- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#3923
A Damsel In Distress
Gw terus memperhatikan layar besar didepan gw itu dengan seksama. Tampak simulasi mekanik didepan itu berjalan sesuai dengan harapan gw, tak lama kemudian terdengar suara orang orang yang berbisk antar satu sama lain di meja oval ini. Sementara anggota tim gw yang lain masing masing berdiri di ujung ruang yang berlawanan dari layar lebar itu. Suara yang tadi hanya bisikan meningkat menjadi sebuah diskusi terbuka antar satu sama lain, para petinggi perusahaan. Pemandangan yang biasa, karena mereka harus memutuskan apakah mereka akan menyetujui cetak biru dan prototype yang tim gw bikin atau tidak, sampai suara diskusi kembali menjadi pelan dan tidak terdengar, digantikan dengan anggukan kepala semua orang di meja oval itu.
“Kami setuju dengan tipe ini” ucap pemegang kuasa tertinggi itu yang gw balas dengan senyuman.
“Terima kasih.” ucap gw merundukan badan sambil memberi tanda mr.Bushido untuk membereskan sisanya.
Ruangan ini pun menjadi kosong, menyisakan hanya tim gw. Aga aneh memang, prosedur biasa adalah jika ada presentasi projek seperti tadi akan dilaksanakan di ruang para petinggi, namun ini kebalikannya, mereka yang datang ke ruangan kami. Lucu, mengingat ruangan ini dulunya adalah ruangan terbuang yang terlupakan. Gw duduk di kursi gw yang terpisah dari meja oval tempat tim gw duduk disana, suara mereka yang merayakan keberhasilan projek ini pun mulai tidak terkendali, satu orang kembali ke ruangan ini sambil membawa satu dus penuh dengan botol cola, dan makanan.
“Cola eh? ga salah kalian? biasanya kalian bakal pesta bir sampai bodoh.” ucap gw sambil menyandarkan tubuh gw di kursi bos ini.
“Ahhh… tapi kalo kita minum bir, kau selalu tidak ikut.” ucap Kim bukan nama sebenarnya karena gw lupa namanya. Gw panggil dia Kim karena dia orang Korea, sama dengan panggilan Bushido karena dia dari Jepang.
“Sudah gw bilang, kalo mau minum bir, vodka, bourbon, whiskey atau apapun silahkan. Gw ga boleh minum alkohol karena dilarang sama…. ah ga ada gunannya ngejelasin lo semua ga bakal ngerti.” jawab gw sambil menangkap botol Cola yang dilemparkan ke arah gw.
“Makanya kita ganti ke cola, sekalian sebagai cara kami menjauhi minuman alkohol.” ucap Pasha bukan nama sebenarnya juga, gw cuma manggil dia Pasha karena dia berasal dari Albania.
“Hee ga asik ah.” protes gw yang disambut dengan tawa se ruangan.
Yah ini lah rutinitas kerjaan gw, kerja lembur, presentasi, diterima, pesta, terus nganggur. Ketika mereka mereka sibuk berpesta gw lebih memilih untuk bermain game di komputer kantor gw. Ya. Gw install game di komputer kantor gw. Hahahaha. Disaat asik asiknya berpesta gw mendengar suara pintu yang terbuka, disusul dengan berhentinya suara bising diruangan ini. Gw pun Mendongakan kepala gw untuk melihat siapa yang ada didpean pintu sana, dan ternyata, Yvette berdiri disana sambil menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan tim gw. Ia pun berjalan ke arah meja ini dan berhenti tepat di samping kanan gw, lalu ia membalikkan badannya ke arah meja oval di depan itu.
“Yvette!! siini sinii Join sini!” Teriak Pasha mengangkat botol colanya
“Hey!! ini tempat untuk kerja!! kalau mau pesta keluar saja cari bar yang kosong!!” ucap Yvette
“Bah!! Seperti biasa. Yvette kita adalah wanita yang kaku! membosankan!! booooooo~” ucap Pasha disambut dengan suara boooo yang lain.
“Dan kamu juga , Adi. tiba tiba menghilang satu bulan.” ujar Yvette ke Gw
“Hey hey. mr.Bushido udah ngasih tau kan? gw tuh ngambil jatah cuti” bela gw.
“Iya tapi tetep ajaa… hahhh..” keluhnya sambil menarik bangku ke samping gw dan duduk sambil menyilangkan ke dua kakinya, tampak betis dan setengah paha kirinya yang mulus itu di hadapan gw. “Hey!! malah ngelihat ke kakiku lagi! dasar laki laki!!”
“Hmmm. Mau gimana lagi? Kakimu sangatlah fenomenal Yvette.” ucap gw yang sepertinya sukses membuat muka dia memerah. “Melihat kakimu membuat gw… membuat gw…” lanjut gw sambil memandang kaki nya yang maha indah.
“Mem-Membuatmu apa?” tanya Yvette.
“Membuat gw lapar.” jawab gw lalu mengalihkan pandangan gw ke arah tim gw. “Oy Kim!! tolong pesan Fried Chicken Bucket 3 ember. Full Paha. Large!”
“Haaa?” suara Yvette dengan raut muka yang tidak percaya. “Kakiku ini cuma setara dengan paha ayam goreng?”
“Hey hey. Jangan gitu. Tentu saja paha ayam goreng yang lebih menarik. Paha ayam bisa diimakan! dibanding dengan pahamu yang kalau kumakan bisa ditangkap polisi.”
“Grrr….” Yvette sudah mengeluarkan raut majah bak macan yang akan melahap mangsanya.
“Hahahaha. Jadi ada masalah apalagi kali ini?” tanya gw.
Sudah satu tahun lebih gw kerja disini, dan Yvette memang sering sekali keluar masuk ruangan ini hanya hanya sekedar bergaul. Biasanya kalo dia udah sewot gajelas gini, itu tandanya dia lagi stress, dan dengan berbicara dengan manusia manusida jahanam didalam tim gw inilah dia menuangkan rasa stressnya.
“Haa? emang aku kesini cuma bawa masalah aja?” ucap Yvette
“Well yang pasti lo kesini bukan mau senam bebas. Butuh pinjaman dana? Pacar anda selingkuh dan ingin diberi pelajaran? atau Ingin mencari jati diri?” balas gw.
“Malah kaya iklan perusahaan yang suka nipu orang itu mah hahahaha.”
“Bener ga ada masalah? kalau ga ada masalah, gw bikin masalah nih biar ada masalah.”
“Ga adaaaaa. Shush, diem, biarin aku ngomong.”
“Oke gw dengerin. Ngomong aja.”
“Nah gitu dong. Jadi gini.. nanti malam ada acara ulang tahun temanku. Dan aku butuh pasangan…” ujarnya
“Ha? apa hubungannya acara ultah sama pasangan?” tanya gw
“Hiiiih… ada tau!! Dia bakal ngadain pesta gitu, dan pastinya teman temanku akan bawa pasangan mereka masing masing.”
“Jadi.. Lo malu kalo lo ga gandeng siapa siapa?” tanya gw yang dijawab dengan anggukannya.
“Jadi kamu mau gak? Dan temenku ini bukan orang biasa loh. Kamu mungkin bisa kenal sama orang orang penting disana ” ujarnya menggoda gw
“Hmmm. Boleh, tapi gw harus izin pacar gw dulu.”
“Ha? kamu punya pacar? Sejak kapan? Heee, kamu laki laki yang manis juga ya, pake minta izin segala hahaha.” tawa dia
“6 bulan lalu jadiannys. Biar ga ada salah paham, gw benci salah paham.”
Gw mengeluarkan hp gw langsung menelfon Valli.
“Halo, Valerya Afternoon Service disini, apa pesanan anda?” ucap Valli disebrang sana
“Ha? salah sambung dong? Jadi ini bukan Valli yang dokter kandungan itu?”
“Ha? Dokter kandungan?! ya aku bisa jadi dokter kandungan juga. Karena Valerya Afternoon Service melayani apa saja.”
“Ini.. dokter… saya hamil.” ujar gw
“Uhuk… uhuk.. uhuk…. Hueee…. Adiii. Jijik ah apa apan sih hahahaha.” tawanya
“Hahaha…. gimana toko? rame?”
“Peak hour udah lewat, jadi sekarang bisa santai. Kamu?”
“Santai juga, sama. oh ya gw mau minta izin… temen gw minta gw jadi pendamping dia buat hadir di acara ulang tahun temennya. Boleh ikut?”
“Cewek? Cowok?”
“Cewek lah, lo pikir gw ghey?”
“Hahahaha. siapa nama temenmu?”
“Yvette. Dia mantan bossku waktu pertama kali kerja disini.”
“Ohhhh”
“Jadi?”
“Boleh kok asaaaal, kamu malam ini tidur di apartment ku ya.”
“Siap.”
“Dah Adi. Love you.”
“You too.”
*Klik* sambungan terputus.
“Gimana?” tanya Yvette
“Dia bilang boleh. Jadi gw bakal bisa nemenin lo malam ini.”
“Hmmm penasaran aku sama pacar kamu? siapa namanya? kaya apa dia?”\
“Udah kayak emak gw aja lo. shush.”
“hahaha”
“Kalo pesta gitu ada dresscode ga sih? gw harus pake apa? full jas?”
“Ada kok, tapi kamu tenang aja, semua sudah ku atur hehehe.”
Entah kenapa gw mengiyakan ajakan Yvette untuk datang ke pesta temennya itu. Pesta adalah suatu hal yang gw benci, well, Pesta yang biasa orang orang lakuin seenggaknya. Ajang pamer, berbohong, dan pemborosan, well itu sih gw gak terlalu benci malah gw suka ngelihat orang yang lagi membohongi satu sama lain, yang paling gw benci adalah, banyaknya orang di dalam suatu pesta, membuat kepala gw pusing.
Gw menyandarkan badan gw di kursi belakang mobil ini sambil memandangi jalanan yang sudah gelap. Lalu gw melihat keseluruh interior mobil yang bisa dikategorikan sangat mewah ini, dan berpikir kalau harga yang selangit itu sepantar dengan kenyamanan yang gw rasakan saat ini. Sedangkan Yvette duduk di sebelah kanan gw, ia mengenakan gaun berwarna merah tua yang menampakan seluruh bahu, leher, dan dada atasnya. Ia pun menoleh ke arah gw dan tersenyum.
“Aku tau kalau kamu ganteng, tapi… aku gak nyangka kamu bisa jadi kayak gini” ujar Yvette
“Hee? lo ngeledek gw?”
“Ha? ngeledek? Ga. Ga. Beneran deh di, kamu yang biasa aja udah ganteng, dan sekarang kegantenganmu naik 5x lipat.”
“No no. Gw biasa aja. Kalo lo mau orang ganteng yang bener, coba Timur.”
“Timur? aku akuin Timur emang ganteng, gagah. Tapi kamu sama kok kaya dia, cuma beda rasa aja.”
“Hahahaha. Ada ada aja.” tawa gw mendengar
“Ih. dipuji juga!” protes Yvette cemberut.
Gw pun terkekeh melihat tingkah laku Yvette itu. Gw langsung meraih dagunya dengan tangan kanan gw lalu menariknya ke arah gw, membuat muka kami saling berhadapan sangat dekat. Terlihat raut wajahnya yang terkejut. “Terima kasih atas pujiannya. Kamu malam ini juga sangatlah cantik.” gw mengucapkan itu tepat didepan wajahnya. Muka Yvette langsuh memerah, ia pun menarik kepalanya dan mengalihkannya menghadap jendela. Dari sinipun gw masih bisa melihat kupingnya yang memerah. Gw pun tertawa melihat tingkah Yvette yang malu itu. “Seorang Yvette malu sama pujian gw? oh apa kata dunia nanti?”
“Diem ah. Kalo udah tau kalau aku malu, jangan diledek dong!.” ujarnya
“Lo gak pernah dipuji ya? masa gitu doang malu haha.”
“Adi!! Diem!! “ teriak Yvette yang masih mengumpatkan mukanya
“Siap Bos!” jawab gw
“Ih kan sudah ku bilang, jangan panggil aku Bos!” protes Yvette
“Well, secara teknis, jabatan lo itu di atas gw. Jadi normal dong kalo gw panggil lo Bos?”
“Iyasih. Tapi aku gak suka.”
“Hahaha. Kapan lagi gw bisa dijadiin pasangan gadungan sama Bos gw sendiri? Ini bakal jadi cerita menarik nanti.”
“Ughhh. Terserah kamu deh!”
Tak lama kemudian, kami pun sampai di sebuah gedung mewah. Gw tau gedung ini, gedung yang sering dipake untuk acara acara besar di Moskow, baik itu dari kalangan politik, maupun entertainment. Gw dan Yvette pun berjalan ke dalam gedung dan tanpa basa basi langsung menuju lift. Dari Lift yang bagian dalamnya menghadap keluar kota Moskow yang hanya dipisahkan oleh dinding kaca ini, gw bisa melihat gemerlap dunia malam. Menngingat gw akan menghadapi kerumunan orang diatas nanti, perut gw mulai bergejolak. Yvette sepertinya sadar atas ketidaknyamanan gw.
“ Kenapa Di?” tanyanya
“Ugh. Gw udah pernah bilang belum, kalau gw benci banget sama pesta, terutama kerumunan ramai.” ucap gw.
“ He? jadi itu alasan kamu selalu mengindar kalau ada selebrasi perusahaan? kukira karena kamu malas.”
“ Well itu salah satunya. Ughh.” jawab gw sambil memegang dahi gw.
“Tapi Di, kamu gak akan bisa menghindari acara seperti ini terus menerus. Semakin tinggi nilaimu, banyak orang yang harus kamu temui.”
“Tau. Makanya gw setuju nemenin lo kan. Ini bakal jadi malam yang panjang. Gak akan bisa kabur terus menerus. Benar.”
Gw melonggarkan dasi berwarna merah darah ini. Yvette mengaitkan tangannya ke tangan kanan gw. Gw berpikir, kalau gw tetap ga ngerti dengan jalan pikir wanita. Hanya karena tidak bawa pasangan ke acara pesta seperti ini, mereka malu? Entahlah. Tak lama kemudian suara pintu Lift ini pun berbunyi.
“Kami setuju dengan tipe ini” ucap pemegang kuasa tertinggi itu yang gw balas dengan senyuman.
“Terima kasih.” ucap gw merundukan badan sambil memberi tanda mr.Bushido untuk membereskan sisanya.
Ruangan ini pun menjadi kosong, menyisakan hanya tim gw. Aga aneh memang, prosedur biasa adalah jika ada presentasi projek seperti tadi akan dilaksanakan di ruang para petinggi, namun ini kebalikannya, mereka yang datang ke ruangan kami. Lucu, mengingat ruangan ini dulunya adalah ruangan terbuang yang terlupakan. Gw duduk di kursi gw yang terpisah dari meja oval tempat tim gw duduk disana, suara mereka yang merayakan keberhasilan projek ini pun mulai tidak terkendali, satu orang kembali ke ruangan ini sambil membawa satu dus penuh dengan botol cola, dan makanan.
“Cola eh? ga salah kalian? biasanya kalian bakal pesta bir sampai bodoh.” ucap gw sambil menyandarkan tubuh gw di kursi bos ini.
“Ahhh… tapi kalo kita minum bir, kau selalu tidak ikut.” ucap Kim bukan nama sebenarnya karena gw lupa namanya. Gw panggil dia Kim karena dia orang Korea, sama dengan panggilan Bushido karena dia dari Jepang.
“Sudah gw bilang, kalo mau minum bir, vodka, bourbon, whiskey atau apapun silahkan. Gw ga boleh minum alkohol karena dilarang sama…. ah ga ada gunannya ngejelasin lo semua ga bakal ngerti.” jawab gw sambil menangkap botol Cola yang dilemparkan ke arah gw.
“Makanya kita ganti ke cola, sekalian sebagai cara kami menjauhi minuman alkohol.” ucap Pasha bukan nama sebenarnya juga, gw cuma manggil dia Pasha karena dia berasal dari Albania.
“Hee ga asik ah.” protes gw yang disambut dengan tawa se ruangan.
Yah ini lah rutinitas kerjaan gw, kerja lembur, presentasi, diterima, pesta, terus nganggur. Ketika mereka mereka sibuk berpesta gw lebih memilih untuk bermain game di komputer kantor gw. Ya. Gw install game di komputer kantor gw. Hahahaha. Disaat asik asiknya berpesta gw mendengar suara pintu yang terbuka, disusul dengan berhentinya suara bising diruangan ini. Gw pun Mendongakan kepala gw untuk melihat siapa yang ada didpean pintu sana, dan ternyata, Yvette berdiri disana sambil menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan tim gw. Ia pun berjalan ke arah meja ini dan berhenti tepat di samping kanan gw, lalu ia membalikkan badannya ke arah meja oval di depan itu.
“Yvette!! siini sinii Join sini!” Teriak Pasha mengangkat botol colanya
“Hey!! ini tempat untuk kerja!! kalau mau pesta keluar saja cari bar yang kosong!!” ucap Yvette
“Bah!! Seperti biasa. Yvette kita adalah wanita yang kaku! membosankan!! booooooo~” ucap Pasha disambut dengan suara boooo yang lain.
“Dan kamu juga , Adi. tiba tiba menghilang satu bulan.” ujar Yvette ke Gw
“Hey hey. mr.Bushido udah ngasih tau kan? gw tuh ngambil jatah cuti” bela gw.
“Iya tapi tetep ajaa… hahhh..” keluhnya sambil menarik bangku ke samping gw dan duduk sambil menyilangkan ke dua kakinya, tampak betis dan setengah paha kirinya yang mulus itu di hadapan gw. “Hey!! malah ngelihat ke kakiku lagi! dasar laki laki!!”
“Hmmm. Mau gimana lagi? Kakimu sangatlah fenomenal Yvette.” ucap gw yang sepertinya sukses membuat muka dia memerah. “Melihat kakimu membuat gw… membuat gw…” lanjut gw sambil memandang kaki nya yang maha indah.
“Mem-Membuatmu apa?” tanya Yvette.
“Membuat gw lapar.” jawab gw lalu mengalihkan pandangan gw ke arah tim gw. “Oy Kim!! tolong pesan Fried Chicken Bucket 3 ember. Full Paha. Large!”
“Haaa?” suara Yvette dengan raut muka yang tidak percaya. “Kakiku ini cuma setara dengan paha ayam goreng?”
“Hey hey. Jangan gitu. Tentu saja paha ayam goreng yang lebih menarik. Paha ayam bisa diimakan! dibanding dengan pahamu yang kalau kumakan bisa ditangkap polisi.”
“Grrr….” Yvette sudah mengeluarkan raut majah bak macan yang akan melahap mangsanya.
“Hahahaha. Jadi ada masalah apalagi kali ini?” tanya gw.
Sudah satu tahun lebih gw kerja disini, dan Yvette memang sering sekali keluar masuk ruangan ini hanya hanya sekedar bergaul. Biasanya kalo dia udah sewot gajelas gini, itu tandanya dia lagi stress, dan dengan berbicara dengan manusia manusida jahanam didalam tim gw inilah dia menuangkan rasa stressnya.
“Haa? emang aku kesini cuma bawa masalah aja?” ucap Yvette
“Well yang pasti lo kesini bukan mau senam bebas. Butuh pinjaman dana? Pacar anda selingkuh dan ingin diberi pelajaran? atau Ingin mencari jati diri?” balas gw.
“Malah kaya iklan perusahaan yang suka nipu orang itu mah hahahaha.”
“Bener ga ada masalah? kalau ga ada masalah, gw bikin masalah nih biar ada masalah.”
“Ga adaaaaa. Shush, diem, biarin aku ngomong.”
“Oke gw dengerin. Ngomong aja.”
“Nah gitu dong. Jadi gini.. nanti malam ada acara ulang tahun temanku. Dan aku butuh pasangan…” ujarnya
“Ha? apa hubungannya acara ultah sama pasangan?” tanya gw
“Hiiiih… ada tau!! Dia bakal ngadain pesta gitu, dan pastinya teman temanku akan bawa pasangan mereka masing masing.”
“Jadi.. Lo malu kalo lo ga gandeng siapa siapa?” tanya gw yang dijawab dengan anggukannya.
“Jadi kamu mau gak? Dan temenku ini bukan orang biasa loh. Kamu mungkin bisa kenal sama orang orang penting disana ” ujarnya menggoda gw
“Hmmm. Boleh, tapi gw harus izin pacar gw dulu.”
“Ha? kamu punya pacar? Sejak kapan? Heee, kamu laki laki yang manis juga ya, pake minta izin segala hahaha.” tawa dia
“6 bulan lalu jadiannys. Biar ga ada salah paham, gw benci salah paham.”
Gw mengeluarkan hp gw langsung menelfon Valli.
“Halo, Valerya Afternoon Service disini, apa pesanan anda?” ucap Valli disebrang sana
“Ha? salah sambung dong? Jadi ini bukan Valli yang dokter kandungan itu?”
“Ha? Dokter kandungan?! ya aku bisa jadi dokter kandungan juga. Karena Valerya Afternoon Service melayani apa saja.”
“Ini.. dokter… saya hamil.” ujar gw
“Uhuk… uhuk.. uhuk…. Hueee…. Adiii. Jijik ah apa apan sih hahahaha.” tawanya
“Hahaha…. gimana toko? rame?”
“Peak hour udah lewat, jadi sekarang bisa santai. Kamu?”
“Santai juga, sama. oh ya gw mau minta izin… temen gw minta gw jadi pendamping dia buat hadir di acara ulang tahun temennya. Boleh ikut?”
“Cewek? Cowok?”
“Cewek lah, lo pikir gw ghey?”
“Hahahaha. siapa nama temenmu?”
“Yvette. Dia mantan bossku waktu pertama kali kerja disini.”
“Ohhhh”
“Jadi?”
“Boleh kok asaaaal, kamu malam ini tidur di apartment ku ya.”
“Siap.”
“Dah Adi. Love you.”
“You too.”
*Klik* sambungan terputus.
“Gimana?” tanya Yvette
“Dia bilang boleh. Jadi gw bakal bisa nemenin lo malam ini.”
“Hmmm penasaran aku sama pacar kamu? siapa namanya? kaya apa dia?”\
“Udah kayak emak gw aja lo. shush.”
“hahaha”
“Kalo pesta gitu ada dresscode ga sih? gw harus pake apa? full jas?”
“Ada kok, tapi kamu tenang aja, semua sudah ku atur hehehe.”
Entah kenapa gw mengiyakan ajakan Yvette untuk datang ke pesta temennya itu. Pesta adalah suatu hal yang gw benci, well, Pesta yang biasa orang orang lakuin seenggaknya. Ajang pamer, berbohong, dan pemborosan, well itu sih gw gak terlalu benci malah gw suka ngelihat orang yang lagi membohongi satu sama lain, yang paling gw benci adalah, banyaknya orang di dalam suatu pesta, membuat kepala gw pusing.
Gw menyandarkan badan gw di kursi belakang mobil ini sambil memandangi jalanan yang sudah gelap. Lalu gw melihat keseluruh interior mobil yang bisa dikategorikan sangat mewah ini, dan berpikir kalau harga yang selangit itu sepantar dengan kenyamanan yang gw rasakan saat ini. Sedangkan Yvette duduk di sebelah kanan gw, ia mengenakan gaun berwarna merah tua yang menampakan seluruh bahu, leher, dan dada atasnya. Ia pun menoleh ke arah gw dan tersenyum.
“Aku tau kalau kamu ganteng, tapi… aku gak nyangka kamu bisa jadi kayak gini” ujar Yvette
“Hee? lo ngeledek gw?”
“Ha? ngeledek? Ga. Ga. Beneran deh di, kamu yang biasa aja udah ganteng, dan sekarang kegantenganmu naik 5x lipat.”
“No no. Gw biasa aja. Kalo lo mau orang ganteng yang bener, coba Timur.”
“Timur? aku akuin Timur emang ganteng, gagah. Tapi kamu sama kok kaya dia, cuma beda rasa aja.”
“Hahahaha. Ada ada aja.” tawa gw mendengar
“Ih. dipuji juga!” protes Yvette cemberut.
Gw pun terkekeh melihat tingkah laku Yvette itu. Gw langsung meraih dagunya dengan tangan kanan gw lalu menariknya ke arah gw, membuat muka kami saling berhadapan sangat dekat. Terlihat raut wajahnya yang terkejut. “Terima kasih atas pujiannya. Kamu malam ini juga sangatlah cantik.” gw mengucapkan itu tepat didepan wajahnya. Muka Yvette langsuh memerah, ia pun menarik kepalanya dan mengalihkannya menghadap jendela. Dari sinipun gw masih bisa melihat kupingnya yang memerah. Gw pun tertawa melihat tingkah Yvette yang malu itu. “Seorang Yvette malu sama pujian gw? oh apa kata dunia nanti?”
“Diem ah. Kalo udah tau kalau aku malu, jangan diledek dong!.” ujarnya
“Lo gak pernah dipuji ya? masa gitu doang malu haha.”
“Adi!! Diem!! “ teriak Yvette yang masih mengumpatkan mukanya
“Siap Bos!” jawab gw
“Ih kan sudah ku bilang, jangan panggil aku Bos!” protes Yvette
“Well, secara teknis, jabatan lo itu di atas gw. Jadi normal dong kalo gw panggil lo Bos?”
“Iyasih. Tapi aku gak suka.”
“Hahaha. Kapan lagi gw bisa dijadiin pasangan gadungan sama Bos gw sendiri? Ini bakal jadi cerita menarik nanti.”
“Ughhh. Terserah kamu deh!”
Tak lama kemudian, kami pun sampai di sebuah gedung mewah. Gw tau gedung ini, gedung yang sering dipake untuk acara acara besar di Moskow, baik itu dari kalangan politik, maupun entertainment. Gw dan Yvette pun berjalan ke dalam gedung dan tanpa basa basi langsung menuju lift. Dari Lift yang bagian dalamnya menghadap keluar kota Moskow yang hanya dipisahkan oleh dinding kaca ini, gw bisa melihat gemerlap dunia malam. Menngingat gw akan menghadapi kerumunan orang diatas nanti, perut gw mulai bergejolak. Yvette sepertinya sadar atas ketidaknyamanan gw.
“ Kenapa Di?” tanyanya
“Ugh. Gw udah pernah bilang belum, kalau gw benci banget sama pesta, terutama kerumunan ramai.” ucap gw.
“ He? jadi itu alasan kamu selalu mengindar kalau ada selebrasi perusahaan? kukira karena kamu malas.”
“ Well itu salah satunya. Ughh.” jawab gw sambil memegang dahi gw.
“Tapi Di, kamu gak akan bisa menghindari acara seperti ini terus menerus. Semakin tinggi nilaimu, banyak orang yang harus kamu temui.”
“Tau. Makanya gw setuju nemenin lo kan. Ini bakal jadi malam yang panjang. Gak akan bisa kabur terus menerus. Benar.”
Gw melonggarkan dasi berwarna merah darah ini. Yvette mengaitkan tangannya ke tangan kanan gw. Gw berpikir, kalau gw tetap ga ngerti dengan jalan pikir wanita. Hanya karena tidak bawa pasangan ke acara pesta seperti ini, mereka malu? Entahlah. Tak lama kemudian suara pintu Lift ini pun berbunyi.
sormin180 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
