gridseekerAvatar border
TS
gridseeker
Rembulan Di Ujung Senja


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 58 suara
siapakah yang bakalan jadi nyonya Vino (TS) selanjutnya ?
Shela
34%
Nola
28%
Astrid
3%
tetep sama Wulan
34%
Diubah oleh gridseeker 27-04-2019 05:50
efti108
pintokowindardi
oktavp
oktavp dan 92 lainnya memberi reputasi
83
194K
1.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
gridseekerAvatar border
TS
gridseeker
#22
Part 1
Suara telpon berbunyi nyaring, mengagetkan ane yang sejak tadi terpaku menatap layar komputer. Ane pun buru-buru meraih gagang telpon.

emoticon-phone“Halo. “ jawab ane.

emoticon-phone “Halo Mas Vin. “ terdengar suara cewek yang ternyata adalah staff lobby depan.

emoticon-phone “Gimana mbak ? “

emoticon-phone “Ada yang nyari tuh. “ jawabnya.

emoticon-phone “Siapa ? “ tanya ane penasaran.

emoticon-phone “Bilangnya istrinya mas. “ jawab staff cewek itu yang membuat ane agak terkejut.

emoticon-phone “Mas Vino mau turun apa aku suruh ke atas mas ? ”

emoticon-phone “Aku aja yang turun, tolong kamu suruh dia nunggu di ruangan tamu. “ jawab ane.

emoticon-phone “Oke mas. “ jawab staff cewek itu lalu menutup telpon.

Ah f*ck !! Umpat ane dalam hati sambil memukul meja. Dengan perasaan nggak karuan sekaligus kesal, ane bergegas keluar ruangan dan berjalan menuju tangga. Saat sampai lobby kantor, ane segera menuju ruang di pojokan yang selama ini berfungsi untuk menerima tamu dan dari jendela kaca, ane liat seorang wanita lagi duduk di sofa sendirian. Saat ane masuk, dia cuma menatap ane dengan tatapan sinis.

“Kamu ngapain kesini, ma ? “ tanya ane dengan nada kurang senang.

“Sorry kalo aku ganggu kamu. “ jawab Wulan.

“Tapi kamu pasti tau kan alasan aku kesini ? “ timpal Wulan dengan nada sinis sembari menatap ane yang duduk di depannya.

“Iya tapi apa nggak lebih baik kita ngomonginnya di rumah ?! “ jawab ane dengan nada agak tinggi.

“Ngomong apa ? Kayaknya nggak ada yang perlu diomongin. “ jawab Wulan ketus sambil membuka tasnya.

“Aku cuma mau ngasih ini ke kamu. “ kata Wulan lagi seraya menaruh sebuah amplop berwarna putih diatas meja.

“Astagaaa… “

“Aku minta kamu tanda tangani sekarang. “ kata Wulan sambil menatap ane tajam.

Ane cuma bisa menggeleng kepala pelan dan menatap dengan tatapan nanar ke amplop putih yang tergolek diatas meja. Dada ane terasa nyesek luar biasa dan sesaat ane ngerasa linglung, bingung karena gak tau lagi apa yang harus ane lakukan.

"Kok malah bengong ? " tanya Wulan.

"Kenapa ? Nggak bawa bolpen ? Ya udah nih aku pinjemin. " kata Wulan lagi dengan tersenyum sinis lalu menaruh sebuah bolpen di sebelah amplop itu.

"Apa akhirnya harus kayak gini ma ? Apa nggak bisa kita bicarakan lagi... "

"Apa lagi yang mau dibicarakan pa ?! Selama ini aku udah coba bicara sama kamu tapi kamunya aja yang gak pernah dengerin !! " potong Wulan dengan nada tinggi.

"Iya aku ngerti ma, aku tau aku salah tapi tolong pikirin Nissa... "

"Aku udah pikirin semuanya. " potong Wulan lagi.

"Yang jelas Nissa gak bakal ikut kamu, biar kamu bebas ngelakuin apa aja yang kamu mau. " timpal Wulan dengan nada dingin.

Sekali lagi ane menghela nafas super panjang dan melempar pandangan ke arah jendela kaca yang mengelilingi ruangan, menatap staff lobby yang lagi asyik ngobrol dengan security. Mereka terlihat ceria dan beberapa kali ketawa lepas, yah... karena mereka nggak merasakan apa yang ane alami sekarang.

"Ayo pa, cepet kamu tanda tangani, lama banget sih ?! " kata Wulan dengan nada mendesak, tapi ane gak menjawab dan cuma balas menatapnya.

Mungkin karena nggak sabar, Wulan lalu meraih amplop tersebut dan mengeluarkan isinya yang berupa selembar kertas yang terlipat. Dia lalu membuka kertas tersebut dan kembali menaruhnya di atas meja, sehingga terlihat jelas isi surat bermaterai tersebut, meski ane udah tau sejak awal.

"Silahkan pa... eh maaf, Mas Vino. " kata Wulan dengan nada dingin, lalu menaruh bolpen diatas kertas tersebut.

"Aku nggak mau ma. " jawab ane dengan nada pelan, dan mendengar jawaban ane Wulan langsung mengernyitkan dahi, lalu dia manggut-manggut.

"Yah oke, nggak masalah, mungkin kamu perlu waktu buat berpikir. " kata Wulan lalu mencangklong tasnya.

"Aku kasih kamu waktu sampai besok siang, kalo tetep kamu gak mau tanda tangan, aku akan bawa ke pengadilan. Biar hakim yang mutusin. " timpal Wulan lagi, lalu beranjak berdiri.

"Ma, tolong, ma !! Tolong !! " ane berusaha menghalangi Wulan yang mau keluar ruangan.

"Pertimbangkan lagi semuanya, aku nggak mau pisah sama kamu... "

"Tapi aku mau mas !! " potong Wulan dengan nada tinggi.

"Dan mulai sekarang jangan panggil aku mama, karena aku udah bukan istri kamu lagi !! " timpal Wulan sembari menuding ane.

"Tapi ma... ? "

"Semua udah terlambat mas. " kata Wulan dengan nada lirih.

"Keputusanku udah bulat, apapun yang kamu lakuin nggak bakal bisa mengubahnya. " timpal Wulan.

"Permisi mas, sekali lagi maaf udah ganggu kamu. "

Setelah berkata demikian, Wulan lalu membuka pintu ruangan dan berjalan keluar, meninggalkan ane yang hanya berdiri terpaku. Dari jendela kaca, dengan pandangan nanar, ane menatap wanita yang selama ini jadi pendamping hidup ane, berjalan keluar lobby kantor. Dengan perasaan putus asa, ane kembali duduk di sofa dan menatap sepucuk surat bermaterai yang sejak tadi masih tergolek diatas meja.

Pepatah tua itu emang benar... regrets are most useless form of guilt, they always arrive too late to do any good...
husnamutia
pulaukapok
khuman
khuman dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.