembali ke luar menemui Adam.
dengan wajahnya yang panik Aminah pun memberitahu soal bukunya yang hilang.
“bukunya tidak ada bang.” ucap Aminah dengan nafas tak karuan.
Adam berdiri, “kenapa bisa ngilang? bukankah tadi subuh masih ada? Abang lupa akan buku itu. seharusnya abang buka dahulu buku tersebut tadi subuh” keluh Adam. Ia menyesali dirinya sendiri karena tidak membuka isi buku yang membuat Aminah kerasukan.
Aminah mengerutkan dahinya, “lalu gimana bang?”
“jalan satu-satunya abang harus menghubungi Zainal, abang harus menanyakan kepada Adinda, apakah dia mempunyai buku yang sama seperti kamu?”
Aminah mengangkat alisnya, “semua orang yang telah ke sana, pasti akan di berikan buku bang. Aminah dapatkan buku itu usai mengaji bersama ibu-ibu lainnya di sana.”
Adam berpikir keras, “Kenapa hanya sebagian orang yang mengalami kondisi seperti Syifa, Adinda dan Aminah. Apakah mereka mencari orang-orand dengan iman yang kuat? apakah ini cara mereka melenyapkan orang-orang beriman? agar aksi hitamnya bisa di luncurkan tanpa ada hambatan?” semua itu ada dalam pikiran Adam. ia berusaha mencari tahu sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Istrinya dan juga orang-orang yang baru saja di Ruqyah oleh Adam.
“Baiklah, Adam tinggal sebentar boleh?” tanya Adam kepada Aminah meminta izin.
Aminah mengangguk seraya kembali bertanya, “mau kemana?”
“abang mau ke rumah Zainal, ingin menanyakan soal buku tersebut.” jelas Adam.
tak lama kemudian, Adam pun berdiri kembali memakai jaketnya lalu berjalan menuju rumah Zainal. ia berpamitan dengan sang istri tak lupa juga dengan salam. tidak butuh waktu lama, Adam pun telah sampai ke rumah Zainal.
“Assalamualikum, Zainal” panggil Adam cukup keras.
Adam berdiri di depan pintu rumahnya, sambil terus memanggil Zainal dan mengetuk pintunya.
belum ada jawaban dari Zainal, sekitar beberapa menit Adam duduk di sebuah kursi yang ada di samping pintu tersebut, barulah Zainal membuka pintu rumahnya.
“Walaikumsalam, maaf kelamaan Dam…” jawab Zainal ditemani sang Istri.
Zainal dan Adinda pun duduk bersejajar dengan Adam, “ada apa mas Adam kesini?” tanya Adinda penasaran.
Adam menghela berat, “kemarin, istriku Aminah mengalami hal serupa seperti Adinda.” Jelas Adam.
Zainal dan Adinda yang mendengar hal tersebut langsung terkejut bukan kepalang, pasalnya ia tahu bahwa mental Aminah sangatlah kuat, itu sangat mustahil rasanya. berbeda dengan Adinda yang memiliki mental yang cukup lemah.
“Bagaimana bisa?” tanya Zainal.
Adam menggelengkan kepalanya, “oh iya aku mau bertanya kepada mu Adinda” fokus Adam. Mata Adinda menyorot tajam, memperhatikan Adam serta mendengarkannya dengan teliti, “bertanya apa?” jawab Adinda dengan wajah polosnya.
Adam menelan ludah, mencoba tenang, “apa saat kamu pergi mengaji ke Pondok Ustad Jali kamu juga menerima sebuah buku?” tanya Adam serius.
Adinda seperti berpikir, dahinya basah dengan keringat tak terkecuali dengan Zainal, Zainal pun menoleh ke arah sang istri memastikan jawaban apa yang akan di berikan, “iya… itu benar, tapi itu buku tentang seitan dan jin mas, tidak ada sangkut pautnya dengan Kejadian aneh yang saya alami.”
Adam berdeham, “tentu itu ada,” jawab Adam mantap.
Zainal dan Adinda memfokuskan lagi badannya, “maksudnya gimana dam?” Zainal makin penasaran.
“apa kau masih menyimpan bukunya?” Adam kembali bertanya.
Adinda mengangguk, “sebentar” katanya.
Setelah itu Adinda pun masuk ke dalam rumahnya, mencari buku yang pernah di bagikan oleh Ustad Jali di pondok. sekitar 10 menit Adinda mengobrak-abrik laci, nihil hasilnya sama seperti Aminah. Buku itu tiba-tiba lenyap dan tak tahu kemana.
Adinda kembali keluar rumahnya dan memberitahu Adam tentang bukunya yang hilang. Adam semakin percaya, bahwa buku itu penyebab dari Sihir dan guna-guna yang di lancarkan oleh Pondok tua tersebut.
“aku tidak mau menuduh, aku juga tidak mau menerka-nerka. tapi yang pasti buku itu ada hubungannya dengan semua kejadian yang kita Alami.” jelas Adam.
Adinda semakin penasaran dengan rasa tidak percayanya, “kenapa ibu-ibu yang lain tidak kena sihir tersebut dam? pasalnya yang di berikan buku tidak hanya Adinda dan Aminah saja.” kelak Adinda dengan segala persepsinya.
Adam menghela nafasnya, “mereka telah memiliki rencananya sendiri dan aku belum mengetahui apa itu rencananya.” Jawab Adam penuh keyakinan.
Adinda masih dengan ekspresinya, ia mematung setelah mendengar penjelasan yang Adam berikan.
“baiklah hanya itu saja, besok aku akan kembali mencari tahu kasus ini, karena ini sudah sore… aku pamit dulu ya Zainal, Adinda… Ass…”
belum sempat mengucapkan Salam Zainal memotong ucapan Adam , “bolehkan saya ikut dam? mungkin saya bisa membantu?” tanya Zainal dengan tawarannya.
Adam mengerutkan dahinya, ‘kamu yakin mau ikut?”
“Yakin dam” jawab Zainal penuh keyakinan.
Adam pun mengangguk, mengiyakan tawaran yang Zainal berikan, “besok kamu datang ke rumah ku ya Zainal, usai sholat dhuha.. aku akan menunggu mu. Assalamualaikum” ujar Adam kemudian menuntaskan salamnya yang terpotong.
Bersambung...
tet762 dan 6 lainnya memberi reputasi
7