- Beranda
- Stories from the Heart
Tanah Pemakaman (Zombie Apocalypse Survival)
...
TS
irazz1234
Tanah Pemakaman (Zombie Apocalypse Survival)
Met pagi momodku tercinta dan met pagi juga kaskuser semua.
Kali ini gw mau bikin cerita yang bertema Horror Survival Zombie Apocalypse.
Tema cerita yang cukup jarang ada di Kaskus SFTH
Oh iya, gw juga sempet bikin cerita yang bertema sama di sini (masih on going). Jadi sambil nunggu apdetan, kalian bisa juga ikut baca thread gw yang lain
Dunia Para Monster (Zombie Apocalypse Story)
Bagi mereka yang bosan dengan tema cinta-cintaan, boleh mantengin thread gw yang satu ini
Anyway, selamat membaca
Chapter 0 : Prologue
Chapter 1 : A Brave New World
Chapter 2 : Hard Road Ahead
Chapter 3 : Old Friend
Chapter 4 : A Bargain
Chapter 5 : Family Ties
Chqpter 6 : Carry Me Home
Chapter 7 : See No Evil
Chapter 8 : Crossing Over
Chapter 9 : Unto Himself
Chapter 10 : The Doctor Is Out
Chapter 11 : Home Sweet Home
Chapter 12 : Mindless Over Matter
Chapter 13 : Awakening
Chapter 14 : Home, Sweet Home
Chapter 15 : This Is My Country
Chapter 16 : A Small World
Chapter 17 : A Moving Day
Kali ini gw mau bikin cerita yang bertema Horror Survival Zombie Apocalypse.
Tema cerita yang cukup jarang ada di Kaskus SFTH
Oh iya, gw juga sempet bikin cerita yang bertema sama di sini (masih on going). Jadi sambil nunggu apdetan, kalian bisa juga ikut baca thread gw yang lain

Dunia Para Monster (Zombie Apocalypse Story)
Bagi mereka yang bosan dengan tema cinta-cintaan, boleh mantengin thread gw yang satu ini

Anyway, selamat membaca

Spoiler for INDEX STORY:
Chapter 0 : Prologue
Chapter 1 : A Brave New World
Chapter 2 : Hard Road Ahead
Chapter 3 : Old Friend
Chapter 4 : A Bargain
Chapter 5 : Family Ties
Chqpter 6 : Carry Me Home
Chapter 7 : See No Evil
Chapter 8 : Crossing Over
Chapter 9 : Unto Himself
Chapter 10 : The Doctor Is Out
Chapter 11 : Home Sweet Home
Chapter 12 : Mindless Over Matter
Chapter 13 : Awakening
Chapter 14 : Home, Sweet Home
Chapter 15 : This Is My Country
Chapter 16 : A Small World
Chapter 17 : A Moving Day
Diubah oleh irazz1234 16-06-2019 09:37
nomorelies dan 12 lainnya memberi reputasi
13
6.7K
Kutip
46
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
irazz1234
#3
Chapter 3 : Old Friend
Spoiler for :
Malam itu terdengar sunyi saat para jurnalis itu pergi meninggalkan kantor mereka. Bukan hanya sunyi karena tidak ada mobil yang melintas di jalanan, namun benar-benar sunyi.
Tidak ada suara pun terdengar saat mereka berjalan menyusuri jalan aspal yang telah mereka lalui berkali-kali saat pergi bekerja menuju kantor, jalanan terasa asing dan aneh. Tidak ada gonggongan anjing, kicauan burung, meskipun bukan hal yang mengejutkan kalau zombie juga memakan hewan selain manusia. Angin pun tak berhembus, seolah takut untuk memecah kesunyian malam ini.
Dan yang paling jelas adalah, tidak ada suara erangan.
Ketujuh orang manusia itu, mungkin adalah manusia terakhir yang tidak terinfeksi di negara bagian ini, merasa tidak nyaman akan keheningan yang mereka alami. Tidak ada erangan bukan berarti tidak ada zombie. Hanya saja mereka tidak dapat mendengarnya.
Saat mereka tengah berjalan menyusuri jalan raya, Jake dan kawan-kawan mengamati bangunan yang ada di sekitarnya. Sebelum bencana ini terjadi, cahaya dari bangunan ini dapat merubah malam menjadi siang saking terangnya.
"Berhati-hatilah mulai dari sekarang. Tetaplah waspada." Gumam Jake pelan sambil memeriksa keadaan sekeliling. Bersiap jikalau ada serangan mendadak.
"Kau berkata apa barusan, sayang?" Tanya istrinya, Sarah.
"Tidak ada, hanya berbicara kepada diriku sendiri." Jawab Jake.
Meskipun suara mereka terdengar seperti bisikan, pria yang ada di depan mereka, yang tertutup baju pelindung, tiba-tiba berhenti lalu berbalik ke arah Jake dan Sarah. Kaca pada maskernya yang berwarna merah, membuatnya terlihat seperti prajurit dari planet lain. Ia meletakkan jari telunjuknya di bibir, menandakan agar tidak ada yang boleh bersuara, lalu menunjuk ke arah hutan di sekeliling mereka.
Dalam bayang-bayang cahaya bintang, terlihat beberapa sosok yang bergerak dengan langkah gontai di sela-sela pepohonan. Jarak mereka cukup jauh, dan sepertinya mereka tidak menyadari akan adanya delapan orang yang berjalan menyusuri jalan raya. Siluet tubuh mereka yang tidak ubahnya seperti manusia dapat terlihat jelas, bergerak perlahan diantara pepohonan. Tidak ada erangan yang terdengar, tapi Jake dan yang lainnya dapat membayangkan bagaimana suaranya.
Semua mata terbelalak, kelompok kecil itu melihat sesuatu diluar pemikiran mereka. Bukannya mereka tidak yakin bahwa pria asing ini memiliki kendaraan, tapi ini, agak sedikit tidak normal.
Sebuah bis sekolah, yang dicat hitam. Bukan dengan maksud melambangkan kematian, tapi untuk mencegah mereka yang masih hidup mencurinya, dan barang berharga seperti ini harus dapat disembunyikan. Ada dua orang lagi yang berdiri di atas bis itu, yang juga mengenakan baju pelindung. Kedua buah lampu bis pun menyala dengan terang, menyorot kearah Jake dan teman-temannya. Suara klik yang berasal dari pengaman sebuah pistol yang dimatikan turut terdengar, yang menandakan bahwa ada senjata yang juga turut ditodongkan kepada mereka.
Pria asing itu lalu mengambil senter dari sabuknua., Lalu menyalakan dan mematikannya sebanyak tiga kali, dua pendek dan satu panjang. Sinyal dari pria itu telah diterima, lampu dari bis berkedip sekali. Tandanya Jake dan kawan-kawan diijinkan mendekati kendaraan.
Saat mereka sudah mendekati bis, pria itu berhenti, lalu berbalik dengan sebuah pistol di tangannya. Dua orang yang berada diatasnya bis juga menodongkan senjatanya ke arah tujuh orang yang baru saja datang.
"Apa maksudnya ini?" Tanya Jake, ketakutan, dengan nada sedikit marah karena merasa bahwa perjalanan mereka kesini sia-sia.
"Salah satu dari kalian telah terinfeksi." Kata salah seorang pria dengan nada yang sangat yakin.
Yang lain lalu berbalik arah dan melihat kepada Greg. Setelah kejadian itu, Kaitlin membebat luka di tangan Greg dengan baju miliknya, namun darahnya terlihat menembus. Dia terlihat gugup dan gemetar, bulir keringat terlihat membasahi tubuhnya. Tidak jelas apakah itu berasal dari infeksi yang mulai menjalar, atau berasal dari rasa takutnya.
Jake melihat ke arah pra yang menodongkan pistolnya. "Tunggu, tunggu sebentar, kau tidak harus melakukannya."
Pengaman pistol yang dimatikan pertanda pria itu tidak setuju. "Lalu apa saranmu, bung? Mengoleskan antiseptik pada lukanya dan berharap ia akan baik-baik saja?"
"Iya, maksudku tidak, maksudku, tunggu sebentar, oke? Dia adalah teman kami, dan kami akan mengurusnya." Jawab Jake gugup.
Sosok pria itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Baiklah kalau begitu." Ucap pria itu, lalu menembakkan sebutir peluru di dahi Greg.
Yang lainnya mendelik ngeri saat melihat Greg rubuh ke tanah, serpihan otak dan darah terlihat berada di sekitar kepalanya. Tatapan matanya melotot karena terkejut, seolah berharap dia akan bertahan hidup.
Tanpa ekspresi wajah yang terlihat, pria yang telah menyelamatkan Greg lalu membunuhnya, kini jelas sudah. "Sekarang kalian bisa mengurusnya, kalian bisa menguburnya dengan layak."
Jake menatap Greg yang telah terbujur kaku diatas aspal, lalu menatap pria yang berdiri mengenakan baju pelindung hitam di depannya, sambil mengangkat senjatanya tinggi-tinggi, bersiap untuk menyerang balik.
Disaat yang sama, Jake tiba-tiba mendapati dirinya telah tersungkur dengan wajah menghadap tanah, dengan sebuah sepatu boots menginjak punggungnya, dan moncong senjata yang digunakan untuk membunuh Greg, kini berada di lehernya. Rasa panas dari ujung senjata itu membakar kulitnya.
Suara klik terdengar jelas di telinga Jake. "Ketahui ini." Kata pria itu, sambil berbisik, seolah hanya ingin Jake yang mendengarnya. "Aku akan melakukan apapun untuk memastikan keberlangsungan hidup setiap orang di planet ini yang belum terinfeksi. Tapi jangan pernah berpikir sedikit pun bahwa aku akan melakukan hal bodoh seperti yang kau lakukan, mengorbankan kita semua demi seseorang yang sudah akan menuju kematian."
Tanpa menunggu jawaban dari Jake, pria itu berdiri lalu memberi tanda kepada dua orang diatas yang membawa senapan untuk masuk kedalam bis. "Jika kau ingin ikut, maka sekaranglah saatnya. Para penduduk lokal disinitidak mengenal lelah." Ucapnya, sambil menengadahkan kepalanya kearah hutan.
Yang lain lalu melihat kearah yang ditujukan pria itu, dan benar saja, sesosok makhluk sedang berjalan menuju arah mereka berada. Sarah membantu Jake berdiri, sebuah pertanyaan tanpa suara terlihat diantara mereka. Jake mengangguk, merekapun menuju kedalam bis, dengan keraguan di setiap langkah.
"Buah senjata kalian." Ucap salah seorang pria yang membawa shotgun, pria kurus, dan agak tua dengan suara yang terdengar seperti seseorang yang sudah berpengalaman.
"Bagaimana jika kita dijebak?" Tanya James.
"Tanya mereka." Jawab pria tua itu singkat. "Para Undead tidak akan repot bertanya jika aku memberikan mereka makan tujuh orang manusia yang masih hidup."
Jake adalah orang pertama yang membuang senjatanya, wajahnya terlihat kehilangan, seolah ia telah kehilangan ginjalnya daripada sebuah potongan kayu Mahogany. Setelah mereka semua berada di dalam, orang keempat yang juga mengenakan baju pelindung, mulai menyalakan mesin, dan bis itu mulai bergerak, meninggalkan sebuah gudang toko yang sudah habis dijarah. Para Undead terlihat memenuhi jalan raya di depan, namun bagi bis yang mulai melaju, mereka hanyalah sebuah 'polisi tidur'.
Untuk beberapa waktu, tidak ada seorangpun yang bersuara. Suara dari lusinan zombie yang terlindas di atas aspal, menjadi suara yang menenangkan setelah sekian lama mereka hanya mendengar suara monoton dari erangan zombie selama dua bulan sebagai suara latar belakang.
Sang pembunuh Greg lah yang mulai berbicara. "Baiklah semuanya, kalian semua harus diperiksa seluruh tubuh."
"Diperiksa? Apa maksudmu?" Tanya Sarah.
"Kalian semua terlihat sehat, tapi kami harus memeriksa kalian sampai kami yakin kalian tidak terinfeksi." Jawab pria itu, lalu melambaikan tangannya kepada seseorang.
Yang lain lalu berbalik untuk melihat sosok orang kelima, yang juga mengenakan baju pelindung, di depan mereka, namun kali ini jelas bahwa sosok itu adalah seorang wanita. Pria yang membawa senapan lalu menarik gorden yang menutup bagian belakang bis itu. "Masuk kedalam dan lepas pakaian kalian. Kami harus memeriksa dari kepala sampai kaki. Untuk memastikan kalian tidak menyembunyikan cakaran atau gigitan apapun."
"Apa kalian berpikir bahwa kami akan benar-benar menanggalkan pakaian disini?" Protes James.
Photographer itu merasakan ada senjata yang ditodongkan kebelakang kepalanya sebelum ia bertanya lebih lanjut. "Turuti kami, atau pilih jalan raya. Percaya padaku, kau tidak akan mau memilih jalan raya." Kata pria yang membawa senapan. Sambil membuat gerakan kearah ratusan Undead yang kelaparan, yang mencoba untuk mengejar bis itu.
Satu-persatu keenam jurnalis itu diperiksa seluruh tubuh layaknya hewan ternak. Meskipun tidak ada yang dapat dilihat dibalik masker dan baju pelindung, namun mereka dapat merasakan ketidak nyamanan penolong mereka. Hanya ketika sosok wanita itu menunjukkan jempolnya, baru mereka merasa dapat terlihat tenang. "Baiklah, sudah semuanya. Hmm... Bagaimana mengatakannya, di dalam bis ini, kami memiliki stok makanan dan air," katanya, sambil menunjuk kearah sebuah lemari pendingin dan beberapa kontainer besi. "Plus beberapa potong pakaian baru, jika kalian ingin merasa lebih segar."
Tidak ada satupun dari keenam jurnalis itu yang berbicara saat makan dan minum. Mereka tidak mengganti pakaian, karena mereka tidak mau untuk telanjang dua kali. Hanya Jake yang mencoba untuk memulai percakapan, dengan pembunuh temannya, dan juga sebagai pemimpin kelompok.
"Kau seharusnya membiarkan kami mengurus teman kami. Segalanya mungkin akan terlihat baik." Ucap Jake.
Untuk sesaat pria itu tidak menjawab apapun. Hanya pada saat Jake akan pindah, baru ia mulai berbicara. "Aku sudah pernah melihat dan mengalaminya, ketika pilihan itu diputuskan oleh orang yang lemah. Berkurangnya populasi."
"Dia adalah teman kami." Sahut Jake. "Tanggung jawab kami."
"Pilihan yang tidak akan pernah kau alami." Jawab pria itu. "Dan percayalah, kau tidak akan mau mengalaminya."
Jake menatap pria itu lekat-lekat, air mata menetes di pipinya saat bayangan tentang Chris terlintas di benaknya. "Aku sudah pernah mengalaminya."
Wajah yang tertutup masker itu membalas tatapannya. "Pasti itu Chris, bukan?"
Mata Jake terbelalak mendengar ucapan pria itu. "Apa?"
Satu peraatu, kelima orang itu melepaskan helm dan maskernya, menampakkan wajah manusia biasa, namun ada sedikit perbedaan yang cukup krusial. Mereka adalah veteran, orang-orang yang telah menyaksikan banyak kematian. Yang wanita terlihat masih berumur dua puluhan, dan salah seorang pria yang nampaknya sudah berumur lebih dari enam puluh tahun. Jake berbalik untuk melihat wajah dari pemimpin mereka, dan melihat sebuah wajah yang tidak asing baginya, sebuah wajah yang ia pikir takkan pernah dilihatnya lagi.
Matthew Ericsson.
Matthew hanya bisa tersenyum. "Maaf telah mengecewakan kalian."
kudo.vicious dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas