- Beranda
- Stories from the Heart
Tak Punya Hati ?
...
TS
seenue
Tak Punya Hati ?
Ada saat, dimana kehidupan hanyalah omong kosong belaka.
Spoiler for Index:
Adakah Senyum di Semarang,
Spoiler for Index:
Diubah oleh seenue 06-05-2020 14:27
dbase51 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
30.5K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
seenue
#26
Seperti malam yang sudah-sudah, aku pikir.. malamku memang sangat sederhana, begitu juga saat malam itu sirna.. sederhana pula. Mangkanya, gw sering bilang ada banyak malam.. yang hadir.. dan pergi dengan sangat sederhana, tanpa apa dan harus bagaimana. Cukup terima, nikmati dan syukuri.. lagipula, apa yang kita cari selain kedamaian?!. Lagian, sudah terlalu lama gw jadi robot, hidup hanya sekedar hidup dan kalau memuja kematian.. juga nggak ada gunanya.
Absurd memang..
Dah lupakan, nggak penting.
Oh ya, minggu ini gw mau balik, lama nggak lihat rumah soalnya. Terus, mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa gw kok seperti jauh sama Ortu? memang seperti itu, karena gw emang ada masalah sama mereka. Kalaupun gw balik, kebanyakan cuma mau menikmati suasana desa, nggak lebih.
Dan perlu kamu ketauhi, gw seperti ini juga karena mereka, dulu.. saat gw terpuruk sempet mau bangun karena ada Rania, tapi apa.. setelah gw mencoba bangun, berdiri dan mau berlari.. dia matiin gw. Jadinya ya seperti ini. Seperti yang kamu lihat sekarang, gw ini gimana dan seperti apa orangnya. Mangkanya, setiap sosok bukan muncul dengan bim salabim, pasti ada sebabnya.
Sedikit gw buka, Ayah gw adalah putra dari keluarga terpandang di zamanya, sedangkan Ibu gw.. dari rakyat biasa. Tapi.. namanya juga hidup, selepas Ayah sama Ibu gw nikah, Ortunya Ayah jadi acuh.. mungkin malu atau gimana.. dapet menantu miskin. Jalan.. jalan.. dan jalan.. karena Ayah gw terdidik dari keluarga mampu, terpandang.. perihal gengsi dan malu ternyata masih mendarah daging, sampai akhirnya nggak mau kerja.. lebih tepatnya jadi pengecut. Mau nggak mau, Ibu gw yang jadi tulang pungung keluarga. Saat itu gw masih SD, dan Ibu merantau ke Batam, misinya satu.. bisa bangun rumah dan mencukupi keluarga. Karena fakta di lapangan, dari keluarga Ayah nggak dikasih apa-apa, dikasih pun hitung-hitungan, so.. daripada makan ati, mending Ibuk yang pergi.
Saat itu belum krisis, rumah juga sudah mulai jadi.. malah, rumah gw waktu itu cukup besar dan mewah untuk ukuran zaman dan tahun itu, mangkanya.. sampai sekarang.. keluarga gw di cap orang mampu, meski penghasilan juga dari sana-sini, pun sampai sekarang.. Ibu gw juga masih kerja, tapi ngurus yayasan.. yang bergeraknya dibidang penyaluran tenaga kerja.
Intinya gini, gw nggak mau nikah karena takut jadi makhluk seperti Ayah, hanya jadi beban buat Istrinya. Ya mungkin.. keadaan gw sekarang sama Ayah sudah berbeda, tapi.. ya gitulah pokoknya. Gw belum berani.
Huamb...
Gw ngantuk..
Absurd memang..
Dah lupakan, nggak penting.
Oh ya, minggu ini gw mau balik, lama nggak lihat rumah soalnya. Terus, mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa gw kok seperti jauh sama Ortu? memang seperti itu, karena gw emang ada masalah sama mereka. Kalaupun gw balik, kebanyakan cuma mau menikmati suasana desa, nggak lebih.
Dan perlu kamu ketauhi, gw seperti ini juga karena mereka, dulu.. saat gw terpuruk sempet mau bangun karena ada Rania, tapi apa.. setelah gw mencoba bangun, berdiri dan mau berlari.. dia matiin gw. Jadinya ya seperti ini. Seperti yang kamu lihat sekarang, gw ini gimana dan seperti apa orangnya. Mangkanya, setiap sosok bukan muncul dengan bim salabim, pasti ada sebabnya.
Sedikit gw buka, Ayah gw adalah putra dari keluarga terpandang di zamanya, sedangkan Ibu gw.. dari rakyat biasa. Tapi.. namanya juga hidup, selepas Ayah sama Ibu gw nikah, Ortunya Ayah jadi acuh.. mungkin malu atau gimana.. dapet menantu miskin. Jalan.. jalan.. dan jalan.. karena Ayah gw terdidik dari keluarga mampu, terpandang.. perihal gengsi dan malu ternyata masih mendarah daging, sampai akhirnya nggak mau kerja.. lebih tepatnya jadi pengecut. Mau nggak mau, Ibu gw yang jadi tulang pungung keluarga. Saat itu gw masih SD, dan Ibu merantau ke Batam, misinya satu.. bisa bangun rumah dan mencukupi keluarga. Karena fakta di lapangan, dari keluarga Ayah nggak dikasih apa-apa, dikasih pun hitung-hitungan, so.. daripada makan ati, mending Ibuk yang pergi.
Saat itu belum krisis, rumah juga sudah mulai jadi.. malah, rumah gw waktu itu cukup besar dan mewah untuk ukuran zaman dan tahun itu, mangkanya.. sampai sekarang.. keluarga gw di cap orang mampu, meski penghasilan juga dari sana-sini, pun sampai sekarang.. Ibu gw juga masih kerja, tapi ngurus yayasan.. yang bergeraknya dibidang penyaluran tenaga kerja.
Intinya gini, gw nggak mau nikah karena takut jadi makhluk seperti Ayah, hanya jadi beban buat Istrinya. Ya mungkin.. keadaan gw sekarang sama Ayah sudah berbeda, tapi.. ya gitulah pokoknya. Gw belum berani.
Huamb...
Gw ngantuk..
tikusil dan 3 lainnya memberi reputasi
4