- Beranda
- Stories from the Heart
Warna Luka
...
TS
andmse
Warna Luka
Spoiler for Cover:
Hallo agan-agan dan mba-mba dan kakak-kakak dan semuanya...
Sebelumnya saya mau minta izin terutama untuk sesepuh SFTH buat bikin thread disini hehe...
Setelah sekian lama jadi silent reader, dan berbanjuran air mata terus lama-lama terinspirasi buat berani nulis...tadinya sempet bingung buat index part , bodoh bgt yak? haha... sampe akhirnya bisa dan langsung semangat buat nerusin nulis lagi hehe curhat

Ini cerita tentang laki-laki yang cenderung cupu dengan yang namanya cinta cieelahh...
Maaf kalau penulisannya kurang rapih... sambil dibantu yak hehe biar bisa lebih baik lagi...
Spoiler for Prolog:
Index Part:
Part 1
Part 2
Part 3 ( Tentang Sebuah Nama )
Part 4
Part 5
Part 6 ( Sekolah, Murid Baru, Bintang Sekolah )
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10 ( Sosok Yang Tak Terduga )
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15 ( MABIS "Masa Bimbingan Siswa" )
Part 16
Part 17 ( Akhrinya )
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24 ( Cedera )
Part 25
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 6 suara
Bagaimana Ending Cerita Ini ?
Happy Ending
33%
Sad Ending
67%
Diubah oleh andmse 20-04-2019 00:42
jonet1994 dan 27 lainnya memberi reputasi
26
13.7K
121
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
andmse
#44
Part 16
Ketika dirumah, aku langsung masuk kekamar dan tiduran.
"Drett...dreett" hp ku bergetar menunjukan ada notifikasi pesan.
Ternyata dari Diva.
"Makasih loh tadi hehe" Kata Diva.
"Ko lo bisa jadi anggota osis sih?" Kataku. Dan tak ada jawaban sama sekali darinya, lalu kutinggal tidur saja.
"Dek bangun... makan dulu" Kata Bunda.
Lalu aku terbangun karena suara bunda.
"Bentar-bentar... nyawa gue kemana ni satu lagi" Gumamku.
Lalu aku menuju dapur untuk makan.
"Bun... Sherin belum pulang?" Tanyaku.
"Belum... kan dia OSIS dek, jadi nyiapin persiapan buat besok lagi" Kata Bunda.
"Hah? Sherin OSIS bun?"
"Sejak kapan?... kok aku gak liat dia tadi... sama kayak Diva" Kataku.
"Kamu gak tau dek?" Kata Bunda.
"Gak tau bun hehe" Kataku.
"Eh gimana kamu sama Diva?" Kata Bunda .
"Gimana apanya bun?" Kataku.
"Bunda kira kamu pacaran sama dia" Kata Bunda.
"Ngaco nih Bunda, orang aku gak pacaran sama dia" Kataku.
"Padahal dia itu baik loh anaknya, ramah, pinter masak, cantik pula... Bunda sih setuju kalau kamu sama dia hehe" Kata Bunda.
"Bener bun? Bunda setuju?"
"Yaudah nanti, besok aku pacarin deh haha" Kataku.
"Husss... enak banget ya ngomongnya, belum tentu dia mau sama kamu haha"
"Kalau kamu pacaran gak boleh macem-macem... jangan sampe ngecewain dia, gak boleh ngecewain Bunda" Kata Bunda.
"Siap bun siap" Kataku.
Lalu aku melanjutkan makanku.
Setelah makan, aku kerumah Alfy untuk menyiapkan apa saja yang perlu dibawa besok.
"Cuk... ini buah sedih apaan deh?" Kataku.
"Apaa yaaa?" Kata Alfy.
"Lah lo malah nanya lagi"
"Coba kabarin si Rakha suruh kesini" Kataku.
"Oke bentar" Kata Alfy.
Tak lama sekitar 5 menit, Rakha datang.
"Ada apa wahai sobat-sobat jomblo?" Kata Rakha.
"Ini buah sedih apaan ?" Kataku.
"Masa lo gak tau"
"Buah sedih itu apel malang" Kata Rakha.
"Lah baru tau gue haha" Kataku.
"Kenapa lo gak tanya Diva aja na" Kata Alfy.
"Sms gue aja gak dibalas" Kataku.
"Sibuk dia tuh" Kata Rakha.
Esoknya kami datang lebih awal dari sebelumnya, takut dihukum lagi. Lalu kami langsung masuk barisan dilapangan, sambil menunggu yang lain.
Aku langsung duduk dibarisan yang sesuai nomor urutku.
Tak lama datang seorang perempuan datang.
"Haii... ko tumben lo udah dateng?" Kata Gadisya.
"Eh iyaa dis... takut dihukum lagi gue hehe" Kataku.
Oh iya aku belum cerita tentang Gadisya... namanya Amandea Gadisya, dia ini cantik, manis... dengan matanya yang indah. Dia ini keturunan jepang, jadi neneknya orang jepang yang menikah dengan kakeknya orang Indonesia. Kalian tau lah ya gimana muka-muka cewek cantik jepang hehe.
"Nanti lo rapihin barisannnya ya...lo kan ketuanya" Kata Mutiara yang datang dari belakang.
"Siap ka" Kataku.
Lalu aku melihat kebelakang, dan berapihkan barisanku, layaknya ketua atau pemimpin barisan hehe.
Lalu kami melaksanakan Apel pagi seperti biasanya, dan ada sambutan dari kepolisian yang memberikan materi dan arahan.
Setelah Apel pagi selesai, kami menuju kelas.
"Oh iyaa, kumpulkan barang bawaan yang kemarin sudah disuruh" Kata Mutiara.
Lalu kami mengumpulkan barang-barangnya.
"Lo kenapa deh?" Kataku kepada Gadisya karena terlihat diam saja.
"Gue gak bawa buah sedih..." Kata Gadisya.
"Ohh...yaudah nih, kebetulan gue bawa lebih" Kataku sambil menaruh buah tersebut kemejanya.
"Tapii..." belum selesai dia berbicara langsung kupotong.
"Udahh gapapa, lagian juga kan gua bawa lebih, terus gue juga ketua dikelas ini, nanti kalo ada apa-apa gue lagi yang diomelin hehe" Kataku.
"Makasih na" Kata Gadisya.
Hari- hari selanjutnya ketika MABIS kami melakukan kegiatan yang sama seperti hari sebelumnya, dan banyak kejadian yang biasa-biasa aja. Karena memang MABIS itu ya begitu hehe.
Aku skip aja ya ke hari selanjutnya.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah.
Aku yang kesiangan, langsung buru-buru kesekolah naik motor.
"Ah untung aja belum bel masuk" gumamku saat diparkiran motor.
Lalu aku langsung masuk kelas.
"Wahh kampret, trus gue duduk dimana dong?" Kataku ketika melihat Alfy dan Rakha sudah duduk sebangku dibarisan belakang.
"Lo sih telat, siapa cepat dia dapat na hehe" Kata Alfy.
"Gue kesiangan anjir" Kataku.
"Na... duduk sama gue aja masih kosong ko" Kata Gadisya.
Mendengar ajakan ajakan Gadisya kawan-kawanku langsung berubah pikiran.
"Na.. na ni kosong nih... lo duduk sini aja sama Rakha" Kata Alfy.
"Dih apaan lo... lo aja duduk sini sama si Warna" Kata Rakha.
"Ahh bullshit lo pada" Kataku.
Lalu aku duduk disebelah Gadisya.
Emang yaa rezeki mah gak kemana hehe.
Tak lama ada Wali kelas kami masuk, Wali kelas ku seorang perempuan yang masih muda, dan cantik pula betah deh nih dikelas ini haha.
"Assalamualaikum wr.wb" Kata Bu Fatwa.
"Wa'alaikumsalam wr.wb" Jawab anak murid.
"Perkenalkan nama saya Fatma, saya wali kelas kalian" Kata Bu Fatwa.
"Kalian sudah bikin susunan pengurus kelas?" Kata Bu Fatwa.
"Belum bu..." Kata anak-anak kelas.
"Ya sudah siapa yang mau mau jadi ketua kelasnya?" Kata Bu Fatwa.
"Warna bu" Kata Alfy.
"Dih apaan lu" Kataku sambil melihat ke Alfy.
"Iyaa bu Warna aja" Kata anak-anak.
"Warna yang mana ya?" Kata Bu Fatwa.
"Saya bu..." Kataku sambil mengangkat tangan.
"Hmmm... ya sudah kamu ya yang jadi ketua kelas, yang lain milih kamu soalnya" Kata Bu Fatwa.
Aku hanya mengangguk, bingung mau ngapain... aku yang dari dulu kalau sekolah cuma ingin tenang-tenang saja tanpa ingin terlibat menjadi apa-apa dan sekarang malah jadi Ketua Kelas. Mungkin juga aku harus mulai suatu perubahan, agar hidupku tak di situ-situ saja.
"Yaudah, nanti kalian bikin ya susunan pengurus kelasnya... ibu permisi dulu... Assalamualaikum wr.wb" Kata Bu Fatwa.
"Iyaa buu... Wa'alaikumsalam" Kata anak-anak kelas.
"Na... siapa aja nih yang jadi pengurusnya?" Kata Rakha.
"Ya mana tau gue, gue belum pernah jadi beginian" Kataku.
"Lu kan kan ketua cuk" Kata Alfy.
"Gini aja deh..."
"Wakilnya si Arya aja, Sekertaris cewek deh siapa yang rajin, dan Bendahara kalau bisa yang galak ya hehe" Kataku.
"Gimana ya?" Tanya ku ke Arya.
"Yaudah oke" Kata Arya.
"Gue jadi Bendahara deh" Kata Gadisya.
"Yakin??" Kataku.
"Gue gini-gini galak loh hehe" Kata Gadisya.
"Kalau bendahara galak yang kayak begini mah setuju gua haha" Alfy.
"Dasar lo" Kataku.
Lambat laun, kami pun menjadi lebih akrab... karena ya mau bagaimana lagi, kita satu kelas harus punya rasa kebersamaan, rasa solidaritas. Agar betah dikelas, nyaman. Anggap kelas ini adalah rumah, dan teman-teman adalah keluarga. Oh iya satu lagi, disekolahku, sampai lulus kelasnya tak berganti, jadi anak-anaknya tetap ini-ini saja. Awalnya mungkin terlihat gak seru, tapi lama-lama menjadi yang kukatakan tadi, seperti keluarga.
Ketika dirumah, aku langsung masuk kekamar dan tiduran.
"Drett...dreett" hp ku bergetar menunjukan ada notifikasi pesan.
Ternyata dari Diva.
"Makasih loh tadi hehe" Kata Diva.
"Ko lo bisa jadi anggota osis sih?" Kataku. Dan tak ada jawaban sama sekali darinya, lalu kutinggal tidur saja.
"Dek bangun... makan dulu" Kata Bunda.
Lalu aku terbangun karena suara bunda.
"Bentar-bentar... nyawa gue kemana ni satu lagi" Gumamku.
Lalu aku menuju dapur untuk makan.
"Bun... Sherin belum pulang?" Tanyaku.
"Belum... kan dia OSIS dek, jadi nyiapin persiapan buat besok lagi" Kata Bunda.
"Hah? Sherin OSIS bun?"
"Sejak kapan?... kok aku gak liat dia tadi... sama kayak Diva" Kataku.
"Kamu gak tau dek?" Kata Bunda.
"Gak tau bun hehe" Kataku.
"Eh gimana kamu sama Diva?" Kata Bunda .
"Gimana apanya bun?" Kataku.
"Bunda kira kamu pacaran sama dia" Kata Bunda.
"Ngaco nih Bunda, orang aku gak pacaran sama dia" Kataku.
"Padahal dia itu baik loh anaknya, ramah, pinter masak, cantik pula... Bunda sih setuju kalau kamu sama dia hehe" Kata Bunda.
"Bener bun? Bunda setuju?"
"Yaudah nanti, besok aku pacarin deh haha" Kataku.
"Husss... enak banget ya ngomongnya, belum tentu dia mau sama kamu haha"
"Kalau kamu pacaran gak boleh macem-macem... jangan sampe ngecewain dia, gak boleh ngecewain Bunda" Kata Bunda.
"Siap bun siap" Kataku.
Lalu aku melanjutkan makanku.
Setelah makan, aku kerumah Alfy untuk menyiapkan apa saja yang perlu dibawa besok.
"Cuk... ini buah sedih apaan deh?" Kataku.
"Apaa yaaa?" Kata Alfy.
"Lah lo malah nanya lagi"
"Coba kabarin si Rakha suruh kesini" Kataku.
"Oke bentar" Kata Alfy.
Tak lama sekitar 5 menit, Rakha datang.
"Ada apa wahai sobat-sobat jomblo?" Kata Rakha.
"Ini buah sedih apaan ?" Kataku.
"Masa lo gak tau"
"Buah sedih itu apel malang" Kata Rakha.
"Lah baru tau gue haha" Kataku.
"Kenapa lo gak tanya Diva aja na" Kata Alfy.
"Sms gue aja gak dibalas" Kataku.
"Sibuk dia tuh" Kata Rakha.
Esoknya kami datang lebih awal dari sebelumnya, takut dihukum lagi. Lalu kami langsung masuk barisan dilapangan, sambil menunggu yang lain.
Aku langsung duduk dibarisan yang sesuai nomor urutku.
Tak lama datang seorang perempuan datang.
"Haii... ko tumben lo udah dateng?" Kata Gadisya.
"Eh iyaa dis... takut dihukum lagi gue hehe" Kataku.
Oh iya aku belum cerita tentang Gadisya... namanya Amandea Gadisya, dia ini cantik, manis... dengan matanya yang indah. Dia ini keturunan jepang, jadi neneknya orang jepang yang menikah dengan kakeknya orang Indonesia. Kalian tau lah ya gimana muka-muka cewek cantik jepang hehe.
"Nanti lo rapihin barisannnya ya...lo kan ketuanya" Kata Mutiara yang datang dari belakang.
"Siap ka" Kataku.
Lalu aku melihat kebelakang, dan berapihkan barisanku, layaknya ketua atau pemimpin barisan hehe.
Lalu kami melaksanakan Apel pagi seperti biasanya, dan ada sambutan dari kepolisian yang memberikan materi dan arahan.
Setelah Apel pagi selesai, kami menuju kelas.
"Oh iyaa, kumpulkan barang bawaan yang kemarin sudah disuruh" Kata Mutiara.
Lalu kami mengumpulkan barang-barangnya.
"Lo kenapa deh?" Kataku kepada Gadisya karena terlihat diam saja.
"Gue gak bawa buah sedih..." Kata Gadisya.
"Ohh...yaudah nih, kebetulan gue bawa lebih" Kataku sambil menaruh buah tersebut kemejanya.
"Tapii..." belum selesai dia berbicara langsung kupotong.
"Udahh gapapa, lagian juga kan gua bawa lebih, terus gue juga ketua dikelas ini, nanti kalo ada apa-apa gue lagi yang diomelin hehe" Kataku.
"Makasih na" Kata Gadisya.
Hari- hari selanjutnya ketika MABIS kami melakukan kegiatan yang sama seperti hari sebelumnya, dan banyak kejadian yang biasa-biasa aja. Karena memang MABIS itu ya begitu hehe.
Aku skip aja ya ke hari selanjutnya.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah.
Aku yang kesiangan, langsung buru-buru kesekolah naik motor.
"Ah untung aja belum bel masuk" gumamku saat diparkiran motor.
Lalu aku langsung masuk kelas.
"Wahh kampret, trus gue duduk dimana dong?" Kataku ketika melihat Alfy dan Rakha sudah duduk sebangku dibarisan belakang.
"Lo sih telat, siapa cepat dia dapat na hehe" Kata Alfy.
"Gue kesiangan anjir" Kataku.
"Na... duduk sama gue aja masih kosong ko" Kata Gadisya.
Mendengar ajakan ajakan Gadisya kawan-kawanku langsung berubah pikiran.
"Na.. na ni kosong nih... lo duduk sini aja sama Rakha" Kata Alfy.
"Dih apaan lo... lo aja duduk sini sama si Warna" Kata Rakha.
"Ahh bullshit lo pada" Kataku.
Lalu aku duduk disebelah Gadisya.
Emang yaa rezeki mah gak kemana hehe.
Tak lama ada Wali kelas kami masuk, Wali kelas ku seorang perempuan yang masih muda, dan cantik pula betah deh nih dikelas ini haha.
"Assalamualaikum wr.wb" Kata Bu Fatwa.
"Wa'alaikumsalam wr.wb" Jawab anak murid.
"Perkenalkan nama saya Fatma, saya wali kelas kalian" Kata Bu Fatwa.
"Kalian sudah bikin susunan pengurus kelas?" Kata Bu Fatwa.
"Belum bu..." Kata anak-anak kelas.
"Ya sudah siapa yang mau mau jadi ketua kelasnya?" Kata Bu Fatwa.
"Warna bu" Kata Alfy.
"Dih apaan lu" Kataku sambil melihat ke Alfy.
"Iyaa bu Warna aja" Kata anak-anak.
"Warna yang mana ya?" Kata Bu Fatwa.
"Saya bu..." Kataku sambil mengangkat tangan.
"Hmmm... ya sudah kamu ya yang jadi ketua kelas, yang lain milih kamu soalnya" Kata Bu Fatwa.
Aku hanya mengangguk, bingung mau ngapain... aku yang dari dulu kalau sekolah cuma ingin tenang-tenang saja tanpa ingin terlibat menjadi apa-apa dan sekarang malah jadi Ketua Kelas. Mungkin juga aku harus mulai suatu perubahan, agar hidupku tak di situ-situ saja.
"Yaudah, nanti kalian bikin ya susunan pengurus kelasnya... ibu permisi dulu... Assalamualaikum wr.wb" Kata Bu Fatwa.
"Iyaa buu... Wa'alaikumsalam" Kata anak-anak kelas.
"Na... siapa aja nih yang jadi pengurusnya?" Kata Rakha.
"Ya mana tau gue, gue belum pernah jadi beginian" Kataku.
"Lu kan kan ketua cuk" Kata Alfy.
"Gini aja deh..."
"Wakilnya si Arya aja, Sekertaris cewek deh siapa yang rajin, dan Bendahara kalau bisa yang galak ya hehe" Kataku.
"Gimana ya?" Tanya ku ke Arya.
"Yaudah oke" Kata Arya.
"Gue jadi Bendahara deh" Kata Gadisya.
"Yakin??" Kataku.
"Gue gini-gini galak loh hehe" Kata Gadisya.
"Kalau bendahara galak yang kayak begini mah setuju gua haha" Alfy.
"Dasar lo" Kataku.
Lambat laun, kami pun menjadi lebih akrab... karena ya mau bagaimana lagi, kita satu kelas harus punya rasa kebersamaan, rasa solidaritas. Agar betah dikelas, nyaman. Anggap kelas ini adalah rumah, dan teman-teman adalah keluarga. Oh iya satu lagi, disekolahku, sampai lulus kelasnya tak berganti, jadi anak-anaknya tetap ini-ini saja. Awalnya mungkin terlihat gak seru, tapi lama-lama menjadi yang kukatakan tadi, seperti keluarga.
1