Kisah kami semua.. dimulai dari sebuah kata; bandel. Bandel..., dan kami belajar tentang segala hal dari satu kata itu. Lalu, apa yang kami pelajari?
Kehidupan...
Dalam kehidupan ini, kami belajar tentang banyak hal. Hal yang baik, dan juga hal yang buruk. Seperti sebuah kacamata, kami selalu menemukan dua buah sudut pandang—didalam hidup ini... seperti kanan.. atau kiri, atas atau bawah...
Luas atau sempit.
Pintar atau bodoh.
Kaya atau miskin.
Tinggi atau pendek.
Paha atau dada... eh?
Kuno atau modern.
Hidup atau mati.
Bising atau senyap.
Selingkuh atau setia, surga atau neraka, dan masih banyak lagi... yang tentunya, selalu dipilih salah satu dari dua buah pilihan yang ada. Karena dalam hidup ini kita pasti selalu memilih. Bahkan mati pun adalah sebuah pilihan—pada akhirnya.
Kenapa kami? kenapa bukan ogut, dia, atau mereka? tentu saja, karena ada banyak orang didalam kisah ini. Tetapi sebetulnya, ada tiga orang yang akan membentuk dan menghiasi kisah ini, seperti tiga serangkai, tiga orang ini akan hadir dan turut merangkai kisah didalamnya.
Dari ketiga orang itu, ada ogut, sebagai salah satunya, yang paling diberkati (bandel nya), dannn palinnng butuh banyak belajar, karena itulah, kisah ini ogut namakan baru belajar... belajar apa? belajar bandel.
Sedikit kilas balik... dari setelah kami menyelesaikan kunjungan kami di panti asuhan itu... dengan 2 orang kawan kami yang masih belum ditemukan...
.....
Jadi di sinilah kami, mengembara di pulau Sumatra bagian barat, kemudian bertanya-tanya di tengah-tengah tempat yang begitu sepi ini, sambil menikmati lima puluh, atau hampir seratus derajat celsius dari panasnya suhu di siang hari ini.
Terkena paparan sinar matahari yang sangat panas sehingga ogut menyadari siapa sih sebenarnya raja dari negeri beriklim tropis ini.. siapa? ya mataharinya... dengan jalanan yang panjang ... dan rerumputan yang tinggi ... serta terik matahari nya yang begitu intens pada jam 2 siang itu, membuat kami cepat kehilangan cairan tubuh kami. Tapi nggak masalah... karena kalau ogut.. sudah biasa menjadi bocah alam sejak ogut masih berumur lima tahun...
.....
Suatu hari di tahun 2007.
Kami semua sedang berjalan. Ogut dan anak-anak manja ini, teman-teman ogut, kecuali Opop mungkin ya, Opop dari kecil biasa keras. Anak anak manja ini, entah gimana lagi, mereka ini, meskipun manja manja, nggak akan pernah berhenti membuat ogut merasa kagum...
Kehadiran ogut disini, khususnya, cuma kepengin ngebuktiin sejuta omong kosong yang selalu diperdebatkan sama kita kita semua selama satu dekade terakhir, bercanda men, selama beberapa bulan ke belakang, maksudnya...
Kita itu cuma berdebatttt aja bisanya, tanpa pernah melakukannya sama sekali, bahkan secuil pun nggak ada yang pernah mau melakukannya. Otomatis semua itu cuma jadi omong kosong aja, dong...
Kita itu ngocehhhh aja terus, sampai semua ocehan itu kembali lagi ke udara, naik ke atas awan, yang letaknya jauh di atas sana. Hilang, nggak berbekas sama sekali. Nggak berkesan..
Nah, karena nggak ada yang punya nyali untuk mewujudkannya. Ogut berinisiatif terlebih dahulu, jadi ogut membuat hal ini agar menjadi sesimpel mungkin, biar gampang dipahami.. sooo ogut pun sekarang, hadir disini, adalah untuk menang, ogut, berada di sini, adalah untuk menutup argumen, dan menyelesaikan perdebatan serta kesepakatan yang terjadi diantara kami semua.
Klise atau nggak? ogut harap sih enggak.
Tapi ogut bersumpah bahwa ogut yakin sebelumnya ada situasi aneh yang terjadi diantara dua orang yang keras kepala ini, yang membuat ogut akhirnya merealisasikan ide ogut ini.. (Kepala batu? iya, mereka berdua emang bener bener kepala batu, dan ini, adalah kilas balik sebelum kita semua menyetujui kesepakatan yang terjadi diantara kita semua.)
"Uda jelas, aku yang lebi ngerti soal arti kehidupan, kamutuh nol besar.. palingan kalo besok kamu ngak mamam eskrim, kamu nangis.. mewek... hahahahaha." kata seorang cowok diantara kami berempat. (Ini si Ashburn)
"Enggak! wooo enggak terima!" kemudian salah seorang cewek yang dituduh itu langsung membalas balik si cowok tersebut. (Ini Dedew)
Hari itu, di atas sana, langit sedang mendung, atau awan awan kuno yang besar, nampak begitu keruh, iya, awan kuno, begitu bahasanya kalau dalam kamus kehidupan seorang ogut. Guntur bergemuruh begitu keras! membuat petir menyambar sesekali. Membuat kalian semua langsung berak di tempat. Ha-ha-ha. Bercanda.
Kami berempat sedang berada di tingkat atau lantai 30 dari tempat yang cukup nyaman ini. Sebut aja sebuah bangunan, sebuah hotel, atau sebuah tempat untuk bersantai, (nggak perlu dikasih tahu lokasi tepatnya dimana.. karena itu kan masih tahun 2007.. dan lokasinya sudah punah kalau di tahun 2018 ini) dengan sofa yang empuk dan mewahnya, beserta pemandangan dari jendelanya yang bisa membuat kalian melemparkan pandangan kalian ke lanskap yang luas di kota yang bisa dibilang cukup megah ini.
Kota tempat dimana kami tinggal—terletak di bagian barat di pulau Jawa..., salah satu pulau dari sekian banyak pulau di nusantara Indonesia... dan rencananya sih.., ogut bakalan tidur pada jam tiga di sore hari itu karena baru pulang sekolah.. tapi mendengar perdebatan sialan ini tetap berlanjut ... ya mau nggak mau, gue harus tetap terbangun untuk mendengarkan dan menyimaknya.
"Iya, udalah uda .., Nata yang menang, orang dia yang duluan lulus dari JRP kann?" ucap si cowok barusan itu...
"Ih, kenapa sih kamu enggak mo bilang kalo aku aja yang menang? kan aku udah tamat baca buku bukunya Ishiguro!" — "Kamu enggak!" teriak si cewek ini lagi, mencoba membela dirinya sendiri. Masih dua orang dari kelompok kami..
"Nggak gitu juga dong," si cowok menepis omongan si cewek.
"When we were orphans!" debat cewek ini lagi.
"Hm," dia hanya bergumam rendah, bertingkah seolah nggak perduli terhadap apa yang diomongin oleh si cewek.
"Never let me go!" dia menambahkan lebih banyak buku yang telah dia baca. Itu, yang jelas, adalah judul judul buku, karya dari seseorang yang bernama Kazuo Ishiguro...
"Ya... ya... ya..." ungkap cowok itu lagi, jutek.
"A pale view of hills!"
"Ish!" karena kesal, akhirnya si cewek ini pun menepukkan kedua tangannya ke bawah lantai.
"Tuh, yang paling lama!" cewek ini pun akhirnya selesai jerit jerit.
Dan.. disana ogut ngapain? ya ogut dengerin mereka sambil ngantuk ngantuk.. karena nggak bisa tidur.. ya tuhan.. masalah apalagi ini..
"Bla ... bla ... bla ... Nata menang, aku juara dua, kamu yang terahir." si cowok pun menanggapi si cewek sambil melentikkan jari jemarinya.
"Ihhhhh enggakkk!! pokonya aku mau, aku yang menang!!" cewek inipun akhirnya marah lagi.
"Ra, lo mau juara berapa deh?" tiba tiba² si cowok bertanya ke arah ogut, mengalihkan bicaranya.
"I could be the last one..." jawab ogut santai.. dari atas tempat tidur ini, dengan kepala yang terbenam di atas bantal.
"Oke, Nata juara pertama, gue kedua, lo ketiga, ini monyet, dia juara bontot, kita setuju ya?" ungkap si cowok menyepelekan si cewek..
"IHHHHHH PALMAAAA!" si cewek pun menjerit lagi, kini jeritannya itu semakin histeris dan seperti orang gila.
Dew, pardon. Just dramatizing.
*Crash* Petir pun menyambar. Langsung membuat hujan turun. Lusinan tetesan air hujan akhirnya terlihat berjatuhan di jendela kamar hotel kami.
"Hih, ngambek, awaslhoo, bentar lagi berubah jadi ogre .. hahahahahaha." si cowok pun tertawa, masih berlagak jail.
Di dalam hati, ogut bergumam, "Ini kapan ogut bisa tidur..." karena setelah itu, ogut akhirnya mencoba untuk membisikkan sesuatu kepada salah seorang dari kami berempat yang sejak tadi sibuk mengerjakan PR nya sambil main hape, namanya adalah Nata, seorang cowok, nah, setelah ogut bisikkan sesuatu di kupingnya Nata.. dia pun akhirnya mulai berbicara ...
"Wey, dengekeun, nya! tipada maraneh dua'an garelut, mendingan urang muktikeun 'saha anu jadi jawarana, mingu depan arurang ka Padang, aing mbung nyaho, maraneh kabeh kudu ngilu, nu teu ngilu, eleh!" ucap Nata dengan aksen bahasa Sundanya, begitu tinggi dan bersemangat.
"Si anying banyak bacot pisan ..." lalu Nata mengeluh perlahan, menyebabkan cowok dan cewek yang sejak tadi sudah berdebat itu, terduduk, dan diam tanpa kata.
Versi Indo nya mungkin begini ya: "Woy, dengerin ya! gini ajalah, daripada elu bedua berantem, mending kita buktiin aja lah siapa yang jadi juaranya, semua orang pergi ke Padang, ogut gamau tau, kalian semua wajib ikut, yang ga ikut, kalah!"
1 orang ngomong bahasa gaul, 1 orang ngomong bahasa Indonesia, 1 orang ngomong bahasa Sunda, dan yang satunya lagi ngomong bahasa Inggris. Kalian mungkin nggak bakalan percaya, tapi itulah kami, yang sedang menunjukkan arti 'keberagaman' sebenarnya dalam persahabatan kami.
Dan ini semua.., terjadi cuma karena cekcok soal, "Arti kehidupan." nggak kurang, nggak lebih, yang mana kalau buat ogut sih ya... enjoy ajalah...