TS
ibliss666
Cerita dan Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca agar Agan Sista Makin Kaya
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA




Jadi Bos itu Penting
Belajar untuk jadi Bos itu Perlu
Mulailah Dari Sini
Membaca Bersama Saya


Quote:
INDEX
Pengalaman bisnis Popok Kain
Think Big
Bisnis Melalui Instagram
Bisnis Hewan Qurban
Jas Hujan Muslimah
Kue
Mie Akhirat
Dasar Digital Marketing
Upgrade Bisnis dengan Coaching
Brand Identity
Branding Fast Changing Product
Pentingnya Tim
Strategi Bisnis Turun Temurun
Penyegaran Bisnis
Meningkatkan Daya Saing UKM
Sinergi Bisnis Online & Offline
Menentukan Bisnis dari DNA kita sendiri
Menjual Tanpa Bicara
Branding Wisata Indonesia
Zalfa Kosmetik
Menemukan Pelanggn, BUKAN pembeli
Billboard Jaman Sekarang
FOODTRUCK
Membangun Bisnis tanpa HUTANG
Marketing Plan
cairo food
5 syarat sukses bisnis online
Business Foundation
Pembukuan
Leads
Panen saat Lebaran
Perlakuan Terhadap Konsumen
Good to Read
Ghost Kitchen
Perjuangan NomiNomi dessert
Bisnis KESEHATAN
Warung Kopi
Baso Karawang
10 Modal Mental Entrepreneur
Rempah Indonesia
Bisnis Saat Corona
Flywheel BARU dalam Bisnis
Pengalaman jual CIRENG
Tentang Investasi
Quote:

Pada tahun 2015 mb novi (kalian g knal) datang berkunjung ke rumah saya dan melihat setumpuk popok kain yang merupakan sisa stok penjualan saya.
Saat itu saya adalah reseller kecil dari beberapa brand lokal dan brand china. Situasi pasar online di dunia popok sangat terasa dalam red ocean, dimana masing masing pemain saling membenturkan harga satu sama lain sekalipun itu brand lokal yang sebenarnya memiliki standart kualitas produk yang jauh lebih baik daripada brand china.
Nah momentum terjadi saat mb novi mengajak saya menjadi rekan bisnis dalam memasarkan popok dari hasil jahitan ibu mertuanya.
Saat melihat sample popok yang akan dipasarkan, seketika benak saya langsung menembak target menengah kebawah, dikarenakan kualitas bahan baku yang dipersepsikan pasar saat itu masih lebih rendah dibanding bahan baku dari beberapa brand pada umumnya.
Setelah beberapa waktu saya berproses menggali semua data, menentukan kompetitor dan lain lain. Kami mulai memasarkan produk ini (kami memberi nama Free) dengan sistem PO; sistem pemasaran pun ATM murni dari produsen lainnya.
Dan yang terjadi adalah dalam waktu 6 bulan sesudah launcing, produksi Free akhirnya harus off sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Masalahnya hanya satu satu nya tenaga produksi (yang tak lain ibu mertuanya) terkena serangan stroke.
Kami sama sekali tidak mempunyai Plan B karena miskin jaringan penjahit khususnya model halusan
Setelah 8 bulan berjalan akhirnya Free bisa bangkit kembali dengan berbekal evaluasi dari pengalaman sebelumnya, kami merombak semua manajemen yang kami lakukan, baik dr segi pemasaran dan produksinya.
Langkah pertama adalah menjaring data penjahit di sekitar tempat tinggal kami (radius sampai desa tetangga); hasil ternyata WOW, pengalaman kami mendapatkan 10 calon penjahit namun yang bisa dijadikan tim hanya 1-2 orang saja (kami memberikan contoh jahitan dan bahan dalam rupa potongan untuk dikerjakan sendiri dulu).
Di sisi lain saya yang bertanggung jawab dalam mendatangkan buyer, membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk merekrut tim marketing.

Singkatnya dalam kurun waktu 6 bulan (setelah momentum Free dibangkitkan), permintaan dari tim marketing cukup naik significant, namun disinilah akhirnya terkuak masalah masalah operation bisnis yang akhirnya membuat banjir bandang komplainan dari marketing.
Masalah masalah yang kami identifikasikan:
Quote:
1. Miskin jaringan di bidang penjahit hampir membuat kami frustasi.. Di wilayah trdekat kami memang banyak penjahit tp pengalaman menjahit popok kain sama sekali tidak ada.. Bisa dikatakan perjuangan kami dimulai dari nol..
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
Hasil dari kesalahan kesalahan diatas kami bayar mahal dengan cacian komplain tidak profesional dan ancaman pelaporan penipuan, karena kami mengirimkan popok ke buyer setelah h+3 minggu.
Antrian orderan marketing yang semakin mengular namun produksi tidak bisa mengejar dengan cepat.
Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi dalam dunia bisnis.
Belum bisa menghasilkan kolaborasi yang tepat antara tim marketing dengan tim produksi sehingga keduanya tidak sinkron.
Marketing yg sudah menguasai ilmu pemasaran bisa dengan mudah mendatangkan customer sehingga muncul "banjir order"
Sedangkan tim produksi yg belum matang dan belum siap menghadapi "banjir order" kesulitan dalam memenuhinya, terlebih lagi kendala teknis seperti pemadaman lampu yg kerap membuat tim produksi tidak bekerja, lanjut ketersediaan SDM dalam tim produksi pun belum menguasai teknik jahit "halusan" seperti popok (daerah wilayah kami memang bnyak penjahit tetapi umumnya berpengalaman di kemeja, kaos, jaket, celana jins adalah keunggulannya) sehingga kami harus menemani dalam proses membuka mindsetnya bahwa menjahit popok itu bisa mudah asalkan niat belajar dan praktek tekniknya.

Berbekal pengalaman yang sangat tidak mengenakan ini. Akhirnya kami melakukan evaluasi dan merombak untuk sekian kalinya.
Langkah langkah perbaikan :
Quote:
1. Adanya norm (standart) untuk semua aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh semua anggota tim (baik produksi, staff operasional, maupun marketing), seperti meliputi norm bahan baku, norm hasil potong, norm hasil jahitan, norm adminitrasi (keuangan, gudang, ekspedisi, penjualan, dsb), dll.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
Kami berdua selaku top manajemen, belajar untuk "merangkai" dari kompetensi masing masing tim.
Mengkolaborasikan dengan menanamkan nilai kerjasama tim dalam perumpamaan satu tubuh satu badan.
Bahwa bila ada satu bagian ada kendala/masalah maka bagian lagi juga akan tersendat sehingga berpengaruh pada keseluruhan aktivitas bagi brand Free
Hasilnya perlahan perlahan banyak perbaikan, diantaranya :
Quote:
1. Kapasitas produksi bisa naik mencapai target (setiap bulan selalu ada target naik 10-20%)
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
Quote:
Inspirasi Kedua
“THINK BIG TO BECOME BIG”
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
1. Ada orang yg membesarkan bisnis kuliner nya setelah bisnis pertama yg dia rintis dari awalnya kecil.., menjadi lebih besar, namun karena tempatnya yang sdh nggak mencukupi, maka mulailah buka cabang, karena sukses, maka buka cabang dan buka cabang lagi...
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
Quote:
Termasuk yang mana anda diantara ketiga skenario diatas..?
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Sumber:
koko hadiono - praktisi kuliner global & lokal > 22thn
Spoiler for anu:
pak Bi adalah seorang kontributor yang sering mengadakan seminar...
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA

Diubah oleh muselimah 08-05-2022 06:38
ekspedisisby dan 26 lainnya memberi reputasi
27
47.1K
Kutip
212
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
UKM
14.8KThread•3.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ibliss666
#110
membangun bisnis tanpa hutang
Quote:
Sebelum masuk ke tema, saya ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait kondisi bisnis kepada rekan-rekan semua. Pada saat kita memutuskan utk berbisnis, salah satu yang menjadi tujuan adalah bisnis berkembang dan mencapai kebebasan financial, Tolong dijawab di benak masing-masing, apakah mau atau tidak kondisi2 ini terjadi terhadap kita? :
1. Di tengah jalan, bisnis Anda bangkrut dan banyak hutang?
pasti rekan2 semua menjawab "tidak mau"
2. Bisnis Anda bangkrut, tapi tidak ada hutang?
Pilihan ini lebih baik, tapi tentu tidak ada pengusaha yang ingin bisnisnya bangkrut.
3. Bisnis grow, tapi banyak hutang?
Pilihan ketiga ini tentu lebih baik, karena kita masih memiliki income dan cash flow. Namun, bayangkan jika kondisi keuangan begitu ketat, sehingga seringkali yang terjadi adalah para pengusaha menjadi terlalu fokus kepada jumlah hutang yang harus dibayar setiap bulannya. Maka secara tidak langsung terjadi penurunan target, sampai-sampai menjadi “ah yang penting hutang terbayar”, otomatis strategi dan goals serta target yang sudah dicanangkan akhirnya diabaikan.
4. Pertanyaan terakhir, bisnis Anda grow dan tidak ada hutang?
Semua pasti sepakat jawabannya, “mau!! ini gue banget!”.
Jadi, apasih yang disebut dengan membangun bisnis tanpa hutang? Yaitu pertumbuhan seluruh faktor-faktor produksi dan proses bisnis yang murni didukung oleh pertumbuhan bisnis dan omset anda.
Malam ini akan saya kupas mengenai “Rahasia Bisnis JUKAJO Bertumbuh 300% tanpa Pinjaman Bank atau Hutang”.
jadi yang akan saya share adalah apa yg saya lakukan selama 3 tahun ini, dengan modal awal tdk lebih dari 5 juta, mampu meningkatkan aset, peralatan serta omset hingga lebih dari 600 juta/bln dalam waktu 3 tahun
yang pertama adalah FOKUS
Tanyakan pada diri sendiri apa yang menjadi goals/target Anda membuka usaha, jangan takut untuk menset goals yang tinggi yang penting kita bisa ukur dan membaginya menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
a. Tahapan-tahapan pencapaian target jangka pendek, menengah dan panjang. membagi target membantu kita utk fokus
setelah membagi menjadi tahapan pencapaian atau target yg berikutnya yaitu
b. Menetapkan cara-cara dan strategi yang harus dilakukan untuk memenuhi atau merelisasikan tahapan-tahapan pencapaian yang sudah kita buat. sekali lagi hal ini akan membantu kita focus kepada langkah2 kecil hingga langkah besar yg harus kita lakukan
c. Fokus kepada segala tindakan-tindakan yang sesuai dengan goals, melakukan up grade pengetahuan secara berkala untuk mematangkan cara dan strategi yang sudah ditetapkan atau dengan kata lain belajar terus dari para pakar.
yang terakhir yaitu
e. ini salah satu hal terpenting, yaitu fokus pada kelebihan kita, bukan pada kekurangan kita, karena jika kita fokus pada kekurangan, hal ini akan menghambat gerak dan kreativitas, salah satunya jika kekurangan atau kelemahan kita adalah modal, kita mengambil jalan pintas untuk meminjam ke bank yg penting bisnis jalan dulu, hal ini saya tdk setuju karena masih ada cara lain yg lebih baik
apa contohnya focus pada kelebihan kita?
Nah ini ilmunya numplek semua di pak Bi. Saya bisa tahu kelebihan, apa saja yang penting dan apa yang harus saya tingkatkan, bekalnya adalah Branding Canvas. Jadi, kita gak perlu capek-capek trial and error atau coba ini itu yang berakibat buang-buang waktu dan tentunya uang, Branding Canvas dapat memberi gambaran luas dan jelas utk mengenal lebih baik produk (jasa) dan cara serta strategi apa yg hrs kita ambil utk bertumbuh. Salah satu manfaat besar dari Branding Canvas ini yg saya rasakan adalah dalam hal penetapan harga, jangan terpaku dengan harga murah, bagaimana kita bisa punya uang lebih untuk membangun bisnis? Jika profit yang kita tentukan terlalu kecil hanya karena supaya harga jual rendah. Harga jual yang tepat dengan net profit yang bagus untuk mendukung perkembangan bisnis dapat dilakukan jika Anda membangun Branding Canvas yang tepat.
ok tadi kata kunci yg pertama adalah focus, maka saya akan share kata kunci kedua utk membangun bisnis tanpa hutang yaitu:
KREATIFITAS
Pada saat bisnis Anda berkembang, tentu perlu diimbangi dengan kemampuan bisnis Anda untuk memenuhi permintaan pasar. Jika bisnis kita berhubungan dengan produksi, maka yang kita butuhkan adalah penambahan peralatan untuk meningkatkan kapasitas, hal2 yg perlu disikapi adalah
a. Kreatif dalam menentukan kebutuhan yang paling utama dan mendesak (skala prioritas) sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial bisnis kita
b. Kreatif dalam MENSIASATI pemenuhan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan kita tad
agar lebih jelas akan saya beri contoh yg saya lakukan dlm JUKAJO
Dalam proses produksi JUKAJO ada yang disebut dengan proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi yaitu proses shock therapy bakteri (menhambat pertumbuhan bakteri penyebab basi) untuk memperpanjang masa simpan. Caranya produk yang telah diisi ke dalam botol pada suhu ± 70 derajat C dicelupkan ke dalam wadah air dingin yang bersuhu < 4 derajat C. Awalnya untuk wadah air dingin saya menggunakan teknik super manual, yaitu dengan cara menyiapkan ember besar yang berkapasitas 100 L air lalu dimasukan beberapa batu es berukuran besar agar suhu air tsb mendekati 4 derajat C.
Ketika kapasitas meningkat tentunya saya harus berinovasi agar metode perendaman lebih cepat, kapasitas lbh besar, hemat energi dan biaya. Caranya menggunakan mesin chiller yang berbahan stainless steel, namun niilai investasi alat perendaman ini cukup tinggi yaitu Rp 60.000.000/unit, alat ini mampu menurunkan suhu hingga 4 derajat C dalam waktu kurang dr 1 jam dengan daya tampung tangki perendaman sebanyak 500 botol. Saya sangat butuh alat perendaman ini, tapi kalau saya keluarkan biaya investasi sebesar itu maka pemenuhan kebutuhan peralatan atau mesin lain akan terkendala, akan terjadi kekurangan dana investasi. yg menjadi masalah tentunya, RENCANA SY YG LAIN BISA TERHAMBAT
Oleh sebab itu, saya alihkan fokus saya dengan cara tidak memikirkan kekurangan saya yaitu dana, tapi fokus pada hasil yang ingin dicapai yaitu alat perendaman dengan bentuk bak atau tangki yang berbahan stainless steel yang mampu membuat air didalamnya menjadi dingin hingga 2-4 derajat C dan mampu menampung 500 botol
jadinya kaya insinyur ya.. hehehe
Idenya sederhana, kalau ada water heater harusnya ada water chiller. Maka saya bayangkan mesin water heater dan coba cari konsep yang berlawanan, yang muncul di benak saya saat itu adalah system kerja AC. maaf para insinyur
maaf para insinyur kalau ide saya ga nyambung, tanpa mengurangi rasa hormat
saya putuskan panggil dan diskusi dgn teknisi AC, lalu membuat percobaan, dengan bahan kompressor AC (saya pinjam dari kompresor AC rumah) dan tembaga yang akan dibentuk ulir seharga Rp 700.000 ( pada saat itu saya berpikir jika tidak dipakai, maka bisa saya jual lagi, hehehehe)
dan hasilnya......
Alhamdulillah.. It Works!! tolong perhatikan tembaga tersebut yg sudah dikelilingi es, tembaga itu yg menghantarkan dingin ke tabung perendaman
Nah, sekarang permasalahannya tinggal bak perendaman stainless steel, ini bagian yg paling mudah
saya pesan ke toko besi stainless dan minta dibuatkan bak yg ukurannya disesuaikan dengan kemampuan pendingin
Ternyata JUKAJO bisa memiliki alat perendaman senilai Rp 15.000.000 dengan kapasitas 900 botol. Biaya investasi yang saya keluarkan lebih rendah 75% dengan kapasitas hampir 2x lipat.
Note: tolong jangan di share ke pengusaha rekayasa industry permesinan, nanti saya di protes.. hehehe
Di poin ini saya ingin menekankan bahwa ketika kita ingin bangun bisnis tanpa hutang maka kita awalnya akan terpaksa tapi nantinya akan terbiasa dan terdorong utk terus dan selalu berpikir keras, yang akhirnya mendorong daya kreativitas yang mampu menembus batas logika dan menghasilkan sesuatu yang dahsyat dan tidak terpikir sebelumnya.
Hal ini saya terapkan di hampir seluruh proses produksi dan seluruh proses bisnis JUKAJO.
saya terbiasa utk memendam, mereview setiap keputusan bisnis yg akan saya ambil paling tidak 2 minggu, jika keyakinannya menguat maka akan saya eksekusi, jika menurun maka utk sementara akan saya peti es kan
Kata kunci dari Point ke dua yaitu KREATIFITAS ini adl adl "Simplify the complexity", ketika di perlukan maka sederhanakan hal2 yg kompleks atau rumit sepanjang hasil akhir yg kita inginkan bias tetap kita dapatkan
point Ke 3 yaitu KOMITMEN
Yang terakhir adalah komitmen. Ketika bisnis dan omset kita bertumbuh, kondisi keuangan sehat, maka Anda mungkin akan merasakan isi rekening Anda mulai membuncit... bahsanya rekeening gendut.. hehehe.. isi rekening in biasanya akan mulai menggoda hawa nafsu😁
sehingga Anda mulai terpikir dan tergoda untuk melakukan pemuasan kesenangan pribadi
sampai2 jika nafsunya sudah kelewatan, hal2 strategis dan rencana investasi yg sudah disusun bisa2 dilanggar
Di sini dibutuhkan KOMITMEN yg kuat untuk menunda kesenangan pribadi yang sifatnya sementara untuk kesenangan yang sifatnya lebih kekal, yaitu pertumbuhan maksimal bisnis Anda sesuai dengan goals yang berujung kebebasan financial.
hal terakhir ini yaitu KOMITMEN khususnya pada pengelolaan dana perusahaan merupakan salah satu hal yg terpenting yg harus dijaga, karena berhubungan dengan cash flow yg merupakan darah bagi perusahaan kita, jika darah kita tertanggu, tentu banyak hal yang tdk kita inginkan yg dapat terjadi, salah satunya kebangkrutan
Jadi, ada 3 hal penting yang harus dimiliki oleh pengusaha yang ingin membangun bisnis tanpa hutang :
1. FOKUS
2. KREATIVITAS dan yg terakhir yaitu
3. KOMITMEN
Because “Money is 80% behavior, 20% head (knowledge). It’s what you do, not what you know.” – Dave Ramsey
Diubah oleh ibliss666 06-03-2019 21:26
E.viL memberi reputasi
1
Kutip
Balas