- Beranda
- Stories from the Heart
Scary Notes (Kumpulan Cerpen Horror)
...
TS
abangruli
Scary Notes (Kumpulan Cerpen Horror)
Halo!
Ini tulisan serial gue yang ketiga di kaskus. Yang pertama bergenre Novel Tragis Romantis, alhamdulillah udah HT. Sampe skarang masih lanjut.
Novel - Hidup, Cinta dan Mati
Trus yang kedua genrenya kisah nyata bertemakan catatan perjalanan waktu gue umrah. Tulisan yang kedua ini baru aja mulai dan alhamdulillah udah jadi HT juga..
Journey of Love - Catatan Perjalanan Madinah Makkah
Nah yang ketiga ini, genrenya horror. Ini nyebelin, karena bukan hobby gue sebenernya nulis cerita horror. Wong gue sendiri suka jerat jerit kalo nonton pilem setan, suka bawa bantal kalo liat pilem horror jepang, malah kalo horror Indonesia suka lebih memilih gak nonton ketimbang merem mulu sepanjang tayang. Hahaha..
Tapiii.. dasar nyebelin, kok ya sekarang jari jemari gue mulai ngetik tentang cerita horror. Gue gak mau bikin cerita panjang kayak dua tulisan gue sebelumnya. Untuk yang ini cerita pendek aja. Biar cepet kelar seremnya. Hehehe.. tapi tenang aja, walau pendek, tapi ntar gue bikin banyak cerita kok.. sekarang aja udah ada dua cerita, tapi gue tayangin satu dulu yaa..
Ya sud..
Met baca.. kasih cendol ama rating dong!
Biar abang seneng...huahahaaha... (serem gak?!)
Salam Seram,
Ruli Amirullah
INDEX CERPEN HORROR
#1 - Suatu Malam di Bioskop
#2 - Anak Kecil di Tengah Malam
#3 - Kaca Spion Taksi
#4 - Mimpi Buruk Maya
#5 - Teman Menjelang Ajal
#6 - Penikmat Gemerlap Malam
#7 - Jadikan Aku yang Kedua
Diubah oleh abangruli 14-11-2019 13:53
3
7.3K
Kutip
44
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.7KAnggota
Tampilkan semua post
fulanbinfulan
#16
Quote:
Original Posted By abangruli►#5 - Teman Menjelang Ajal
Gelap.
Perlahan Kemal membuka mata. Seberkas cahaya mulai masuk ke pandangannya, samar-samar. Butuh beberapa saat hingga akhirnya ia bisa melihat dirinya sedang berada dimana. Seorang suster tampak sedang mengecek sesuatu. Sebuah selang infuse menjuntai dari atas dan berakhir di pergelangan tangannya. Ia juga melihat di hidungnya ada alat bantu pernafasan. Selimut hijau menutupi tubuhnya. Matanya tampak terpejam dan…
Kemal mendadak terkejut.
Mengapa ia bisa melihat matanya yang sedang terpejam? Dengan cepat ia memandang sekeliling, kesadarannya sudah pulih benar sehingga ia kini bisa melihat dan berpikir dengan sempurna. Tiba-tiba sekujur tubuhnya gemetar dengan hebatnya saat menyadari bahwa ia sedang melihat dirinya sendiri terbujur. Ia sedang duduk di ranjang, tapi disaat bersamaan ia bisa melihat tubuhnya sedang tidur di ranjang itu juga.
Reflek ia memandang ke jendela yang berada disamping tempat tidurnya. Diluar sana tampak gedung-gedung yang berada diseberang rumah sakit. Matanya membelalak kaget. Bukan karena pemadangan diluar sana. Tapi justru karena ia tidak menemukan bayangan dirinya di pantulan kaca. Ia hanya melihat pantulan tubuh si suster, sementara ia yang berada disebelahnya tidak terlihat. Ia memanggil suster, tapi gadis itu tidak bereaksi. Setelah memeriksa botol infuse, suster tersebut malah beranjak keluar. Seolah tak peduli dengan panggilan yang kemudian berlanjut pada teriakan-teriakan…
Ketika suster telah meninggalkannya seorang diri, Kemal berhenti berteriak dan mengigil hebat.
Ia telah wafat? Ia telah meninggal?
Tapi alat monitor jantung yang berada disebelahnya masih berbunyi secara teratur. Menandakan jantungnya masih berdetak. Ia pun bisa melihat dada pada tubuhya yang sedang berbaring masih bergerak naik dan turun dengan perlahan. Pikirannya terus-menerus berkata tanpa henti, bagai air terjun yang terus menghujam bumi…
Lantas mengapa begini? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah sebentar lagi aku akan mati? Apakah sebentar lagi malaikat maut akan datang menjemput?? Aku gak mau mati ya Tuhan! Setidaknya, aku belum siap mati sekarang! Aku…
Kemal menangis hebat.
Menyesali segala dosa yang pernah ia perbuat, menyesali segala amal yang tidak sempat ia lakukan. Sebentar lagi ia akan mati, dan ia harus memperbanyak amal? Masih sempatkah? Dengan gugup ia kemudian mencoba menyebutkan asma-asma Allah yang ia ingat. Tapi saat bayangan tentang beragam dosa yang telah ia lakukan muncul, maka istigfar-lah yang keluar dari bibirnya... namun ia pun kemudian mendadak ingat pesan dari orang-orang tua bahwa alangkah beruntungnya orang yang ketika akan wafat, terucap kalimat syahadat.
AsmaNYA? Istigfar? Syahadat? Mana yang kuucapkan kini?
Kemal menjerit frustasi. Menyesali mengapa dulu saat waktunya begitu banyak ia sangat jarang berdzikir, mengingat dan memanggil namaNya…
Keheningan yang ia rasakan begitu mencekam. Padahal ia bisa melihat keramaian diluar jendela, juga mendengar orang hilir mudik dari balik pintu kamarnya. Tapi entah mengapa, ia tetap merasa kesunyian yang seperti begitu dingin.
Tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka. Sesosok lelaki masuk. Berusia sekitar 40 tahun. Mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana kain krem. Wajahnya tampak begitu tenang. Warna kulitnya putih tapi tidak pucat. Senyum hangat mengembang dari bibirnya saat ia berjalan mendekati Kemal. Kemal dengan heran memandangnya, ia tidak kenal sosok itu…
“Apa kabar Kemal?”
Kemal tergagap mendengar saapan lelaki itu. Apakah ia sudah sadar? Matanya melirik cepat ke tubuhnya yang sedang terbaring. Masih, masih ada dirinya di tempat tidur. Berarti aku masih belum siuman. Lantas kenapa ia bisa melihat dan menyapaku? Bahkan tahu namaku?
“Kamu siapa?”
Lelaki itu tak menjawab, hanya terus tersenyum sambil melangkah semakin dekat hingga akhirnya berdiri tepat disamping tempat tidurnya..
“Kamu malaikat maut?” Tanya Kemal dengan panik, menyangka inilah saat kematiannya.
“Aku? Si pencabut nyawa itu? Ah bukan.. aku tidak punya kuasa untuk mencabut nyawa seseorang…” jawab lelaki itu sambil tertawa kecil.
“Kalo begitu kamu siapa??”
“Anggaplah teman, sahabat atau mungkin juga guru kamu…”
“Apa maumu?”
“Sekedar menemani saja, kamu merasa kesepian bukan? Merasa sendiri kan?
“Kamu malaikat?”
“Aku kenal mereka…”
“Jin?”
“Aku lebih tua dari jin yang masih hidup..”
Kemal memandang ngeri pada sosok didepannya ketika menyadari suatu hal. Mungkinkah ia adalah…
“Kamu setan??”
“Maksudmu semacam kuntilanak, pocong?” jawab lelaki itu sambil tertawa, “mana ada pocong tampak seperti ini?”
“Bukan itu maksudku… “ kata Kemal semakin ngeri…
“Lantas? “
“Kamu Iblis?”
Lelaki itu tak menjawab, hanya mendadak tertawa riang…
Sekali lagi Kemal memperhatikan sosok itu. Sebenarnya jauh dari kesan menyeramkan. Bajunya sangat rapi dan bersih. Rambut hitamnya tersisir indah. Senyumnya selalu menghiasi bibirnya. Matanya menatap tajam. Tubuhnya bahkan wangi…
“Mengapa? Apakah kamu mengharapkan aku bersosok menyeramkan? Dengan taring dan kuping runcing? Ekor berujung tombak? Dan sepasang sayap hitam serta mengeluarkan bau busuk? Hahaha… bisa saja kalau kau meminta ku tampil demikian. Atau kau sebut aku bagusnya tampak seperti apa, nanti akan aku wujudkan. Ayo, minta padaku….”
Kemal diam membisu, tak tahu apa yang harus dikatakan. Bahkan ia tidak tahu harus berpikir apa. Kejadian ini terlalu mengguncang bagi dirinya.
“Aku boleh duduk sini ya..” kata lelaku itu sambil langsung duduk di ujung ranjang tanpa menunggu jawaban dari Kamal.
“Apa maumu?” Tanya Kamal perlahan
“Mau nemenin kamu….”
“Aku ga butuh teman seperti kamu.. pergi saja..”
“Ah, mengapa kau baru bilang sekarang? Bukankah selama ini kamu berteman denganku?”
“Maksudmu?”
“Kamu sering bermain denganku!! Hayolah masa kamu lupa?” , kata lelaki itu sambil menjentikkan jari. Tiba-tiba sekeliling Kemal berubah, bukan lagi dikamar rumah sakit. Walau tetap diranjang, tapi seolah-olah ia kini berada di depan layar yang begitu besar. Di layar tersebut kemudian banyak film-film yang terbagi menjadi kotak-kota kecil. Setelah ia perhatikan, ternyata itu film dirinya sendiri…
“Pilih yang mana? Itu semua adalah kejadian-kejadiaan saat kamu sedang bermain-main dengaku. Kita sahabat Kemal! Kita sering bersama! Nah lihat, itu saat kamu sedang mencuri mangga milik tetangga.. awal-awal persahabatan kita ya..” kata lelaki itu sambil menunjuk pada suatu potongan film. Kemal bergidik menyaksikan film itu, dirinya berusia 15 tahun sedang mencuri mangga.
“Atau yang itu! Saat kamu diam-diam menonton blue film.. wah wah, itu juga kegemaranku Kemal! Kita memiliki hobby yang sama!”
Kemal memandang sedih pada layar, ia ingat saat-saat pertama menonton film dewasa itu. Ketika orang tuanya sedang kerja dan hanya ada dirinya dirumah. Berbekal film yang ia pinjam dari temannya, ia pun kemudian menyaksikan untuk pertama kalinya. Kejadian itu begitu jelas terpampang di layar.
“Mau yang lebih seru? Bagaimana kalau usia belasan kita lewatkan saja? Kita lanjut ke usia 20 tahunan aja yuk? Aku suka saat-saat itu. Kamu makin lihai dan bersemangat! Kita makin sering bersama!” ujar lekaki itu dengan penuh keceriaan. Seperti seorang sahabat lama yang baru kembali bertemu dan membicarakan tentang segala kenangan bersama.
Kemal merasa begitu lemas menyaksikan tayangan demi tayangan. Segala kenakalan yang pernah ia perbuat, segala maksiat yang pernah ia lakukan, segala kebohongan yang pernah ia ucapkan, segalanya! Segala dosa yang sudah bahkan sudah ia lupakan kembali hadir di hadapannya. Semakin lama ia menonton semakin mengigil badannya, semakin hancur hatinya,dosa kecil, dosa-dosa besar, teryata begitu mudah ia lakukan…
Tiba-tiba Kemal berteriak keras, “Berhentiiiiiiiiiiii…..”
Dalam sekejap ia kembali berada diruangan kamar rumah sakit. Lelaki itu tersenyum pada dirinya. Menatap penuh kemenangan…
“Jadi apa mau kamu sebenarnya??” Tanya Kemal tajam, ia sungguh muak pada sosok dihadapannya.
“Aku Cuma mau memberi kamu penawaran. Sebentar lagi kamu mati, apa kamu siap menghadapi pengadilan Tuhan? Apa kamu siap menerima murkaNYA? Menerima siksaNYA? Atau kamu lebih baik ikut aku? Aku tidak akan murka padamu apalagi sampai menyiksamu….”
“Allah akan mengampuni aku…”
“Hahaha… yakin amat? Lihat aku! Dosa apa yang aku perbuat? Aku hanya melakukan satu dosa! Aku hanya tidak mau menyembah pada Adam! Tapi lihat apa yang DIA perbuat padaku? Aku menjadi mahluk terkutuk! DIA tidak mengampuni aku! Lantas mengapa kamu berharap DIA mengampuni kamu? Coba lihat dosa-dosa yang tadi telah kamu lakukan! Bandingkan dengan dosaku… lebih besar mana hah? Dosaku hanya satu dan dosamu mungkin sejumlah tarikan nafas kamu selama ini! Padaku saja DIA tidak mengampuni aku, apalagi pada dirimu!”
Kemal terdiam. Mengingat dosanya yang begitu banyak. Harapannya perlahan hilang seiring kata-kata lelaki itu yang semakin masuk ke dalam benaknya…
“Jadi aku harus bagaimana? Memohon ampun?”
“Buat apa? Dosamu sudah terlalu banyak. Aku saja yang Cuma satu dosa tidak diampuni, apalagi kamu. Percuma. Lupakan istigfar, lupakan saja. Akui saja aku sebagai teman, sahabat dan gurumu. Maka aku akan menemanimu untuk melewati itu semua. Kamu tak akan sendiri lagi, aku selalu ada disamping kamu. Kita pergi bersama saja…..”
Kemal menatap sejenak. Kesendirian ini memang begitu menakutkan bagi dirinya. Ia perlu seorang teman, tapi jangankan menemani, mendengar ia bicara saja tak ada yang bisa. Melihat dirinya saja tak ada yang bisa. Ia sendirian sekarang, dan lelaki itu menawarkan sesuatu yang ia perlukan saat ini…
“Darimana aku tau kamu jujur? Bukankah kamu bisa saja berbohong”
“Berarti aku bisa saja jujur kan?” kata lelaki itu balik bertanya, “aku akan selalu menemani kamu.. ayo kita jabat tangan. Sebagai symbol pengakuan persahabatan kita…”
Tangan lelaki itu menjulur, menunggu sambutan tangan Kemal..
“Memang Tuhan tak akan mengampuni aku?”
“Kamu! Sudah aku bilang berkali-kali… baca kitab suci yang DIA turunkan padamu! Jelas-jelas tertulis disana bahwa dosaku hanya satu! Tidak mau menyembah Adam! Dan DIA mengusir aku dari surga! Hanya karena dosa itu! Lantas dengan segala dosa-dosamu, kenapa kamu masih mengharap surga dariNYA??”
Ya, Kemal ingat ayat itu. Ayat yang menceritakan bagaimana saat Adam diciptakan, Tuhan menyuruh semua mahluk untuk bersujud pada Adam sebagai penghormatan. Semua bersujud kecuali Iblis. Dan sejak itu iblis menjadi mahluk terkutuk, karena Tuhan tidak mengampuni…
“Kamu tidak diampuni DIA?” Tanya Kemal pelan, ia teringat suatu hal…
“Tidak…” jawab lelaki itu mantap, “apalagi kamu…”
“Tapi aku suka melakukan ibadah…”
“Kamu pikir apa yang kulakukan selama ribuan tahun sebelum Adam diciptakan? Main-main? Tidur? Tetap saja aku tidak diampuni! Apalagi kamu yang hidup cuma puluhan tahun.. “ tukas lelaki itu sambil menatap Kemal
Tapi tiba-tiba Kemal memang mengingat suatu hal, dan berkata pelan karena berusaha mengumpulkan ingatan tersebut… “Pantas saja kamu tidak diampuni…”
Mata lelaki itu mendadak menatap tajam, lebih tajam dari sebelumnya, malah sangat tajam seolah hendak merobek mata Kemal, “maksud kamu?”
“Kamu tidak diampuni karena kamu memang tak pernah memohon ampun! Kamu tidak menyesal atas dosa kamu! Ketika malaikat sempat bertanya pada Tuhan tentang penciptaan Adam, dan Tuhan menyuruh mereka untuk tetap taat, para malaikat langsung bersujud dan istigfar memohon ampun atas pertanyaan mereka. Juga ketika Nabi Adam melakukan kesalahan, ia beserta Hawa langsung sujud memohon ampun. Sementara kamu tidak pernah memohon ampun…”
Mendengar ucapan Kemal kini mata lelaki itu kini bahkan seperti nyala api yang membakar.
Segala tentang ayat-ayat yang pernah ia baca kini semakin terkumpul dibenaknya, Kemal semakin lantang berkata, “Bukannya memohon ampun, kamu malah diliputi amarah dan dengki. Kamu tetap terlalu angkuh dan sombong tidak mau mengakui kesalahan kamu. Lihat, bukannya permohonan ampun yang kau ucapkan, tapi kamu justru memohon minta waktu hingga kiamat kelak, agar kamu bisa menyeret keturunan Adam untuk masuk kepada kesalahan kamu yang sama. Yaitu tak pernah memohon ampun karena keangkuhanmu. Kamu tidak pernah meminta ampun padaNYA….”
Sosok lelaki itu kini seakan berubah, warna merah kehitaman seolah menyelimutinya. Kemal bisa merasakan aura kebencian dan kemarahan yang begitu kuat terpancar dari lelaki itu. Kemal masih terus saja bicara, “Aku tak ingin seperti dirimu. Mungkin memang dosaku banyak, tapi kini aku mau mengakui segala kesalahan ku padaNYA. Aku mau mohon ampun padaNYA. Sesungguhnya kasih sayangNYA melebihi murkaNYA. Dosa-dosaku tak akan pernah lebih besar dari diriNYA. Selama aku benar-benar menyesali dosa-dosa yang telah aku perbuat, memohon ampun atas kesalahan-kesalahan yang aku kerjakan maka IA akan memaafkan hamba-hambaNYA…”
“Waktumu sudah terlambat…. Tobatmu sudah tidak diterimaaa!” desis lelaki itu. Wajahnya tiba-tiba saja begit dekat dengan wajah Kemal, seolah hendak menelannya. Kini segala keramahan lelaki itu hilang sudah. Hanya ada amarah dan angkuh.
“Aku tidak peduli, selama aku masih belum dijemput oleh malaikat maut, aku akan terus memohon ampun padaNYA….” Jawab Kemal penuh keyakinan. Ia pejamkan mata dan membaringkan dirinya menyatu pada raganya. Dengan sepenuh hati ia kemudian memohon ampun atas segala dosa yang pernah ia perbuat, ia hiasi dirinya dengan istigfar. Hatinya penuh dengan penyesalan. Tak lama kemudian ia mendengar jeritan yang melengking tinggi, tapi ia tak peduli, matanya terus terpejam, bibirnya terus melantunkan permohonan ampun. Ia mencoba mengingat semua dosa-dosa yang pernah ia lakukan sambil langsung memohon ampun atas dosa tersebut.
Mengingat dosa, memohon ampun, mengingat dosa, memohon ampun, mengingat dosa, memohon ampun….
Ia tidak ingin seperti iblis yang terlalu angkuh sehingga tak pernah memohon ampun. Semoga ia belum terlambat untuk memohon ampun…
Tanpa Kemal sadari, sesosok mahluk bercahaya tampak melayang turun, bersiap menjalankan tugasnya. Sementara lelaki itu sudah pergi entah kemana. Mungkin memburu mangsa baru yang tengah putus asa di kamar lain. Kegagalan disatu usaha memang tak pernah membuatnya menyerah. Mahluk itu akan selalu berusaha hingga kiamat kelak, menemui orang-orang yang sedang menanti detik-detik akhir hidupnya..
***
Gelap.
Perlahan Kemal membuka mata. Seberkas cahaya mulai masuk ke pandangannya, samar-samar. Butuh beberapa saat hingga akhirnya ia bisa melihat dirinya sedang berada dimana. Seorang suster tampak sedang mengecek sesuatu. Sebuah selang infuse menjuntai dari atas dan berakhir di pergelangan tangannya. Ia juga melihat di hidungnya ada alat bantu pernafasan. Selimut hijau menutupi tubuhnya. Matanya tampak terpejam dan…
Kemal mendadak terkejut.
Mengapa ia bisa melihat matanya yang sedang terpejam? Dengan cepat ia memandang sekeliling, kesadarannya sudah pulih benar sehingga ia kini bisa melihat dan berpikir dengan sempurna. Tiba-tiba sekujur tubuhnya gemetar dengan hebatnya saat menyadari bahwa ia sedang melihat dirinya sendiri terbujur. Ia sedang duduk di ranjang, tapi disaat bersamaan ia bisa melihat tubuhnya sedang tidur di ranjang itu juga.
Reflek ia memandang ke jendela yang berada disamping tempat tidurnya. Diluar sana tampak gedung-gedung yang berada diseberang rumah sakit. Matanya membelalak kaget. Bukan karena pemadangan diluar sana. Tapi justru karena ia tidak menemukan bayangan dirinya di pantulan kaca. Ia hanya melihat pantulan tubuh si suster, sementara ia yang berada disebelahnya tidak terlihat. Ia memanggil suster, tapi gadis itu tidak bereaksi. Setelah memeriksa botol infuse, suster tersebut malah beranjak keluar. Seolah tak peduli dengan panggilan yang kemudian berlanjut pada teriakan-teriakan…
Ketika suster telah meninggalkannya seorang diri, Kemal berhenti berteriak dan mengigil hebat.
Ia telah wafat? Ia telah meninggal?
Tapi alat monitor jantung yang berada disebelahnya masih berbunyi secara teratur. Menandakan jantungnya masih berdetak. Ia pun bisa melihat dada pada tubuhya yang sedang berbaring masih bergerak naik dan turun dengan perlahan. Pikirannya terus-menerus berkata tanpa henti, bagai air terjun yang terus menghujam bumi…
Lantas mengapa begini? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah sebentar lagi aku akan mati? Apakah sebentar lagi malaikat maut akan datang menjemput?? Aku gak mau mati ya Tuhan! Setidaknya, aku belum siap mati sekarang! Aku…
Kemal menangis hebat.
Menyesali segala dosa yang pernah ia perbuat, menyesali segala amal yang tidak sempat ia lakukan. Sebentar lagi ia akan mati, dan ia harus memperbanyak amal? Masih sempatkah? Dengan gugup ia kemudian mencoba menyebutkan asma-asma Allah yang ia ingat. Tapi saat bayangan tentang beragam dosa yang telah ia lakukan muncul, maka istigfar-lah yang keluar dari bibirnya... namun ia pun kemudian mendadak ingat pesan dari orang-orang tua bahwa alangkah beruntungnya orang yang ketika akan wafat, terucap kalimat syahadat.
AsmaNYA? Istigfar? Syahadat? Mana yang kuucapkan kini?
Kemal menjerit frustasi. Menyesali mengapa dulu saat waktunya begitu banyak ia sangat jarang berdzikir, mengingat dan memanggil namaNya…
Keheningan yang ia rasakan begitu mencekam. Padahal ia bisa melihat keramaian diluar jendela, juga mendengar orang hilir mudik dari balik pintu kamarnya. Tapi entah mengapa, ia tetap merasa kesunyian yang seperti begitu dingin.
Tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka. Sesosok lelaki masuk. Berusia sekitar 40 tahun. Mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana kain krem. Wajahnya tampak begitu tenang. Warna kulitnya putih tapi tidak pucat. Senyum hangat mengembang dari bibirnya saat ia berjalan mendekati Kemal. Kemal dengan heran memandangnya, ia tidak kenal sosok itu…
“Apa kabar Kemal?”
Kemal tergagap mendengar saapan lelaki itu. Apakah ia sudah sadar? Matanya melirik cepat ke tubuhnya yang sedang terbaring. Masih, masih ada dirinya di tempat tidur. Berarti aku masih belum siuman. Lantas kenapa ia bisa melihat dan menyapaku? Bahkan tahu namaku?
“Kamu siapa?”
Lelaki itu tak menjawab, hanya terus tersenyum sambil melangkah semakin dekat hingga akhirnya berdiri tepat disamping tempat tidurnya..
“Kamu malaikat maut?” Tanya Kemal dengan panik, menyangka inilah saat kematiannya.
“Aku? Si pencabut nyawa itu? Ah bukan.. aku tidak punya kuasa untuk mencabut nyawa seseorang…” jawab lelaki itu sambil tertawa kecil.
“Kalo begitu kamu siapa??”
“Anggaplah teman, sahabat atau mungkin juga guru kamu…”
“Apa maumu?”
“Sekedar menemani saja, kamu merasa kesepian bukan? Merasa sendiri kan?
“Kamu malaikat?”
“Aku kenal mereka…”
“Jin?”
“Aku lebih tua dari jin yang masih hidup..”
Kemal memandang ngeri pada sosok didepannya ketika menyadari suatu hal. Mungkinkah ia adalah…
“Kamu setan??”
“Maksudmu semacam kuntilanak, pocong?” jawab lelaki itu sambil tertawa, “mana ada pocong tampak seperti ini?”
“Bukan itu maksudku… “ kata Kemal semakin ngeri…
“Lantas? “
“Kamu Iblis?”
Lelaki itu tak menjawab, hanya mendadak tertawa riang…
Sekali lagi Kemal memperhatikan sosok itu. Sebenarnya jauh dari kesan menyeramkan. Bajunya sangat rapi dan bersih. Rambut hitamnya tersisir indah. Senyumnya selalu menghiasi bibirnya. Matanya menatap tajam. Tubuhnya bahkan wangi…
“Mengapa? Apakah kamu mengharapkan aku bersosok menyeramkan? Dengan taring dan kuping runcing? Ekor berujung tombak? Dan sepasang sayap hitam serta mengeluarkan bau busuk? Hahaha… bisa saja kalau kau meminta ku tampil demikian. Atau kau sebut aku bagusnya tampak seperti apa, nanti akan aku wujudkan. Ayo, minta padaku….”
Kemal diam membisu, tak tahu apa yang harus dikatakan. Bahkan ia tidak tahu harus berpikir apa. Kejadian ini terlalu mengguncang bagi dirinya.
“Aku boleh duduk sini ya..” kata lelaku itu sambil langsung duduk di ujung ranjang tanpa menunggu jawaban dari Kamal.
“Apa maumu?” Tanya Kamal perlahan
“Mau nemenin kamu….”
“Aku ga butuh teman seperti kamu.. pergi saja..”
“Ah, mengapa kau baru bilang sekarang? Bukankah selama ini kamu berteman denganku?”
“Maksudmu?”
“Kamu sering bermain denganku!! Hayolah masa kamu lupa?” , kata lelaki itu sambil menjentikkan jari. Tiba-tiba sekeliling Kemal berubah, bukan lagi dikamar rumah sakit. Walau tetap diranjang, tapi seolah-olah ia kini berada di depan layar yang begitu besar. Di layar tersebut kemudian banyak film-film yang terbagi menjadi kotak-kota kecil. Setelah ia perhatikan, ternyata itu film dirinya sendiri…
“Pilih yang mana? Itu semua adalah kejadian-kejadiaan saat kamu sedang bermain-main dengaku. Kita sahabat Kemal! Kita sering bersama! Nah lihat, itu saat kamu sedang mencuri mangga milik tetangga.. awal-awal persahabatan kita ya..” kata lelaki itu sambil menunjuk pada suatu potongan film. Kemal bergidik menyaksikan film itu, dirinya berusia 15 tahun sedang mencuri mangga.
“Atau yang itu! Saat kamu diam-diam menonton blue film.. wah wah, itu juga kegemaranku Kemal! Kita memiliki hobby yang sama!”
Kemal memandang sedih pada layar, ia ingat saat-saat pertama menonton film dewasa itu. Ketika orang tuanya sedang kerja dan hanya ada dirinya dirumah. Berbekal film yang ia pinjam dari temannya, ia pun kemudian menyaksikan untuk pertama kalinya. Kejadian itu begitu jelas terpampang di layar.
“Mau yang lebih seru? Bagaimana kalau usia belasan kita lewatkan saja? Kita lanjut ke usia 20 tahunan aja yuk? Aku suka saat-saat itu. Kamu makin lihai dan bersemangat! Kita makin sering bersama!” ujar lekaki itu dengan penuh keceriaan. Seperti seorang sahabat lama yang baru kembali bertemu dan membicarakan tentang segala kenangan bersama.
Kemal merasa begitu lemas menyaksikan tayangan demi tayangan. Segala kenakalan yang pernah ia perbuat, segala maksiat yang pernah ia lakukan, segala kebohongan yang pernah ia ucapkan, segalanya! Segala dosa yang sudah bahkan sudah ia lupakan kembali hadir di hadapannya. Semakin lama ia menonton semakin mengigil badannya, semakin hancur hatinya,dosa kecil, dosa-dosa besar, teryata begitu mudah ia lakukan…
Tiba-tiba Kemal berteriak keras, “Berhentiiiiiiiiiiii…..”
Dalam sekejap ia kembali berada diruangan kamar rumah sakit. Lelaki itu tersenyum pada dirinya. Menatap penuh kemenangan…
“Jadi apa mau kamu sebenarnya??” Tanya Kemal tajam, ia sungguh muak pada sosok dihadapannya.
“Aku Cuma mau memberi kamu penawaran. Sebentar lagi kamu mati, apa kamu siap menghadapi pengadilan Tuhan? Apa kamu siap menerima murkaNYA? Menerima siksaNYA? Atau kamu lebih baik ikut aku? Aku tidak akan murka padamu apalagi sampai menyiksamu….”
“Allah akan mengampuni aku…”
“Hahaha… yakin amat? Lihat aku! Dosa apa yang aku perbuat? Aku hanya melakukan satu dosa! Aku hanya tidak mau menyembah pada Adam! Tapi lihat apa yang DIA perbuat padaku? Aku menjadi mahluk terkutuk! DIA tidak mengampuni aku! Lantas mengapa kamu berharap DIA mengampuni kamu? Coba lihat dosa-dosa yang tadi telah kamu lakukan! Bandingkan dengan dosaku… lebih besar mana hah? Dosaku hanya satu dan dosamu mungkin sejumlah tarikan nafas kamu selama ini! Padaku saja DIA tidak mengampuni aku, apalagi pada dirimu!”
Kemal terdiam. Mengingat dosanya yang begitu banyak. Harapannya perlahan hilang seiring kata-kata lelaki itu yang semakin masuk ke dalam benaknya…
“Jadi aku harus bagaimana? Memohon ampun?”
“Buat apa? Dosamu sudah terlalu banyak. Aku saja yang Cuma satu dosa tidak diampuni, apalagi kamu. Percuma. Lupakan istigfar, lupakan saja. Akui saja aku sebagai teman, sahabat dan gurumu. Maka aku akan menemanimu untuk melewati itu semua. Kamu tak akan sendiri lagi, aku selalu ada disamping kamu. Kita pergi bersama saja…..”
Kemal menatap sejenak. Kesendirian ini memang begitu menakutkan bagi dirinya. Ia perlu seorang teman, tapi jangankan menemani, mendengar ia bicara saja tak ada yang bisa. Melihat dirinya saja tak ada yang bisa. Ia sendirian sekarang, dan lelaki itu menawarkan sesuatu yang ia perlukan saat ini…
“Darimana aku tau kamu jujur? Bukankah kamu bisa saja berbohong”
“Berarti aku bisa saja jujur kan?” kata lelaki itu balik bertanya, “aku akan selalu menemani kamu.. ayo kita jabat tangan. Sebagai symbol pengakuan persahabatan kita…”
Tangan lelaki itu menjulur, menunggu sambutan tangan Kemal..
“Memang Tuhan tak akan mengampuni aku?”
“Kamu! Sudah aku bilang berkali-kali… baca kitab suci yang DIA turunkan padamu! Jelas-jelas tertulis disana bahwa dosaku hanya satu! Tidak mau menyembah Adam! Dan DIA mengusir aku dari surga! Hanya karena dosa itu! Lantas dengan segala dosa-dosamu, kenapa kamu masih mengharap surga dariNYA??”
Ya, Kemal ingat ayat itu. Ayat yang menceritakan bagaimana saat Adam diciptakan, Tuhan menyuruh semua mahluk untuk bersujud pada Adam sebagai penghormatan. Semua bersujud kecuali Iblis. Dan sejak itu iblis menjadi mahluk terkutuk, karena Tuhan tidak mengampuni…
“Kamu tidak diampuni DIA?” Tanya Kemal pelan, ia teringat suatu hal…
“Tidak…” jawab lelaki itu mantap, “apalagi kamu…”
“Tapi aku suka melakukan ibadah…”
“Kamu pikir apa yang kulakukan selama ribuan tahun sebelum Adam diciptakan? Main-main? Tidur? Tetap saja aku tidak diampuni! Apalagi kamu yang hidup cuma puluhan tahun.. “ tukas lelaki itu sambil menatap Kemal
Tapi tiba-tiba Kemal memang mengingat suatu hal, dan berkata pelan karena berusaha mengumpulkan ingatan tersebut… “Pantas saja kamu tidak diampuni…”
Mata lelaki itu mendadak menatap tajam, lebih tajam dari sebelumnya, malah sangat tajam seolah hendak merobek mata Kemal, “maksud kamu?”
“Kamu tidak diampuni karena kamu memang tak pernah memohon ampun! Kamu tidak menyesal atas dosa kamu! Ketika malaikat sempat bertanya pada Tuhan tentang penciptaan Adam, dan Tuhan menyuruh mereka untuk tetap taat, para malaikat langsung bersujud dan istigfar memohon ampun atas pertanyaan mereka. Juga ketika Nabi Adam melakukan kesalahan, ia beserta Hawa langsung sujud memohon ampun. Sementara kamu tidak pernah memohon ampun…”
Mendengar ucapan Kemal kini mata lelaki itu kini bahkan seperti nyala api yang membakar.
Segala tentang ayat-ayat yang pernah ia baca kini semakin terkumpul dibenaknya, Kemal semakin lantang berkata, “Bukannya memohon ampun, kamu malah diliputi amarah dan dengki. Kamu tetap terlalu angkuh dan sombong tidak mau mengakui kesalahan kamu. Lihat, bukannya permohonan ampun yang kau ucapkan, tapi kamu justru memohon minta waktu hingga kiamat kelak, agar kamu bisa menyeret keturunan Adam untuk masuk kepada kesalahan kamu yang sama. Yaitu tak pernah memohon ampun karena keangkuhanmu. Kamu tidak pernah meminta ampun padaNYA….”
Sosok lelaki itu kini seakan berubah, warna merah kehitaman seolah menyelimutinya. Kemal bisa merasakan aura kebencian dan kemarahan yang begitu kuat terpancar dari lelaki itu. Kemal masih terus saja bicara, “Aku tak ingin seperti dirimu. Mungkin memang dosaku banyak, tapi kini aku mau mengakui segala kesalahan ku padaNYA. Aku mau mohon ampun padaNYA. Sesungguhnya kasih sayangNYA melebihi murkaNYA. Dosa-dosaku tak akan pernah lebih besar dari diriNYA. Selama aku benar-benar menyesali dosa-dosa yang telah aku perbuat, memohon ampun atas kesalahan-kesalahan yang aku kerjakan maka IA akan memaafkan hamba-hambaNYA…”
“Waktumu sudah terlambat…. Tobatmu sudah tidak diterimaaa!” desis lelaki itu. Wajahnya tiba-tiba saja begit dekat dengan wajah Kemal, seolah hendak menelannya. Kini segala keramahan lelaki itu hilang sudah. Hanya ada amarah dan angkuh.
“Aku tidak peduli, selama aku masih belum dijemput oleh malaikat maut, aku akan terus memohon ampun padaNYA….” Jawab Kemal penuh keyakinan. Ia pejamkan mata dan membaringkan dirinya menyatu pada raganya. Dengan sepenuh hati ia kemudian memohon ampun atas segala dosa yang pernah ia perbuat, ia hiasi dirinya dengan istigfar. Hatinya penuh dengan penyesalan. Tak lama kemudian ia mendengar jeritan yang melengking tinggi, tapi ia tak peduli, matanya terus terpejam, bibirnya terus melantunkan permohonan ampun. Ia mencoba mengingat semua dosa-dosa yang pernah ia lakukan sambil langsung memohon ampun atas dosa tersebut.
Mengingat dosa, memohon ampun, mengingat dosa, memohon ampun, mengingat dosa, memohon ampun….
Ia tidak ingin seperti iblis yang terlalu angkuh sehingga tak pernah memohon ampun. Semoga ia belum terlambat untuk memohon ampun…
Tanpa Kemal sadari, sesosok mahluk bercahaya tampak melayang turun, bersiap menjalankan tugasnya. Sementara lelaki itu sudah pergi entah kemana. Mungkin memburu mangsa baru yang tengah putus asa di kamar lain. Kegagalan disatu usaha memang tak pernah membuatnya menyerah. Mahluk itu akan selalu berusaha hingga kiamat kelak, menemui orang-orang yang sedang menanti detik-detik akhir hidupnya..
***
Terimakasih ceritanya yang ini gan..
astaghfirullahaladziim. Ampuni aku ya Allah, yang selalu berkubang dosa
sipuputt memberi reputasi
0
Kutip
Balas
Tutup