- Beranda
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
...
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)

Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 29-05-2022 00:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
161.2K
Kutip
916
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#261
Chapter 2.4
Spoiler for Duel:
Burung-burung gagak dengan bulu berwarna hitam berterbangan menembus lebatnya daun kering didalam hutan Angkora, burung-burung gagak itu terusik akibat suara gemuruh yang sayup-sayup terdengar dari arah goa dari balik air terjun.
"HUHURUAH!! HUHURUAH!!! HUHURUAH!!!" sorak sorai para prajurit pembebas pujakerana dari tiap jengkal ruangan terdengar riuh. Sang jendral Arga sudah berada di tengah arena bertarung, dengan semilir angin menerpa wajahnya ia bertolak pinggang menunggu kedatangan lawan duelnya.
Beberapa menit berlalu dan dari arah berlawanan datang Senja dengan tangan terikat dan mata yang tertutup seutas kain, ia tengah di kawal penjaga berupa dua jin kera yang berjalan beriringan dikanan kiri tubuhnya.
"TENANG SEMUANYA!!" teriak Arga memecah kebisingan membuat seluruh prajurit jin kera disekelilingnya terdiam seiring suaranya yang menggelegar.
"Penjaga, buka penutup mata dan ikatan tangannya," seru kera merah itu kepada kedua penjaga yang menggiring Senja hingga ketengah arena bertarung.
Penutup mata terlepas dan seketika Senja memicingkan kedua matanya karena silau cahaya yang menerpa pandangan, dengan pelan matanya berusaha beradaptasi dan mengenal lingkungan sekeliling tempat ia berpijak, ia mendapati dirinya tengah berada disebuah arena bertarung dengan jin-jin kera berkerumun disekitar arena dan tepat diujung ruangan luas tersebut tengah terikat Raka sang genderuwo hitam disebuah tiang pasung menatap lemah kearah Senja.
"Raka!!" pekik Senja dengan tangan mengepal kuat.
"Senja … bersiaplah," seru Arga sambil memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang Senja, Arga melompat seraya berteriak "HIAAAT!!!" sejurus kemudian sebuah pukulan melesat kearah wajah Senja namun dengan gerakan yang lebih cepat Senja dapat menghindar kearah kanan dan berusaha melompat mundur menjauhi Arga.
"Tu-tunggu dulu, tidak bisakah kita bicara secara baik-baik?!" seru Senja mencoba alternatif lain untuk menyelesaikan masalah didepannya.
"Aku perlu bukti bahwa kau adalah sang naga hitam atau mata-mata dari si bedebah Gundara dan jalan paling cepat untuk mengetahuinya adalah bertarung langsung denganmu," seru Arga berjalan dengan tangan terkepal kearah Senja.
"Cih … tapi tidak bisakah kita …"
-BUGH-
Belum selesai Senja bicara sebuah pukulan mendarat kearah Senja namun dengan cekatan Senja menangkis dengan tangan kosong, Senja segera menghindar dan kembali menjauh dari Arga.
"AYO LAWAN AKU MANUSIA!!" teriak Arga mencoba memprovokasi Senja namun hal itu tidak digubrisnya.
Arga kembali maju menyerang Senja namun setiap Arga mendekat dan menyerang Senja selalu saja menghindari pukulan-pukulan Arga, tubuh Senja yang lebih kecil dibandingkan dengan Arga yang notabenenya seekor jin kera membuat Senja lebih unggul dalam menghindari berbagai serangan dari Arga, Senja bergerak bagai lebah yang sedang menari menghindari bulir-bulir air hujan.
Sudah hampir setengah jam pertarungan ini berlangsung dan pada satu titik Arga terdiam, sambil mengisi stamina ia menatap Senja lekat sambil berfikir cara untuk membuat Senja melawannya dengan sepenuh hati, pandangan Arga beralih menatap tajam Raka sang genderuwo hitam dengan seksama.
"Baiklah jika ini yang kau inginkan," seru Arga, "HEI KAU PENJAGA!!" teriak Arga tertuju pada penjaga dibagian ujung tempat ia bertarung tersebut, "eksekusi genderuwo itu," seru Arga kembali sambil menunjuk kearah Raka sang genderuwo hitam.
Penjaga yang menjaga Raka tersebut mengangguk menerima perintah sang jendral, ia menarik busurnya dan mengarahkan langsung ke atas menuju kepala besar Raka, disaat sang penjaga hendak menarik panahnya sebuah bola api melesat dan meledak tepat dibusur sang penjaga membuat busur itu terpecah dan tangan sang penjaga sedikit terbakar, ledakan itu membuat seluruh pasukan tercelkat dengan bola api yang tiba-tiba datang dari arah arena.
Jilatan api energi sukma berpendar ganas dari tangan kanan Senja, dengan tatapan nanar yang tertuju kepada Arga Senja bersua, "JANGAN LIBATKAN DIA!!!"
Senyum tipis tersungging dari bibir Arga, "baik … jika kau menang aku tidak akan menyentuh genderuwo itu, malah aku akan membebaskanya, tapi jika kau kalah … tidak hanya genderuwo itu yang akan mati, kau juga akan aku bunuh tanpa belas kasih," seru Arga dingin.
Senja memasang kuda-kuda, kedua telapak tangannya mulai mengeluarkan jilatan api energi sukma yang menyelimuti kepalan tangannya.
Dilain pihak Arga juga memasang kuda-kuda dengan aura merah panas yang membias dari seluruh tubuh jin kera tersebut. Keduanya saling berlari berhadap-hadapan untuk menyerang, Arga berlari dengan kepalan tangan kanan hendak mengincar kepala Senja, namun dengan sigap Senja menghindari serangan tersebut dalam jangka waktu persekian detik, ia kemudian balik memukul telak perut bagian kanan Arga dengan tangan kirinya, Arga Cumiik kesakitan menerima pukulan api Senja ia melangkah mundur berusaha memikirkan sesuatu, Arga kembali melompat kearah Senja namun sekarang ia mengepalkan kedua tangan menjadi satu dan memukul keras kearah arena, serangan Arga membuat lantai arena terpecah belah dan dentuman yang keras membuat Senja terhempas kebelakang dan terjatuh oleh energi dorong yang tercipta dari pukulan Arga.
Senja terjatuh dengan punggung terlebih dulu menghantam lantai, belum sempat Senja berdiri, Arga dari atas tengah melompat kembali menuju kearah Senja dengan kedua kepal tangan hendak memukul pada dirinya, Senja menghindari serangan tersebut dengan dua kali salto kearah belakang dan langsung memasang kuda-kuda dengan kedua tangan mengepal hendak memukul kearah depan.
-FUSH-
-FUSH-
-FUSH-
Tiga bola api meluncur dari kepalan tangan Senja dan melesat kearah Arga, Arga yang melihat bola api tersebut langsung menyilangkan kedua tangannya dan menerima ledakan bola api tersebut tanpa berpindah pijakan.
-DHUAR-
-DHUAR-
-DHUAR-
Asap ledakan mengepul dari bagian depan Arga, semilir angin meniup sang asap memperlihatkan Arga yang berdiri kokoh dengan luka bakar di kedua punggung tangannya.
Senja terdiam melihat gelagat Arga, "serangan tadi sangat mudah dibaca, seharusnya ia bisa menghindarinya tapi kenapa ia malah menerima seranganku dengan telak," gumam Senja dalam hati. Pandangan Senja beralih kearah para prajurit kera dibelakang Arga, Senja tersenyum tipis mengerti maksud lawannya tersebut, Arga hanya berusaha melindungi anak buahnya dari serangan bola api miliknya.
Senja kembali melaju kearah depan dengan kedua telapak tangan berada di belakang pinggang, ia berlari lurus langsung menuju Arga dan tak memakan waktu lama pukulan demi pukulan meluncur kearah Arga. Beberapa pukulan dapat ditangkis Arga namun beberapa mengenai telak di tubuhnya, di satu kesempatan Arga menghindari pukulan Senja dan dalam sekejap ia menendang lurus kearah tubuh lawannya yang lengah, tendangan Arga mengenai telak di perut Senja membuatnya kembali terpental kebelakang.
Senja kembali terkapar, tendangan Arga yang kuat membuat pertahanan Senja runtuh dalam sekejap, ia berusaha bangun dengan segenap tenaga berusaha kembali bertarung.
"Wahai Senja, pertarungan ini sudah memakan waktu yang cukup lama, semua ini akan aku selesaikan dalam satu serangan, jadi bersiaplah," seru Arga penuh percaya diri.
Arga mulai memasang kuda-kuda kembali, ia merapal mantra dan tangan kanan miliknya mulai mengeluarkan aura merah jingga yang pekat, "Ajian hantaman kera," seru Arga kala itu, Arga berlari kearah Senja untuk menyerang langsung dan seketika...
-DHUAAR-
Debu mengepul mengaburkan pandangan, pukulan Arga mengenai telak kearah Senja namun bukan Senja yang terkena langsung serangan Arga, pukulan Arga mengenai sebuah sisik menyerupai kubah hitam yang melindungi Senja dari serangan ajian milik kera merah tersebut, Arga mundur beberapa langkah seraya tidak percaya dengan apa yang kedua matanya lihat seiring menghilangnya kepulan debu, sepasang sayap hitam mengurung Senja melindunginya dari berbagai sisi.
Perlahan sayap besar itu terbuka dan memperlihatkan Zil sang naga hitam tengah berdiri gagah dengan keempat kakinya dibelakang Senja.
"Sekarang kau percaya?" tanya Senja.
"Masih belum, kau harus mengalahkanku terlebih dahulu," seru Arga kembali memasang kuda-kuda dengan aura merah menyelimuti kedua kepal tangannya.
"Kau ini keras kepala ya! Baiklah kalau begitu," seru Senja dengan senyum miring menghiasi bibirnya.
Senja berlari kearah Arga dengan dua kepal tangan siap untuk memukul, "DUA TAPAK NAGA..!" pekiknya penuh semangat, seketika jilatan api energi sukma di tangan Senja semakin membesar dan membentuk siluet dua kepala naga.
Arga juga berlari kearah Senja berusaha untuk menyelesaikan pertarungan ini, "AJIAN HANTAMAN KERA..!!" pekik Arga tidak kalah semangat.
Mereka saling menyerang hingga kedua kepal tangan mereka bertemu dan beradu kekuatan, tubrukan energi Senja dan Arga menciptakan sebuah gesekan energi yang menyilaukan mata para prajurit kera dan seketika...
-DHUAAAAR!!!-
Asap tercipta dari ledakan energi yang berlangsung barusan, asap membumbung tinggi hingga menutup rata luas arena, para prajurit terlihat was-was untuk mengetahui siapa pemenang dari duel ini.
Semilir angin dari atas mengajak asap untuk menjauh dari udara, diatas arena terlihat Arga tergeletak tak berdaya sedangkan Senja berdiri dengan jilatan api energi sukma yang masih menyelimuti kedua tangannya.
Bersambung.
"HUHURUAH!! HUHURUAH!!! HUHURUAH!!!" sorak sorai para prajurit pembebas pujakerana dari tiap jengkal ruangan terdengar riuh. Sang jendral Arga sudah berada di tengah arena bertarung, dengan semilir angin menerpa wajahnya ia bertolak pinggang menunggu kedatangan lawan duelnya.
Beberapa menit berlalu dan dari arah berlawanan datang Senja dengan tangan terikat dan mata yang tertutup seutas kain, ia tengah di kawal penjaga berupa dua jin kera yang berjalan beriringan dikanan kiri tubuhnya.
"TENANG SEMUANYA!!" teriak Arga memecah kebisingan membuat seluruh prajurit jin kera disekelilingnya terdiam seiring suaranya yang menggelegar.
"Penjaga, buka penutup mata dan ikatan tangannya," seru kera merah itu kepada kedua penjaga yang menggiring Senja hingga ketengah arena bertarung.
Penutup mata terlepas dan seketika Senja memicingkan kedua matanya karena silau cahaya yang menerpa pandangan, dengan pelan matanya berusaha beradaptasi dan mengenal lingkungan sekeliling tempat ia berpijak, ia mendapati dirinya tengah berada disebuah arena bertarung dengan jin-jin kera berkerumun disekitar arena dan tepat diujung ruangan luas tersebut tengah terikat Raka sang genderuwo hitam disebuah tiang pasung menatap lemah kearah Senja.
"Raka!!" pekik Senja dengan tangan mengepal kuat.
"Senja … bersiaplah," seru Arga sambil memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang Senja, Arga melompat seraya berteriak "HIAAAT!!!" sejurus kemudian sebuah pukulan melesat kearah wajah Senja namun dengan gerakan yang lebih cepat Senja dapat menghindar kearah kanan dan berusaha melompat mundur menjauhi Arga.
"Tu-tunggu dulu, tidak bisakah kita bicara secara baik-baik?!" seru Senja mencoba alternatif lain untuk menyelesaikan masalah didepannya.
"Aku perlu bukti bahwa kau adalah sang naga hitam atau mata-mata dari si bedebah Gundara dan jalan paling cepat untuk mengetahuinya adalah bertarung langsung denganmu," seru Arga berjalan dengan tangan terkepal kearah Senja.
"Cih … tapi tidak bisakah kita …"
-BUGH-
Belum selesai Senja bicara sebuah pukulan mendarat kearah Senja namun dengan cekatan Senja menangkis dengan tangan kosong, Senja segera menghindar dan kembali menjauh dari Arga.
"AYO LAWAN AKU MANUSIA!!" teriak Arga mencoba memprovokasi Senja namun hal itu tidak digubrisnya.
Arga kembali maju menyerang Senja namun setiap Arga mendekat dan menyerang Senja selalu saja menghindari pukulan-pukulan Arga, tubuh Senja yang lebih kecil dibandingkan dengan Arga yang notabenenya seekor jin kera membuat Senja lebih unggul dalam menghindari berbagai serangan dari Arga, Senja bergerak bagai lebah yang sedang menari menghindari bulir-bulir air hujan.
Sudah hampir setengah jam pertarungan ini berlangsung dan pada satu titik Arga terdiam, sambil mengisi stamina ia menatap Senja lekat sambil berfikir cara untuk membuat Senja melawannya dengan sepenuh hati, pandangan Arga beralih menatap tajam Raka sang genderuwo hitam dengan seksama.
"Baiklah jika ini yang kau inginkan," seru Arga, "HEI KAU PENJAGA!!" teriak Arga tertuju pada penjaga dibagian ujung tempat ia bertarung tersebut, "eksekusi genderuwo itu," seru Arga kembali sambil menunjuk kearah Raka sang genderuwo hitam.
Penjaga yang menjaga Raka tersebut mengangguk menerima perintah sang jendral, ia menarik busurnya dan mengarahkan langsung ke atas menuju kepala besar Raka, disaat sang penjaga hendak menarik panahnya sebuah bola api melesat dan meledak tepat dibusur sang penjaga membuat busur itu terpecah dan tangan sang penjaga sedikit terbakar, ledakan itu membuat seluruh pasukan tercelkat dengan bola api yang tiba-tiba datang dari arah arena.
Jilatan api energi sukma berpendar ganas dari tangan kanan Senja, dengan tatapan nanar yang tertuju kepada Arga Senja bersua, "JANGAN LIBATKAN DIA!!!"
Senyum tipis tersungging dari bibir Arga, "baik … jika kau menang aku tidak akan menyentuh genderuwo itu, malah aku akan membebaskanya, tapi jika kau kalah … tidak hanya genderuwo itu yang akan mati, kau juga akan aku bunuh tanpa belas kasih," seru Arga dingin.
Senja memasang kuda-kuda, kedua telapak tangannya mulai mengeluarkan jilatan api energi sukma yang menyelimuti kepalan tangannya.
Dilain pihak Arga juga memasang kuda-kuda dengan aura merah panas yang membias dari seluruh tubuh jin kera tersebut. Keduanya saling berlari berhadap-hadapan untuk menyerang, Arga berlari dengan kepalan tangan kanan hendak mengincar kepala Senja, namun dengan sigap Senja menghindari serangan tersebut dalam jangka waktu persekian detik, ia kemudian balik memukul telak perut bagian kanan Arga dengan tangan kirinya, Arga Cumiik kesakitan menerima pukulan api Senja ia melangkah mundur berusaha memikirkan sesuatu, Arga kembali melompat kearah Senja namun sekarang ia mengepalkan kedua tangan menjadi satu dan memukul keras kearah arena, serangan Arga membuat lantai arena terpecah belah dan dentuman yang keras membuat Senja terhempas kebelakang dan terjatuh oleh energi dorong yang tercipta dari pukulan Arga.
Senja terjatuh dengan punggung terlebih dulu menghantam lantai, belum sempat Senja berdiri, Arga dari atas tengah melompat kembali menuju kearah Senja dengan kedua kepal tangan hendak memukul pada dirinya, Senja menghindari serangan tersebut dengan dua kali salto kearah belakang dan langsung memasang kuda-kuda dengan kedua tangan mengepal hendak memukul kearah depan.
-FUSH-
-FUSH-
-FUSH-
Tiga bola api meluncur dari kepalan tangan Senja dan melesat kearah Arga, Arga yang melihat bola api tersebut langsung menyilangkan kedua tangannya dan menerima ledakan bola api tersebut tanpa berpindah pijakan.
-DHUAR-
-DHUAR-
-DHUAR-
Asap ledakan mengepul dari bagian depan Arga, semilir angin meniup sang asap memperlihatkan Arga yang berdiri kokoh dengan luka bakar di kedua punggung tangannya.
Senja terdiam melihat gelagat Arga, "serangan tadi sangat mudah dibaca, seharusnya ia bisa menghindarinya tapi kenapa ia malah menerima seranganku dengan telak," gumam Senja dalam hati. Pandangan Senja beralih kearah para prajurit kera dibelakang Arga, Senja tersenyum tipis mengerti maksud lawannya tersebut, Arga hanya berusaha melindungi anak buahnya dari serangan bola api miliknya.
Senja kembali melaju kearah depan dengan kedua telapak tangan berada di belakang pinggang, ia berlari lurus langsung menuju Arga dan tak memakan waktu lama pukulan demi pukulan meluncur kearah Arga. Beberapa pukulan dapat ditangkis Arga namun beberapa mengenai telak di tubuhnya, di satu kesempatan Arga menghindari pukulan Senja dan dalam sekejap ia menendang lurus kearah tubuh lawannya yang lengah, tendangan Arga mengenai telak di perut Senja membuatnya kembali terpental kebelakang.
Senja kembali terkapar, tendangan Arga yang kuat membuat pertahanan Senja runtuh dalam sekejap, ia berusaha bangun dengan segenap tenaga berusaha kembali bertarung.
"Wahai Senja, pertarungan ini sudah memakan waktu yang cukup lama, semua ini akan aku selesaikan dalam satu serangan, jadi bersiaplah," seru Arga penuh percaya diri.
Arga mulai memasang kuda-kuda kembali, ia merapal mantra dan tangan kanan miliknya mulai mengeluarkan aura merah jingga yang pekat, "Ajian hantaman kera," seru Arga kala itu, Arga berlari kearah Senja untuk menyerang langsung dan seketika...
-DHUAAR-
Debu mengepul mengaburkan pandangan, pukulan Arga mengenai telak kearah Senja namun bukan Senja yang terkena langsung serangan Arga, pukulan Arga mengenai sebuah sisik menyerupai kubah hitam yang melindungi Senja dari serangan ajian milik kera merah tersebut, Arga mundur beberapa langkah seraya tidak percaya dengan apa yang kedua matanya lihat seiring menghilangnya kepulan debu, sepasang sayap hitam mengurung Senja melindunginya dari berbagai sisi.
Perlahan sayap besar itu terbuka dan memperlihatkan Zil sang naga hitam tengah berdiri gagah dengan keempat kakinya dibelakang Senja.
"Sekarang kau percaya?" tanya Senja.
"Masih belum, kau harus mengalahkanku terlebih dahulu," seru Arga kembali memasang kuda-kuda dengan aura merah menyelimuti kedua kepal tangannya.
"Kau ini keras kepala ya! Baiklah kalau begitu," seru Senja dengan senyum miring menghiasi bibirnya.
Senja berlari kearah Arga dengan dua kepal tangan siap untuk memukul, "DUA TAPAK NAGA..!" pekiknya penuh semangat, seketika jilatan api energi sukma di tangan Senja semakin membesar dan membentuk siluet dua kepala naga.
Arga juga berlari kearah Senja berusaha untuk menyelesaikan pertarungan ini, "AJIAN HANTAMAN KERA..!!" pekik Arga tidak kalah semangat.
Mereka saling menyerang hingga kedua kepal tangan mereka bertemu dan beradu kekuatan, tubrukan energi Senja dan Arga menciptakan sebuah gesekan energi yang menyilaukan mata para prajurit kera dan seketika...
-DHUAAAAR!!!-
Asap tercipta dari ledakan energi yang berlangsung barusan, asap membumbung tinggi hingga menutup rata luas arena, para prajurit terlihat was-was untuk mengetahui siapa pemenang dari duel ini.
Semilir angin dari atas mengajak asap untuk menjauh dari udara, diatas arena terlihat Arga tergeletak tak berdaya sedangkan Senja berdiri dengan jilatan api energi sukma yang masih menyelimuti kedua tangannya.
Bersambung.
simounlebon dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Kutip
Balas