Kaskus

Story

alasankupergiAvatar border
TS
alasankupergi
Alasan Ku Pergi (Sebuah Perjalanan, Sebuah Cerita)
kamu akan tau latarku, sisi lainku, dan terutama kekurangankuyang jelas ku ceritakan disana. Karena beberapa hal yang sudah ku tulis disana tidak akan ku bahas panjang disini.

Spoiler for Update Time:


Ini cerita keduaku yang akan lebih panjang dari ceritaku sebelumnya, semoga tidak lebih panjang dari perdebatan capres-cawapres tahun ini. Ah, aku lupa jangan bahas politik! Itu sungguh menggelitik.
Tentang latar waktu ini terjadi, mungkin akan terus memutar balik dan kembali. Nikmati saja!

ilustrasi tempat yang ada dalam cerita akan ku tampilkan dengan gambar yang bersumber dari Instagram, karena akan lebih mudah kalian temukan, dan untuk menaikkan minat pembaca untuk eksplor Indonesia, asal kalian tau wajah Indonesia itu sangat menarik !.

Alasan Ku Pergi (Sebuah Perjalanan, Sebuah Cerita)

Spoiler for c i n t a:


Ini cerita perjalananku ke tempat yang seperti anak indieceritakan dalam liriknya, sebuah perjalanan menemukan jati diri. Ku harap begitu . . .

Alasan aku pergi melakukan perjalanan terlihat begitu klasik, karena C I N T A. Rasanya banyak travellers yang ku temui punya alasan yang sama.

Kamu tau rasanya menikmati pantai berpasir putih lalu menikmati kopi dan menghisap uap rasa creamy dari kotak sabun ? Percayalah ! Kamu akan lupa kalau kuota internet mu tidak bisa dipakai disini, dan itu takkan diperlukan.

Aku Albiru Kahfi Diandra

ini cerita perjalananku . . .

Spoiler for index:
Diubah oleh alasankupergi 26-03-2019 00:06
5
6K
33
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
alasankupergiAvatar border
TS
alasankupergi
#29
Perjalanan
Saat keluar dari hotel, ternyata ada 3 orang tambahan dari provinsi untuk kegiatan kami ini. Ada om Aldo, om Ven, dan ibu maria. Om Wi sengaja meminta mereka untuk bisa masuk ke birokrasi daerah daerah seperti ini. Biar lebih dekat obrolannya kalau kata om Wi.
Selesai berkenalan kami pun dibagi menjadi 2 rombongan, aku dengan kak Keshya dan mas Tio satu mobil, lalu ada om Aldo. Perjalanan dimulai, start dari hotel lalu akan singgah sebentar untuk belanja kebutuhan selama 1 minggu disana, belanja di sebuah supermarket yang sebenarnya kalau di Jakarta mungkin seperti toserba atau warung besar.
Kebutuhan seperti telur, lalu saus, abon sapi, mie instan, perlengkapan untuk mencuci, dan perlengkapan harian lainnya. Setelah selesai kita mampir ke pasar tradisional, aku lupa nama daerahnya, tapi masih di dekat kota, kami membeli sayur dan bumbu dapur untuk nanti sore kita makan. Saat yang lain sibuk membeli sayuran, aku hanya di mobil ditemani om supir yang baru aku kenal, om Feri namanya.

"Om, jarak dari sini ke tempat tujuan kita berapa jauh om ?" Tanyaku pada om Feri.

"Mungkin bisa sampai 5 jam" kata om Feri memperkirakan

"Emang letaknya ke arah mana om ?" Aku membuka obrolan agar lebih panjang, membuang penatku

"Kita ke arah jalan besar tadi terus lurus saja, mas Andra lihat bukit itu toh ?" Katanya menunjuk bukit yang terlihat dari tempat kami. Bukitnya ada 2 tetapi bukit satu lagi berada di belakangnya

"Di bukit itu om ?" Kataku menunjukkan bukit yang paling depan

"Nah itu ada bukit, nanti ada bukit lagi, nanti naik lalu turun lagi, naik lagi dan turun dari bukit satu lagi baru sampai" katanya menjelaskan dengan tangannya

"Jadi dibalik 2 bukit itu masih ada lagi om ?" Kataku yang sedikit terkejut

"Iya itu sudah" kata om Feri

"Om, kalo aku mabuk. Berhenti ya" kataku

"Oh iya, bawa obat toh ?" Tanya om Feri

"Sip, Udah di minum dari tadi om" kataku meyakinkan dia

Tak lama mereka yang berbelanja pun sudah balik, dan aku duduk di kursi paling belakang, sendirian.

"Sudah toh ? Kita jalan ya ? Ada lagi ?" Kata om Feri

"Sudah om, langsung saja" kata mas Tio

"Kira-kira jam berapa sampai sana ya om ?" Tanya kak Keshya

"Sekarang jam 10, mungkin bisa jam 3 sampai sana" kat om Feri yang sedang membenarkan posisi duduknya

Mobil pun mulai jalan, dan aku baru kali ini naik mobil dengan kecepatan yang luar biasa di jalan biasa (bukan tol). Aku sengaja mengintip speedometer, dan benar saja sudah 100km/jam. Mas Tio, kak Keshya, om Aldo, dan om Feri asyik mengobrol. Perjalanan ini sepanjang pesisir, aku bisa lihat laut. Aku pun melihat birunya laut seperti ada hal yang ingin aku habiskan di pinggirannya. "semoga aku tak rindu pantai" pikirku
Mobil baru melaju 1.5 jam, dan aku Sudah terkapar karena mual.

"Om bisa berhenti depan kah ?" Kataku menahan mual

"Oh iya sebentar ya" kata om Feri

Mobil berhenti dan aku langsung buru buru keluar, dan JACKPOT!. Kemudian aku masuk kembali ke mobil, lalu tak lama sekitar 30 menit berjalan aku pun minta menepi lagi, JACKPOT! lagi. Lalu om Feri pun turun dari mobil

"Mas, masih mual kah ?" Tanya om Feri

"Masih om" kataku yang sedang jongkok dan memgangi perutku

Lalu om Feri masuk ke arah kebun dan mengambil serat pohon pisang. Jadi seperti tali

"Ini mas, diikat di perutnya" kata om Feri memberi serat tersebut

"Baik om, terimakasih" kataku yang kemudian mengikat serat tersebut

Kemudian aku berinisiatif untuk tidur di kursi belakang, agar badanku membaik. Dan saat aku melihat ke arah jendela, aku hanya melihat pohon-pohon. Lalu aku bangun dan duduk, rupanya kita sudah di tengah hutan. Aku melihat jam, ternyata sudah 4 jam kami di jalan, lalu aku merasakan mual lagi.

"Om, bisa menepi sebentar ?" Kataku pada om Feri

"Iya mas sebentar, kalau ketemu yang agak luas, nanti ada truk lewat" kata om Feri

Lalu sekitar 10 menit mobil menepi, aku keluar dan mencari tempat. Itu sungguh menyiksa karena aku tak bisa mengeluarkan apa apa lagi dari dalam perutku. Lalu aku minum air putih, kami memutuskan untuk istirahat sebentar, setelah itu kita melanjutkan perjalanan. Aku pun kembali tidur di kursi belakang, yang lain sepertinya juga lelah jadi mereka pun memejamkan mata. Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan rata-rata karena memang jalannya yang tidak lurus, ini seperti track roller coaster.

30 menit lebih akhirnya kami sampai di tujuan, desa terpencil yang menghadap ke selatan, pantainya mungkin sekitar 20 menit dari basecamp ini. Aku tidak memikirkan itu, aku terlalu letih karena kontraksi perut akibat perjalanan ini. Aku langsung memasukkan barangku ke dalam bangunan itu, lalu memikirkan bagaimana caranya tidur di tempat seperti ini, ruangannya sangat kecil, kira-kira 3x3 meter untuk bertiga akhirnya aku putuskan untuk minum banyak air saja, lalu keluar melihat sekitar. Aku berjalan ke arah bangunan yang sepertinya itu kantor desa, dan aku melihat ada tanah lapang di sebelah kantor desa. Saat aku mendekat ternyata ada anak-anak yang sedang bermain bola, lalu mas Tio mengajak untuk bergabung. Dan kami pun bermain bola dengan mereka, ternyata tanahnya tidak rata, ini seperti menurun di satu sisinya. Tapi mereka mana peduli, bermain sudah membuat mereka senang. Sekitar 15 menit kemudian rupanya mas Tio mulai lelah dan akhirnya kami menyudahinya. Kami duduk berkumpul membentuk lingkaran, lalu sedikit bercengkrama

"Adik ko punya nama siapa ?" Tanya mas Tio pada salah satu anak

"David kakak" katanya malu

"Ko kelas berapa ?" Tanyaku pada david

"Kelas 5, sama dengan dia dia nih" kata david menunjuk teman lainnya

"Biasa main bola sore begini kah ?" Kata mas Tio

"Iya kakak" kata salah seorang anak

"Kami permisi dulu ya, mau mandi dulu" kata mas Tio yang langsung berdiri, dan aku pun juga ikut

"Kamu rajin sekolah ya, biar nanti kamu bisa jadi pemain bola hebat" kataku tersenyum pada anak-anak itu

Mereka hanya tersipu "iya kakak, besok main lagi kah ?"

"Nanti kalo tidak ada kerja ya" kata mas Tio

"Daaaah!" Kataku yang beranjak pergi dan melambaikan tangan

"Daaah!" Jawab mereka semua serentak

Jam menunjukkan pukul 17.45, dan sebentar lagi gelap. Aku mendengar suara mesin genset, lampu basecamp pun menyala. Lalu ketika aku selesai mandi dan melihat keluar.

"Gelaaapppp!" Kataku pelan

"Gimana ndra, asyik kan ?" Kata kak Keshya yang tiba-tiba datang

"Pantesan genset nyala ya ?" Kataku

"Iya dong, hape lo juga cuma bisa nyetel musik doang disini haha" katanya tertawa

Aku segera masuk dan mengambil ponsel yang ada di tas kecilku, lalu menghampiri kak Keshya lagi, "anjir, serius ini nggak ada sinyal kak ?" Kataku yang agak pani

"Kenapa ? Gebetannya lupa lo kabarin ? Haha" dia meledekku

"Yee, rese deh ya. Tempat yang ada sinyal dimana kak ?" Aku masih ingin berusaha

"Tanya tuh sama warga, setau gue. Sinyal itu dari sini 1 jam lah naik mobil" katanya

"Yaaah, yaudah lah bisa apa lah gue ini" kataku menyerah

"Hahahaa muka lo lucu kalo lagi pasrah" dia kembali meledekku

"Emang lo nggak ngabarin kak Jo ?" Aku berusaha membalasnya

"Pacar gue mah udah gue kabarin semalem jadi nggak khawatir, kalo cuma gebetan kan . . . yaaa hahaa takut ketikung lah ya ?" Dia tertawa makin keras kali ini

"Kak! Lo nggak ada mau bantu gue apa gitu kek ?" Kataku membujuk

"Yeh maaf banget nih, adik Andra yang gantengnya nggak kepake" katanya dengan nada meledek

Aku memotong omongannya, "kaakk!!!"

"Mending lo tangkep burung terus lo kirim surat di kaki itu burung hahahaa" dia tertawa sangat puas

"Yaaah elaah, yaudah lah ntar aja gue kabarin dia pas udah turun kota" kataku menutup obrolan yang menyudutkanku

"Gitu dong pasrah! Kan nggak tega gw ngeledeknya" dia tertawa kecil, "udah ah, ntar malem ngumpul tuh meeting kecil. Bersih-bersih dulu gue. Daa! Selamat meratapi!" Katanya yang kemudian berlalu

"Yeeuuu dasar, senengnya ngeledek!" Kataku yang agak sebal

Aku kemudian duduk di depan basecamp sambil menyeruput kafein berlaktosa yang sangat aku suka. Di depan basecamp ada bangku untuk duduk santai, halaman dengan jarak sekitar 4 meter sampai ke jalan, dan ada pohon jambu mete dengan bale-bale dibawahnya.

"seminggu gue bisa nggak kasih kabar ke dewi ya, kalo jadi temen cerita terus nggak ada tuh baru terasa ya, apa bener gue suka sama dia ? yah mau gimana lagi ? Rindu itu wajar sih, tapi gue takut kurang ajar kalau sampai ini nggak terbalas. Biarlah!" pikirku





bersambung . . . . .
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.