- Beranda
- Stories from the Heart
Bintang Itu Bersinar
...
TS
kurniawanjack
Bintang Itu Bersinar

Tentang Jack dan tentang masa remajanya
Cowok SMK yang gak jauh-jauh dari kata:
-Nyebelin
-Rusuh
-Brengsek
-Absurd
-Trouble maker
Karna moto hidupnya waktu SMK adalah
" Mumpung masih sekolah. Cari warna! Soalnya kalo udah gede di tuntut cari duit terus, gak ada waktu buat cari warnanya. Kalo bisa pun, gak jauh-jauh dari cari warna buat istri sama anak"
Moto yang aneh bukan? Memang, dan jack baru sadar saat dia sudah dewasa.
Quote:
Semoga kalian juga mendapatkan Bintang kalian sendiri
Quote:
Quote:
Silahkan dibaca ya
Diubah oleh kurniawanjack 16-01-2022 02:40
nona212 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
6.1K
48
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kurniawanjack
#12
Eps 8 Ku Kejar Tiya
Hari senin, ketika bel terakhir berbunyi.
Anak-anak yang lain udah menenteng tas masing-masing sambil berjalan keluar. Gue lihat tiya masih duduk di bangkunya sambil memandangi gue.
Gue sama dana memutuskan untuk bertemu tiya.
Tatapan tiya sama gue sangat dingin, seperti singa yang ingin menerkam seekor rusa. Penuh amarah, dendam, kesal, mungkin itu semua yang ada di hatinya waktu itu.
Gue mendekat ke tiya untuk mengembalikan tali persahabatan kami. Tiya masih diam, tapi dia tidak pergi seperti sebelumnya, tiya masih duduk di bangkunya dan menatap gue sampai gue berada di depannya.
Gue jongkok di samping kiri tiya dan dia masih diam membisu.
Gue pandangi dia kemudian gue mulai angkat bicara.
Gue
: "sampai kapan lo mau begini?" dia gak jawab, tapi dia masih menatap gue.
Gue
: "gue minta maaf, gue tau lu cemburu kalo gue udah jadian sama riska" dia cuek kemudian dia memainkan handphonenya.
Gue
: "gue cuman mau kita bersahabat lagi, gue cuman mau kita ketawa bareng lagi, gue sama dana kangen lu" kemudian dia menatap gue lagi.
Tiya
: "gue kira lo itu beda, ternyata lo itu cuman cowok biasa"
Gue
: "emang… , gue cuman cowok biasa, gak lebih tapi banyak kekurangannya" gue pegang tangan kirinya.
Gue
: "karena itu gue butuh temen buat menguranginya, gue butuh lo" tiya menghentakkan tangan gue lagi, kemudian dia berdiri.
Tiya
: "lo ngebutuhin gue cuman buat diri lo sendiri?, keren banget lo" dia menunjuk-nunjuk dada gue.
Tiya
: "disaat gue butuh, lo malah seneng-seneng sama cewek baru lo"
Gue pegang tangannya lagi.
Gue
: "maafin gue, gue mau ngajakin lo ketawa bareng tapi lo malah ngejauh"
Tiya menghentakkan tangan gue dan kemudian pergi menggendong tasnya.
Gue kejar dia tanpa memperdulikan apa yang dana lakukan setelah itu.
Gue masih mengejar tiya tapi dia malah semakin menjauh.
Dia berlari sambil meninggalkan tetesan air matanya di sepanjang jalan. Gue gak tau kalo dia ada persaan sebesar itu ke gue.
Gue kejar dia sampai dia menyeberang jalan raya. Dia semakin menghilang ketika kendaraan menutupi pandangan gue.
Tiya semakin jauh, gue khawatir persahabatan gue akan hilang jika gue tidak mendapatkan dia.
Gue gak memperdulikan jalanan dan apa yang melewati jalan itu. Yang gue lihat hanya tiya yang semakin jauh.
Tepat di pinggir jalan Raya, penglihatan gue tiba-tiba kabur dan semua yang gue lihat menjadi berwarna hijau. Gue masih berlari menyeberang jalan itu dengan penglihatan yang semakin parah.
Kemudian telinga gue berdengung, suara kendaraan lewat terdengar samar-samar. Sedikit terdengar suara klakson mobil dan beberapa orang yang berteriak, "HEY AWAS, JANGAN DI SITU, WOY BOCAH" suara itu saling barsautan tapi masih terdengar samar-samar.
Gue terus berlari kedepan tanpa berfikir apa yang ada di depan, suara klakson mobil terdengar semakin jelas di telinga kanan gue.
Gue bisa merasakan kalau tubuh gue terpental tapi gue gak bisa merasakan apa yang menabrak tubuh gue karena gue gak merasakan sakit sama sekali waktu itu,seperti syaraf yang bisa merasakan sakit itu mati seketika.
Gue rasa gue sedang terbaring di suatu tempat. Kemudian pandangan gue kembali seperti semula karena kepala gue membentur sesuatu.
Yang gue lihat pertama kali adalah tangan gue, tangan yang berlumuran darah dan gue gak bisa menggerakkan tangan bahkan semua bagian tubuh gue tidak bisa di gerakin.
Mata gue menjadi berat dan terdengar banyak orang yang ada di sekitar gue, dan mata gue tertutup kemudian tidak terdengar lagi suara-suara itu.
Sebelumnya gue mencoba teriak "Apa yang terjadi pada gue?" tapi mulut gue terkunci dan hanya bisa terucap di dalam hati.
Anak-anak yang lain udah menenteng tas masing-masing sambil berjalan keluar. Gue lihat tiya masih duduk di bangkunya sambil memandangi gue.
Gue sama dana memutuskan untuk bertemu tiya.
Tatapan tiya sama gue sangat dingin, seperti singa yang ingin menerkam seekor rusa. Penuh amarah, dendam, kesal, mungkin itu semua yang ada di hatinya waktu itu.
Gue mendekat ke tiya untuk mengembalikan tali persahabatan kami. Tiya masih diam, tapi dia tidak pergi seperti sebelumnya, tiya masih duduk di bangkunya dan menatap gue sampai gue berada di depannya.
Gue jongkok di samping kiri tiya dan dia masih diam membisu.
Gue pandangi dia kemudian gue mulai angkat bicara.
Gue
: "sampai kapan lo mau begini?" dia gak jawab, tapi dia masih menatap gue. Gue
: "gue minta maaf, gue tau lu cemburu kalo gue udah jadian sama riska" dia cuek kemudian dia memainkan handphonenya. Gue
: "gue cuman mau kita bersahabat lagi, gue cuman mau kita ketawa bareng lagi, gue sama dana kangen lu" kemudian dia menatap gue lagi. Tiya
: "gue kira lo itu beda, ternyata lo itu cuman cowok biasa"Gue
: "emang… , gue cuman cowok biasa, gak lebih tapi banyak kekurangannya" gue pegang tangan kirinya. Gue
: "karena itu gue butuh temen buat menguranginya, gue butuh lo" tiya menghentakkan tangan gue lagi, kemudian dia berdiri. Tiya
: "lo ngebutuhin gue cuman buat diri lo sendiri?, keren banget lo" dia menunjuk-nunjuk dada gue. Tiya
: "disaat gue butuh, lo malah seneng-seneng sama cewek baru lo"Gue pegang tangannya lagi.
Gue
: "maafin gue, gue mau ngajakin lo ketawa bareng tapi lo malah ngejauh"Tiya menghentakkan tangan gue dan kemudian pergi menggendong tasnya.
Gue kejar dia tanpa memperdulikan apa yang dana lakukan setelah itu.
Gue masih mengejar tiya tapi dia malah semakin menjauh.
Dia berlari sambil meninggalkan tetesan air matanya di sepanjang jalan. Gue gak tau kalo dia ada persaan sebesar itu ke gue.
Gue kejar dia sampai dia menyeberang jalan raya. Dia semakin menghilang ketika kendaraan menutupi pandangan gue.
Tiya semakin jauh, gue khawatir persahabatan gue akan hilang jika gue tidak mendapatkan dia.
Gue gak memperdulikan jalanan dan apa yang melewati jalan itu. Yang gue lihat hanya tiya yang semakin jauh.
Tepat di pinggir jalan Raya, penglihatan gue tiba-tiba kabur dan semua yang gue lihat menjadi berwarna hijau. Gue masih berlari menyeberang jalan itu dengan penglihatan yang semakin parah.
Kemudian telinga gue berdengung, suara kendaraan lewat terdengar samar-samar. Sedikit terdengar suara klakson mobil dan beberapa orang yang berteriak, "HEY AWAS, JANGAN DI SITU, WOY BOCAH" suara itu saling barsautan tapi masih terdengar samar-samar.
Gue terus berlari kedepan tanpa berfikir apa yang ada di depan, suara klakson mobil terdengar semakin jelas di telinga kanan gue.
Gue bisa merasakan kalau tubuh gue terpental tapi gue gak bisa merasakan apa yang menabrak tubuh gue karena gue gak merasakan sakit sama sekali waktu itu,seperti syaraf yang bisa merasakan sakit itu mati seketika.
Gue rasa gue sedang terbaring di suatu tempat. Kemudian pandangan gue kembali seperti semula karena kepala gue membentur sesuatu.
Yang gue lihat pertama kali adalah tangan gue, tangan yang berlumuran darah dan gue gak bisa menggerakkan tangan bahkan semua bagian tubuh gue tidak bisa di gerakin.
Mata gue menjadi berat dan terdengar banyak orang yang ada di sekitar gue, dan mata gue tertutup kemudian tidak terdengar lagi suara-suara itu.
Sebelumnya gue mencoba teriak "Apa yang terjadi pada gue?" tapi mulut gue terkunci dan hanya bisa terucap di dalam hati.
Diubah oleh kurniawanjack 24-03-2019 08:49
2