Kepala gw masih terasa sakit. Di tangan kiri gw terpasang infus. Sementara selang oksigen juga terpasang di hidung gw.

Ada Romo, Bunda, Ratri, Mama, Papa dan Mas Arya. Kemana wanita itu?

"Dek kamu udah sadar sayang?"

Mas Arya mendekati gw. Mengelus rambut gw, mencium kening gw dan menggenggam tangan kanan gw.

Gw berusaha duduk tapi dicegah Bunda.

"Tiduran dulu aja Nduk...kamu harus bedrest beberapa hari. Nanti Bunda sama Mama yang akan menjaga selama Arya kerja..."

"Aku kuat kok Ma.... Mungkin masuk angin aja..."

"Bukan masuk angin sayang...kata dokter kamu hamil... Tapi kamu disuruh bed rest total selama beberapa hari ini..." ada nada bahagia tersirat saat Mas Arya memberitahu kehamilanku.

"Aku......hamil????"

Tubuh gw rasanya makin lemas. Bukan gw menolak pemberian Tuhan. Tapi dalam kondisi rumah tangga seperti ini, rasanya gw belum siap hamil. Gw nggak kebayang, gw harus melayani Mas Arya dalm kondisi gw hamil. Dan sejak awal pernikahan gw minum pil penunda kehamilan. Kenapa masih bisa bobol juga.

"Kamu nggak seneng Dek?" mas Arya menatapku tajam.

"Seneng banget Mas....kaget aja Mas, nggak nyangka kita udah mau punya anak...."

Romo menepuk bahu Mas Arya,"Hebat kamu.....jaga baik-baik calon cucu Romo ya?"

"Pasti dong Romo...saya akan jaga kandungan Nithya dengan sangat baik...."

Nggak lama kemudian Mas Arya pamit ke kantor karena ada meeting dengan klien penting. Tapi berjanji akan secepatnya kembali ke rumah sakit.

Sekarang hanya ada Bunda, Mama dan Ratri yang menunggu gw di rumah sakit.

"Mbak....ku kupasin jeruk ya?"

"Ya dek.... Duduk sini dek...."

Ratri menarik sebuah kursi ke dekat ranjang.

"Dek...kalau misal....aku cerai gimana dek?" gw berbisik ke Ratri sambil sesekali melirik ke Bunda dan Mama yang sedang asyik membahas ftv.

"Heh gila kamu mbak? Kamu lagi hamil....lagipula apa bisa cerai? Kalaupun bisa prosesnya lama dan berbelit... Kamu kenapa mbak?"

"Aku nggak kuat dek.....Mas Arya kasar dek...."

"Kasar gimana mbak? Bukannya dia baik, lembut dan sayang banget ma elu?"

Lalu gw ceritain yang terjadi di pernikahan gw dengan Mas Arya.

"Duh, dia sakit mbak.... Rencanamu gimana? Mau bilang ke Romo?"

"Aku belum tau Dek...."

"Mbak...kapanpun kamu butuh bantuanku, bilang ya Mbak? Aku akan selalu support kamu...."

Ratri meluk gw erat. Hanya Ratri satu-satunya orang yang selalu dukung gw dan berani sesekali menentang kemauan Romo dan Eyang.