Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pakdhegoberAvatar border
TS
pakdhegober
Teror Hantu Kos Baru Pejaten (berdasar pengalaman nyata)
Assalamualaikum, semoga agan dan aganwati semua sehat, punya pacar dan enggak kehabisan uang.
Agan pernah, diganggu jin atau sejenis makhluk astral lainnya. Kalau belum, Alhamdulillah. Bagi yang udah pernah, agan berarti nggak sendirian. Karena Ane kali ini mau berbagi cerita tentang pengalaman 7 tahun lalu di sebuah rumah kos di Pejaten, Jakarta Selatan. Sekadar overview, ane sudah lama mau nulis cerita ini, tapi banyak pertimbangan. Yang paling berat karena kos-kosan ini masih ada sampe sekarang. Setahu ane juga rame terus. Semoga kondisinya sudah lebih baik sekarang. Karena itu sebelum membaca ada beberapa rules ya, mohon dimaklumi.
1. Ini beneran cerita nyata gan? Iye ada benernye, tapi ane menulis cerita ini dengan metodologi prosa modern, ambil gampangnya novel. Jadi ane perlu nambahin bumbu buat dramatisasi. Kalau terpaksa dibikin komposisi, kira-kira 50:50 gan.
2. Kos gue juga Pejaten gan! Ini Pejaten sebelah mananya? Udeh ye nikmatin aje, jangan ganggu lapak rejeki orang. Jangan-jangan kos ente yang ane maksud lagi, berabe kan?
3. Gan bagusnya ada foto kali, supaya lebih kentara aslinya, bisa difoto gan? Yah entar ane usahain dah, pura2 nanya kamar kosong, tapi ane bakal ambil foto yang anglenya kelihatan susah ditebak ya. Lagi-lagi ini properti orang gan, mereka punya hak. Tapi entar insya allah ane usahain.
4. Kayanya ane ngerti deh tempatnya di mana, yang di jalan ini kan, sebelah ini kan? Udeh kalo ngerti simpen aja dalem hati.
5. Apdetnya kapan gan? Insya allah paling enggak seminggu sekali, antara malem jumat sampe malem minggu. kalo ada waktu banyak bisa dua kali.
6. Gan, kalo penampakan yang ini asli? suara yang itu juga asli apa rekayasa? Ya udah sih baca aja, ini bukan tayangan fact or fiction.

Nah, gitu aja sih rulesnya. semoga cerita ini menghibur dan bermanfaat. kalau ada kesamaan nama, mohon maaf ya. Buat penghuni kos yang kebetulan baca (soalnya kamarnya banyak banget gan sekarang) semoga gak sadar. Kalopun sadar, ane doain sekarang kondisinya udah nyaman sekarang.

Selamat membaca.
Spoiler for Prolog:


Quote:


Last Update 13/3/2019

Bersambung....
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 112 suara
Part bagusnya pake foto ilustrasi apa nggak?
Pake, biar makin ngefeel
42%
nggak usah, ane penakut
11%
terserah TS, yang penting gak kentang
47%
Diubah oleh pakdhegober 14-05-2022 04:55
ashrose
oktavp
a.rizzky
a.rizzky dan 139 lainnya memberi reputasi
126
1.1M
3.4K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
pakdhegoberAvatar border
TS
pakdhegober
#2559
Part 54: Kemarahan Pak Wi
Aku memilih tidak begitu memikirkan keanehan yang baru saja aku alami. Banyak waktu terbuang jika terus merawat rasa takut. Sedangkan ada janji yang mesti tertagih malam ini. Penulis itu.

Buku catatan kubuka. Halaman masih mulus. Aku yang mengawali bertanya. “Apa yang ingin kau tunjukkan malam ini?”

Catatan itu tetap terbuka, hanya pandangan kualihkan sejenak. Begitu kembali aku mendapat kabar terkini.

“Pria dalam foto itu Haji Mufid. Dialah yang menyimpan darah Sukma untuk pelarungan terakhir.”

“Apa yang diinginkannya?” timpalku segera.

“Perjanjian Sukma dengan setan yang belum tuntas.”

“Beritahukan yang bakal terjadi bila perjanjian itu terlaksana.”

“Apa pun yang diinginkan.”

“Apa pun?” aku harus memastikan kata-kata yang telah kudengar sebelumnya.

“Pemegang kekuatan jahat itu berkuasa atas segalanya. Bahkan menghidupkan yang mati atau melenyapkan kehidupan. Apa yang lebih hebat lagi?”

Aku tertawa keras-keras. “Mustahil!”

“Apa yang mustahil?”

“Hanya Tuhan yang berkuasa atas hidup dan mati!” tinggi suaraku.

“Benar, tetapi melalui perantaraan yang lain. Bukannya kamu sendiri yang katakan itu?” ternyata ia serius mengatakan itu.

“Bagaimana menghentikannya?” aku mendesak langsung ke inti masalah.

Sesuatu yang aneh terjadi. Buku catatan terpental sendirinya. Belum habis keherananku, pintu kamar diketuk dari luar.

“Pak Wi?”

Penjaga rumah ini sengaja melewatkan pertanyaanku. Mukanya membawa tanda tanya, mengedari kamar Wina dengan kesan curiga.

“Kamu dengan siapa?” pertanyaan yang tidak masuk akal. Matanya sendiri sudah memeriksa kamar!

“Yang Pak Wi lihat?”

Pak Wi tidak menjawab, hanya memanggut-manggut pelan.

“Ada perlu apa, Pak Wi?” aku merasa berhak mengetahui maksud kedatangannya.

“Bukan apa-apa,” dia menjawab sambil mengembalikan matanya mengitari kamar. “Kalau malam jangan berisik. Akhir-akhir ini saya lebih suka tidur di bawah.”

Orang tua itu dengan enteng pergi setelah mengucapkan perkataan yang sulit dimengerti. Pasalnya ia mengatakan hal itu juga kemarin malam. Aku perlu curiga, bahwa ia sedang mencari tahu kegiatanku. Siapa tahu Pak Wi punya firasat terhadap rencanaku.

Aku mengawasi Pak Wi dari atas untuk menjamin keberadaannya. Ternyata ia berhenti di ranjang bawah. Televisi menyala dengan volumenya yang pelan. Sekarang aku lebih mantap kembali ke kamar. Duduk di tempat semula, kursi rias, buku itu kemudian memberi pengetahuan terbaru.

“Ketika Haji Mufid memperbaiki bangunan ini, dia juga menyelundupkan benda berharga. Seorang pun tidak ada yang tahu. Jelasnya itu sebuah perangkap.”

“Benda apa itu?” aku langsung menuntut. Namun pikiranku juga tertuju pada kemungkinannya, yaitu, “Peti abu pembakaran…dan darah Sukma?”

Ia menjawab,

“Kau lebih pintar rupanya dari yang aku kira. Sebuah kotak berbahan kayu. Warnanya hitam. Haji Mufid dengan sengaja menyembunyikannya di bawah salah satu granit di dalam kamar Fani.”

“Apa maksud dari perbuatannya itu, hah? Sebagai perangkap supaya berhasil menuntaskan perjanjian itu?”

“Lelaki tua itu menghabiskan banyak waktu sepanjang hidupnya demi mendapatkan kekuatan yang dijanjikan. Tetapi ia tak mampu…, dan akhir-akhirnya menyerah. Dia mengincar rumah ini sejak semula hanya untuk menyelamatkan diri. Ada kekuatan di balik rumah ini yang dianggapnya sanggup menahan kejahatan Sukma.”

“Kenapa tidak mampu? Dan…, oh, Pak Wi berencana meminta bantuan orang tersebut. Aneh!”

“Orang tersebut tak pernah mampu memberikan korban terakhir. Adapun tentang Pak Wi, sebab cuma Haji Mufid yang tahu di mana tempat pelarungan itu.”

Sejauh ini seluruh keterangan tersebut tidak bertentangan dengan nalarku. Kecuali satu hal ini:

“Dengan rencana Pak Wi meminta bantuan padanya, berarti akan ada korban terakhir dalam waktu dekat ini?”

“Apa yang kau lakukan dengan air pemberian Pak Wi?”

Aku sudah menaruh buruk sangka ketika Pak Wi memberikan sebotol air kemarin malam. Tentu saja aku tak meneguknya meskipun satu tetes. Namun karena aku mengembalikan air itu sudah berkurang, wajahnya terlihat berseri.

“Pak Wi menyangka aku masuk jebakan!?” seruku bersemangat.

“Air pemberiannya adalah jalan bagi jin tersebut menjahati tubuhmu. Orang yang meminumnya dalam beberapa hari akan menderita karena perutnya dipenuhi air garam. Pak Wi telah memasang jebakan sejak hari pertama. Ketakutan mampu menjadikanmu pasrah dan percaya pada pengobatan yang ditawarkan Pak Wi. Keyakinan itulah yang membuka pintu masuknya jin tersebut ke tubuhmu.”

“Segala keterangan Pak Wi beserta ritual yang pernah dilakukan di kamar ini semata-mata dimaksud untuk menjebakmu dengan cara yang berputar-putar. Dia berusaha mengelabui jalan pikiran calon korban sedemikian rupa.”

“Pak Wi sedang menunggu kematianmu. Bahkan alibi telah disusun dengan rapi. Oleh karenanya ia akan menemui Haji Mufid besok malam dan menetap untuk satu atau dua malam. Perhitungannya adalah kau akan mendapat serangan gaib itu pada tengah malam esok atau esok lusa.”

Kendati tak sampai masuk perangkap, alur cerita ini benar-benar di luar dugaan. Pak Wi dengan segala pembawaannya, siapa sangka memiliki agenda luar biasa jahat.

“Jadi sebenarnya aku tak perlu berbuat apa-apa, kan? Sekarang aku sudah tahu banyak.”

“Bukankah kau rela melakukan banyak hal untuk Fani?”

“Ini tidak ada hubungannya dengan perempuan itu.”

“Tentu saja berhubungan. Dan beberapa waktu lalu, anaknya yang baru bisa berjalan itu merusak kembang sesajian yang ada di sebelah taman air.”

“Sybillia!?”

“Makhluk jahat berkali-kali mengganggu gadis mungil itu. Sybillia menunjukkan rasa takut dengan panas tinggi yang terus berulang.”

“Baik! Anak sekecil itu!”

“Tiada gunanya marah atau mengamuk. Kau punya kesempatan menyelamatkan Sybillia dengan mengakhiri semuanya.”

“Bagaimana caranya?”

“Temukan kotak berisi abu jenazah berikut darah sukma. Benda itu disimpan di kamar Fani, di bawah granit tepat di tengahnya. Kau tidak punya banyak waktu. Jangan sampai seorang pun tahu, termasuk Fani.”

“Lantas apa maksud benda itu?”

“Kau nanti juga tahu.”

“Hey!”

Sekelibat siluet menyapu mata. Dari luar arahnya. Sepertinya dialog ini bakal terganggu.

“Keluar sekarang dari kamar. Pergi!” suara Pak Wi dari luar.

Pak Wi apa-apaan, sih, aku mengamuk dalam hati. Jangan sampai diri ini tergoda membalas dengan emosi yang lebih.

Pintu dibuka dengan lancang. Si tua berhati gelap itu tegak berdiri dengan mata berlapis amarah. Namun tatapannya yang menyala-nyala itu tidak begitu terpusat pada diriku. Ada apa ini sebenarnya.

“Kawula mohon jangan mengganggu lagi di rumah ini. Pergilah. Tempatmu sudah ada sendiri.”

Dalam sekejap sungguh berubah wajah keriput itu, yang semula ingin mengamuk kini betapa pasrah kata-katanya.

Pak Wi bukan sedang bicara padaku. Arah matanya agak ke samping. Tak lama kemudian tunduk wajahnya seperti mengheningkan cipta. Lantas diangkat lagi. Dia berkata, suaranya berat, “Sebaiknya kamu pergi sekarang juga. Sukma telah berbicara denganmu sejak kemarin.”

Omong kosong apa lagi ini. Memangnya dia pikir aku masih percaya.

“Baiklah, saya pergi sebentar lagi.”

“Sekarang!”

Aku setuju. Tahu-tahu saja Pak Wi mendekat, merampas buku catatan dari tanganku. Kalah sigap, buku itu berpindah kuasa. Pak Wi memeriksa isinya. Kupikir semuanya akan berakhir. Nyatanya dia menyerahkan kembali buku tersebut tanpa ada apa-apa.

“Saya tunggu lima menit di bawah. Kamu ndak bisa di sini lagi.”

Mulutku menganga menyaksikan tingkah Pak Wi. Dia sedang membuat plot baru untuk sengaja membuat bingung. Tatapannya yang aneh serta yang dikatakannya barusan menurutku tak lebih dari kepura-puraan.

Kurang dari lima menit ransel berikut barang-barang sudah siap. Tinggal buku catatan yang perlu dimasukkan. Tetapi aku penasaran terhadap ekspresi hampa Pak Wi saat tadi memeriksa. Maka kubuka buku tersebut.

Tidak mungkin! Catatan-catatan itu sirna tanpa bekas.

***

Bagaimana tulisan berlembar-lembar lenyap dari tempatnya. Padahal aku menyaksikan Pak Wi hanya membuka-buka, tidak merobeknya atau mencabutnya dari spiral. Tetapi akhirnya kupikir itu tindakan darurat yang ditempuh Azazil agar kerahasiaan tetap terawat rapi.

Sepeda motorku melibas Jalan Inspeksi Kali Malang. Malam semakin lanjut. Perjalanan pulang menjadi sangat penting. Aku butuh istirahat cukup agar supaya misi besok malam berjalan lebih baik. Dalam 45 menit aku sampai. Seisi rumah sudah pada lelap. Tanpa membuang waktu lagi aku bersiap tidur.

Akan tetapi ponsel berdering. Malas-malasan aku melihat siapa oknum yang mengganggu rencana tidur ini. Fani.

“Aku harus segera pulang. Sybillia panas tinggi lagi. Dan ada yang aneh. Aku baru saja mimpi seram.”

“Aku melihat makhluk jahat itu berada di kamarku. Ia kemudian keluar. Dalam mimpi aku mengikuti arahnya. Ke kamar Wina. Tampaknya jin itu tak menggubris apa yang ada di sekitarnya. Langkahnya terus ke depan hingga sampai tujuannya. Pintu kamar Wina terbuka setengah. Dan makhluk menyeramkan itu berdiri tepat di belakangmu. Kamu sama sekali enggak sadar sedang dibayangi. Dia berusaha mendekat, berjalannya seperti gesekan. Perlahan demi perlahan….”

Aku mendengar dua cerita yang sama malam ini.

Diubah oleh pakdhegober 15-08-2019 12:10
kemintil98
qwaken
Indriaandrian
Indriaandrian dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.