- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]
Quote:
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
BASED ON TRUE STORY.
Seperti biasa, sebelum masuk ke inti cerita, ada beberapa hal yang harus gw jelasin dulu disini yah. Gak banyak kok dan sifatnya juga sepele, tapi demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya hal-hal sedikit dan sepele ini tetep harus disampaikan
Pertama,dan yang paling penting, adalah cerita ini merupakan lanjutan dari cerita yang sudah gw tulis sebelumnya (Cerita kita untuk selamanya). 70% formatnya masih sama, cuma di cerita ini nanti ada beberapa tokoh baru dan latar baru juga. Anggap cerita ini fiksi supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak diinginkan yang lahir dari anggapan kalau cerita ini non-fiksi, apa sih
ini cerita sebelumnya:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
BASED ON TRUE STORY.
Seperti biasa, sebelum masuk ke inti cerita, ada beberapa hal yang harus gw jelasin dulu disini yah. Gak banyak kok dan sifatnya juga sepele, tapi demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedepannya hal-hal sedikit dan sepele ini tetep harus disampaikan

Pertama,dan yang paling penting, adalah cerita ini merupakan lanjutan dari cerita yang sudah gw tulis sebelumnya (Cerita kita untuk selamanya). 70% formatnya masih sama, cuma di cerita ini nanti ada beberapa tokoh baru dan latar baru juga. Anggap cerita ini fiksi supaya tidak ada asumsi-asumsi yang tidak diinginkan yang lahir dari anggapan kalau cerita ini non-fiksi, apa sih

ini cerita sebelumnya:
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES (Series 1 dan 3) :
Kedua, Bibi masih ada? masih. bibi selalu ada didalam hati dan sanubari gw jadi dia masih dapet porsi dicerita ini, gak besar-besar amat tapi cukup, kalian ngertilah maksud gw apa.
Ketiga,karena cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, jadi gw saranin kalian buat baca dulu cerita yang pertama sebelum lanjut ke cerita ini.
Ke-empat, poin ini masih gw tujukan untuk menjelaskan betapa apresiasi dari kalian itu berharga banget buat gw, jadi kalau berkenan selalu tinggalkan komen dan kalau suka jalan ceritanya bisa tinggalkan ratenya, it reaaallly means something guys for me, halah
Terakhir, sebelum baca cerita ini jangan lupa berdoa dulu, karena bakal ada adegan horror yang terjadi. jadi persiapkan diri kalian. Untuk genre, story lanjutan ini genre nya horror - romance - comedy
Jadwal update? Diusahakan tiap ada waktu luang.
Masih ada pertanyaan? we are good to go to first chapter?
Okeey, lets gooo.
------------------------------------
Ketiga,karena cerita ini lanjutan dari cerita sebelumnya, jadi gw saranin kalian buat baca dulu cerita yang pertama sebelum lanjut ke cerita ini.
Ke-empat, poin ini masih gw tujukan untuk menjelaskan betapa apresiasi dari kalian itu berharga banget buat gw, jadi kalau berkenan selalu tinggalkan komen dan kalau suka jalan ceritanya bisa tinggalkan ratenya, it reaaallly means something guys for me, halah

Terakhir, sebelum baca cerita ini jangan lupa berdoa dulu, karena bakal ada adegan horror yang terjadi. jadi persiapkan diri kalian. Untuk genre, story lanjutan ini genre nya horror - romance - comedy
Jadwal update? Diusahakan tiap ada waktu luang.
Masih ada pertanyaan? we are good to go to first chapter?
Okeey, lets gooo.

------------------------------------
Quote:
-------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 2 : HARPOCRATES
KHATMANDU - PROLOG
PART I
DHAULAGIRI
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
DHAULAGIRI II
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
DHAULAGIRI III
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
PART II
MACHAPUCARE
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
MACHAPUCARE I
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
MACHAPUCARE II
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
PART III
ANNAPURNA
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59 - Truth or Dare Part I
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ANNAPURNA I
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ANNAPURNA II
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
PART IV
FINAL PART
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
LAST PART
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106 - Truth or Dare Part II [END]
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 2 : HARPOCRATES
KHATMANDU - PROLOG
PART I
DHAULAGIRI
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
DHAULAGIRI II
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
DHAULAGIRI III
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
PART II
MACHAPUCARE
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
MACHAPUCARE I
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
MACHAPUCARE II
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
PART III
ANNAPURNA
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59 - Truth or Dare Part I
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
ANNAPURNA I
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
ANNAPURNA II
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80
Chapter 81
Chapter 82
Chapter 83
Chapter 84
PART IV
FINAL PART
Chapter 85
Chapter 86
Chapter 87
Chapter 88
Chapter 89
Chapter 90
Chapter 91
Chapter 92
Chapter 93
Chapter 94
Chapter 95
LAST PART
Chapter 96
Chapter 97
Chapter 98
Chapter 99
Chapter 100
Chapter 101
Chapter 102
Chapter 103
Chapter 104
Chapter 105
Chapter 106 - Truth or Dare Part II [END]
----------------------------------------------------
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/06/21/6035474_20200621091137.gif)
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/06/21/6035474_20200621091137.gif)
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES (Series 1 dan 3) :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL


Polling
Poll ini sudah ditutup. - 8 suara
Perlu ditambah gak bre adegan BB17?
perlu
25%
sangat perlu
13%
bentar gw baca dulu
0%
sesempet yang nulis aja
63%
Diubah oleh rendyprasetyyo 08-07-2023 22:57
ugalugalih dan 33 lainnya memberi reputasi
34
134.9K
802
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#671
Chapter 76
“How much we must pay?” Lisa terlihat sedang mengobrol dengan seorang staf resepsionis hotel di koridor lantai 3. Kamar gw, lisa, budi, dan vivi tempatin sekarang memang ada di lantai 3 dari 5 lantai yang tersedia. Sang staf telihat sedang menyapu koridor dan membereskan kamar nomer 10 yang letaknya bersebelahan dengan kamar yang sedang gw tempatin. Staff ini terlihat memakai kemeja berwarna biru dan membawa beberapa lap dan sapu ditangannya. Mungkin pagi ini sebelum aktifitas dimulai dia diberi tugas untuk bebersih.
“Please go to chasier, he will explain” sang staf menjawab, senyum, dan masuk kedalam kamar nomer 10 sambil membawa sapu. Sekilas gw liat kalau si kasir juga keliatan bingung dengan pertanyaan lisa.
“Harus banget nanya harga ke staf yang lagi bersih-bersih?” gw yang baru saja keluar dari kamar dan samar-samar menangkap ekspresi sang staf langsung menghampiri lisa, yang masih terus berusaha berkomunikasi dengan staf tersebut. “Iya udah jelas harus tanya ke bawah lah dia mana tau”
“Gw ngetes bahasa inggris gw doang” lisa menjawab sambil melirik kedalam kamar nomer 10 yang keadaannya setengah gelap. “Thank you, sir!” dia tiba-tiba menambahkan sambil melambaikan tangan kearah staf tersebut yang samar terlihat sedang merapihkan bagian kasur. Dan setelahnya sang staf hanya senyum.
“Lis, ini ransel lu? Nutupin jalan gw mau keluar” suara budi tiba-tiba terdengar. Mengangetkan gw dan lisa yang sedang mencari tahu keadaan kamar nomer 10. “Eh kita gak balik lagi kesini kan? Langsung ke pokhara sampai hari terakhir?”
“Iya, gak sampai hari terakhir juga. H-2 kepulangan kita balik lagi ke khatmandu kok, keliling-keliling sambil beli oleh-oleh, ya gak ren?” lisa menjawab sambil menepuk bahu gw yang sekarang sedang berdiri tepat disamping dia. “Eh, Ren tolong ambilin ransel gw, ya, disana tuh, depan kamar. tanya aja ke budi coba”
“Seriusan?” dengan muka terpaksa gw jawab perintah dia sambil melirik kearah ransel super besar didepan pintu yang letaknya gak terlalu jauh dari tempat gw berdiri sekarang.”its too big, lisa”
“Udah gak usah sok inggris, ambil sana, gw tunggu diresepsionis lantai 1” lisa menjawab sambil berjalan menuju kearah tangga. “Gw mau bayaran dulu sekarang, biar gak ribet nanti kita keluar hotel-nya. ranselnya gw percayain ke lu pokoknya”
“Eh, eh, lis. Gak dibawain kebawah juga” gw protes sebelum dia akhirnya hilang dari pandangan dan turun menuju lantai 1.
Setelah semua persiapan pagi ini selesai, sekarang jam setengah enam pagi kurang sedikit, gw dan yang lain udah siap untuk berangkat ke pokhara. Tempat tujuan selanjutnya ini yang bakal jadi titik start treking 2 hari yang akan datang. Lisa sebelumnya memutuskan untuk gak menghabiskan waktu di khatmandu dulu. Katanya, “nanti aja kita keliling khatmandu, sekalian pulang dan beli oleh-oleh” gitu. Gw nurut aja.
Bangunan hotel yang sekarang gw tempatin ini standar sih, maksudnya ya gak mewah-mewah amat dan gak terlalu sederhana juga. Dengan biaya permalam sekitar 10 dollar, penginapan yang letaknya di jantung kota khatmandu ini punya banyak review positif disebuah situs penyediaan penginapan online, kata lisa. Dilorong-lorong kamar banyak lukisan pemandangan himalaya berjajar, lampu-lampu kuning redup yang sinarnya terpantul dengan dinding dengan cat berwarna merah marun, dan beberapa ornamen lain khas tibet. Kesan hindu klasik masih kental dibeberapa bangunan khatmandu, tidak terkecuali untuk hotel ini.
Setelah selesai menuruni tangga dan tiba dilantai 1, gw liat lisa sudah menyelesaikan urusan pembayaran dan duduk disalah satu sofa ruang tunggu sambil memainkan handphone. Jaket tebal berwarna biru dongker dengan bulu-bulu putih dibagian hoodienya kontras dengan warna kulit lisa dan membuat, ntah menurut gw, lisa keliatan lebih cerah. Celana dan sepatu gunung yang dia pakai sekilas bikin lisa terlihat seperti cewek gunung yang strong, padahal ya nanti yang bakal direpotin juga gw dan budi. Dan alasan kenapa dia lepas jilbab masih belum gw tahu sejak pertama kali bertemu di bandara soekarno hatta dan sekarangpun bukan waktu yang pas buat menanyakan hal ini ke lisa.
“Ayo kita berangkat” lisa yang sadar akan keberadaan gw, budi, dan vivi tiba-tiba berdiri. “Semua udah gw bayar. Gw juga udah mesen taksi buat ke terminal, taksinya lagi nunggu diluar sekarang, bud coba cek dulu supirnya”
“Oke” budi menjawab sambil langsung menuju keluar. Dia, sama seperti gw pakai setelan jaket tebal dan kupluk berwarna biru untuk menahan dingin. Gw? Gw pakai jaket kombinasi hoodie + parasut dengan warna putih dan hijau tanpa kupluk atau
“Ranselnya?” gw langsung mengingatkan lisa tentang ransel yang susah payah gw bawa turun dari lantai 3.
“Ren, tinggal dikit lagi buat nyampe taksi” lisa memelas. “Itu taksinya udah nunggu diluar, ren”
“Fine” gw jawab. “Kalau bukan karena alasan untuk gerak mungkin ini ransel masih gw tinggalin diatas”
“Bodo amat” lisa menjawab sambil berjalan bersampingan dengan vivi yang sibuk memainkan handphone.”yang penting dibawain. Eh vi, lu bawa kamera kan?”
“Bawa dong” vivi menjawab sambil tersedikit melirik kearah lisa. Lorong keluar penginapan ini sekarang mulai terasa dingin, suhu diluar mulai terasa masuk dari pintu keluar penginapan. “Nih gw gantungin, gw kan tim foto-foto bareng rendy”
“Sejak kapan kita bentuk tim foto-foto” gw yang berjalan dibelakang mereka protes.
“Ren, sebelum semuanya dimulai gw pengen ngasih tau lu dulu sesuatu.” lisa tiba-tiba berhenti dan melirik kearah gw.
“Apa?” gw jawab sambil terpaksa ikut menghentikan langkah karena lisa ada didepan gw. “Apa yang mau lu kasih tau ke gw?”
“Semua bentuk foto yang nanti lu ambil” lisa berkata sambil menatap mata gw “jangan sampai ada yang diupload ke sosmed, satupun jangan sampe. Lagian gw juga gak punya sosmed apa-apa”
“Oke” gw jawab singkat. “ udah? Bisa lanjut jalan? Katanya bisnya sebentar lagi berangkat? Kita jam segini aja belum nyampe terminal.”
“Lis, cepeeeet” suara vivi terdengar dari luar. Samar terlihat kalau budi dan vivi udah didalem taksi. Budi duduk dikursi depan.
“Jangan arah-arahin kamera kearah gw pokoknya” lisa menambahkan sebelum akhirnya berjalan kembali kearah taksi. Diluar sudah mulai cerah tapi udara masih terasa dingin. Beberapa penduduk lokal mulai melakukan aktifitas. Bendera-bendera kotak persegi berwarna-warni dengan berbagai macam tulisan sangat banyak digantung dilangit-langit jalan antar 2 bangunan. Petualangan di nepal dimulai, hari ini.
“How much we must pay?” Lisa terlihat sedang mengobrol dengan seorang staf resepsionis hotel di koridor lantai 3. Kamar gw, lisa, budi, dan vivi tempatin sekarang memang ada di lantai 3 dari 5 lantai yang tersedia. Sang staf telihat sedang menyapu koridor dan membereskan kamar nomer 10 yang letaknya bersebelahan dengan kamar yang sedang gw tempatin. Staff ini terlihat memakai kemeja berwarna biru dan membawa beberapa lap dan sapu ditangannya. Mungkin pagi ini sebelum aktifitas dimulai dia diberi tugas untuk bebersih.
“Please go to chasier, he will explain” sang staf menjawab, senyum, dan masuk kedalam kamar nomer 10 sambil membawa sapu. Sekilas gw liat kalau si kasir juga keliatan bingung dengan pertanyaan lisa.
“Harus banget nanya harga ke staf yang lagi bersih-bersih?” gw yang baru saja keluar dari kamar dan samar-samar menangkap ekspresi sang staf langsung menghampiri lisa, yang masih terus berusaha berkomunikasi dengan staf tersebut. “Iya udah jelas harus tanya ke bawah lah dia mana tau”
“Gw ngetes bahasa inggris gw doang” lisa menjawab sambil melirik kedalam kamar nomer 10 yang keadaannya setengah gelap. “Thank you, sir!” dia tiba-tiba menambahkan sambil melambaikan tangan kearah staf tersebut yang samar terlihat sedang merapihkan bagian kasur. Dan setelahnya sang staf hanya senyum.
“Lis, ini ransel lu? Nutupin jalan gw mau keluar” suara budi tiba-tiba terdengar. Mengangetkan gw dan lisa yang sedang mencari tahu keadaan kamar nomer 10. “Eh kita gak balik lagi kesini kan? Langsung ke pokhara sampai hari terakhir?”
“Iya, gak sampai hari terakhir juga. H-2 kepulangan kita balik lagi ke khatmandu kok, keliling-keliling sambil beli oleh-oleh, ya gak ren?” lisa menjawab sambil menepuk bahu gw yang sekarang sedang berdiri tepat disamping dia. “Eh, Ren tolong ambilin ransel gw, ya, disana tuh, depan kamar. tanya aja ke budi coba”
“Seriusan?” dengan muka terpaksa gw jawab perintah dia sambil melirik kearah ransel super besar didepan pintu yang letaknya gak terlalu jauh dari tempat gw berdiri sekarang.”its too big, lisa”
“Udah gak usah sok inggris, ambil sana, gw tunggu diresepsionis lantai 1” lisa menjawab sambil berjalan menuju kearah tangga. “Gw mau bayaran dulu sekarang, biar gak ribet nanti kita keluar hotel-nya. ranselnya gw percayain ke lu pokoknya”
“Eh, eh, lis. Gak dibawain kebawah juga” gw protes sebelum dia akhirnya hilang dari pandangan dan turun menuju lantai 1.
Setelah semua persiapan pagi ini selesai, sekarang jam setengah enam pagi kurang sedikit, gw dan yang lain udah siap untuk berangkat ke pokhara. Tempat tujuan selanjutnya ini yang bakal jadi titik start treking 2 hari yang akan datang. Lisa sebelumnya memutuskan untuk gak menghabiskan waktu di khatmandu dulu. Katanya, “nanti aja kita keliling khatmandu, sekalian pulang dan beli oleh-oleh” gitu. Gw nurut aja.
Bangunan hotel yang sekarang gw tempatin ini standar sih, maksudnya ya gak mewah-mewah amat dan gak terlalu sederhana juga. Dengan biaya permalam sekitar 10 dollar, penginapan yang letaknya di jantung kota khatmandu ini punya banyak review positif disebuah situs penyediaan penginapan online, kata lisa. Dilorong-lorong kamar banyak lukisan pemandangan himalaya berjajar, lampu-lampu kuning redup yang sinarnya terpantul dengan dinding dengan cat berwarna merah marun, dan beberapa ornamen lain khas tibet. Kesan hindu klasik masih kental dibeberapa bangunan khatmandu, tidak terkecuali untuk hotel ini.
Setelah selesai menuruni tangga dan tiba dilantai 1, gw liat lisa sudah menyelesaikan urusan pembayaran dan duduk disalah satu sofa ruang tunggu sambil memainkan handphone. Jaket tebal berwarna biru dongker dengan bulu-bulu putih dibagian hoodienya kontras dengan warna kulit lisa dan membuat, ntah menurut gw, lisa keliatan lebih cerah. Celana dan sepatu gunung yang dia pakai sekilas bikin lisa terlihat seperti cewek gunung yang strong, padahal ya nanti yang bakal direpotin juga gw dan budi. Dan alasan kenapa dia lepas jilbab masih belum gw tahu sejak pertama kali bertemu di bandara soekarno hatta dan sekarangpun bukan waktu yang pas buat menanyakan hal ini ke lisa.
“Ayo kita berangkat” lisa yang sadar akan keberadaan gw, budi, dan vivi tiba-tiba berdiri. “Semua udah gw bayar. Gw juga udah mesen taksi buat ke terminal, taksinya lagi nunggu diluar sekarang, bud coba cek dulu supirnya”
“Oke” budi menjawab sambil langsung menuju keluar. Dia, sama seperti gw pakai setelan jaket tebal dan kupluk berwarna biru untuk menahan dingin. Gw? Gw pakai jaket kombinasi hoodie + parasut dengan warna putih dan hijau tanpa kupluk atau
“Ranselnya?” gw langsung mengingatkan lisa tentang ransel yang susah payah gw bawa turun dari lantai 3.
“Ren, tinggal dikit lagi buat nyampe taksi” lisa memelas. “Itu taksinya udah nunggu diluar, ren”
“Fine” gw jawab. “Kalau bukan karena alasan untuk gerak mungkin ini ransel masih gw tinggalin diatas”
“Bodo amat” lisa menjawab sambil berjalan bersampingan dengan vivi yang sibuk memainkan handphone.”yang penting dibawain. Eh vi, lu bawa kamera kan?”
“Bawa dong” vivi menjawab sambil tersedikit melirik kearah lisa. Lorong keluar penginapan ini sekarang mulai terasa dingin, suhu diluar mulai terasa masuk dari pintu keluar penginapan. “Nih gw gantungin, gw kan tim foto-foto bareng rendy”
“Sejak kapan kita bentuk tim foto-foto” gw yang berjalan dibelakang mereka protes.
“Ren, sebelum semuanya dimulai gw pengen ngasih tau lu dulu sesuatu.” lisa tiba-tiba berhenti dan melirik kearah gw.
“Apa?” gw jawab sambil terpaksa ikut menghentikan langkah karena lisa ada didepan gw. “Apa yang mau lu kasih tau ke gw?”
“Semua bentuk foto yang nanti lu ambil” lisa berkata sambil menatap mata gw “jangan sampai ada yang diupload ke sosmed, satupun jangan sampe. Lagian gw juga gak punya sosmed apa-apa”
“Oke” gw jawab singkat. “ udah? Bisa lanjut jalan? Katanya bisnya sebentar lagi berangkat? Kita jam segini aja belum nyampe terminal.”
“Lis, cepeeeet” suara vivi terdengar dari luar. Samar terlihat kalau budi dan vivi udah didalem taksi. Budi duduk dikursi depan.
“Jangan arah-arahin kamera kearah gw pokoknya” lisa menambahkan sebelum akhirnya berjalan kembali kearah taksi. Diluar sudah mulai cerah tapi udara masih terasa dingin. Beberapa penduduk lokal mulai melakukan aktifitas. Bendera-bendera kotak persegi berwarna-warni dengan berbagai macam tulisan sangat banyak digantung dilangit-langit jalan antar 2 bangunan. Petualangan di nepal dimulai, hari ini.
regmekujo dan rendicf memberi reputasi
3
![Cerita Kita Untuk Selamanya 2 : Harpocrates [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2020/05/16/6035474_202005160112400749.png)
Cerita kita untuk selamanya: HARPOCRATES [A SEKUEL]