- Beranda
- Stories from the Heart
Tak Punya Hati ?
...
TS
seenue
Tak Punya Hati ?
Ada saat, dimana kehidupan hanyalah omong kosong belaka.
Spoiler for Index:
Adakah Senyum di Semarang,
Spoiler for Index:
Diubah oleh seenue 06-05-2020 14:27
dbase51 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
30.4K
264
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
seenue
#1
Saat mataku masih lengket, joniku sudah bangun. Lebih tepatnya, mau pipis. Dengan serampangan gw bangun, pontang-panting macam kangkung rebus, tak bertulang, lemas. Coba jalan ke kamar mandi dan samar-samar di dapur ada sesosok makhluk, kuntilanak?
Ah bukan, dia lola yang semalam. Pas belum sampai kamar mandi, indra penciuman gw tergelitik dengan bau masakan, cukup sedap untuk ukuran sepagi ini.
Pas sudah pewe di kamar kecil, dikit demi sedikit mata gw terbuka, berbeda dengan otak gw yang sudah kembali normal, berfikir dan terus berfikir, entah itu nyari ide, mikirin bumi, mikirin tuhan dan kadang mikirin joni.
Setelah puas berdiam diri di kamar mandi, gw cabut buat cuci muka, mandi nanti siang saja. lagian, penasaran juga sama masakan yang kayaknya enak barusan.
Gw keluar lanjut ke ruang tamu, jaim lah kalau ke dapur. Acaranya nonton Spongebob, sudah. Gw sudah bisa bahagia, sumpah.
Mulai pencet cenel pertama..
Kedua..
Ketiga..
Dan seterusnya, tapi nggak ada si sepon kuning, pas gw lihat jam, ternyata sudah jam sebelas siang. W H A T !!!
“Aku tadi masak sayur asem, mau tak ambilan?”
Gw masih diam, nggak tau mau memulai mentracking diksi-diksi baru darinya. Kira-kira gw harus jawab bagaimana, gw belum pernah mendapatkan inputan macam itu soalnya.
Gw jadi ingat bunda, bedanya—bunda nggak pernah Tanya mau makan apa, cukup dibuatkan apa saja dan kadang gw dapet gratisan tangan, alias di suapi. Jadi inget bunda.
Belum gw jawab, dia sudah pergi, mungkin itu cara dia balas budi atau ongkos tidur semalam di tempat gw, bisa jadi.
Tak lama, sepiring nasi berbentuk kotak, warna kuning, harum, ada matanya, gigi dan senyuman dari irusan kulit mentimun.
“Sponsbob?” Tanya gw, lebih tepatnya Tanya ke diri gw sendiri.
Apakah gw seimut itu, harus ya kalau makan nasinya di model macam itu?
Lanjut mangkuk sebelahnya berisi sayur dengan kuah bening, kata orang namanya sayur asem. Plus tempe goreng, goreng biasa dan goreng krispi. Tapi satu yang bikin gw ngiler, ada sambel.
Hiiiii…
Apakah gw mimpi? Bukankah cewek di mimpi gw orangnya lebih sexy dan cantik daripada lola, minus moncongnya agak majuan dikit?!.
Bodo amat..
“Gimana,” tanyanya manis. Emang pertanyaan itu ada rasanya? Dan gimana caranya melabeli sesuatu itu dengan label manis atau sebaliknya? Gw! Nyengir onta. Gagal peka.
“Apanya?” Tanya gw absurd.
“Menu buatanku?”
“Nggak tega gw,”
“KOK..”
“Nggak tega buat nggak cepet-cepet nyicipin,”
“Hahahaha, kira in?” jawabnya malu. Percaya nggak percaya, kadang—orang itu bisa salah tingkah kalau berhadapan dengan seseorang yang kiranya menimbulakan rasa. Apa iya? Gak tau gw.
“Makan yak,”
“Oke..”
“La kamu nggak makan sekalian?” tanyaku sok bijak.
“Sudah tadi, nunguin kamu kelamaan ya makan duluan”
“Oh..”
Gw lanjut makan, bingung juga tapi! Gimana makanya? Kuahnya di tuangin ke nasinya, apa nasinya di sendok terus di celupin di kuahnya? Sumpah, gagal paham gw.
Lagian, gw jarang makan beginian, paling makan yang jelas ada tatacaranya makan. Meski itu sebatas tuang air, tunggu hingga mendidih, masukkan bahan, tunggu lima belas menis, tiriskan, kasih bumbu—lanjut makan.
Apa gw sebodoh itu?
Bodo ah, asal masuk perut siapa peduli. Sesendok dua sendok, kena sendok gigi berbunyi. Cipok kena bibir rasanya manis, cipok kena gigi nggak gratis. Apa ya?
Satu kata, E N A K !
“Kamu bisa masak?” tanyaku kembali membuka percakapan.
“Emm iya,” jawabnya malu-malu. Lebih tepatnya malu nggak malu tapi ngarep pujian, grogi dia. Asal kamu tau, dia beruntung bisa tidur di tempat gw, ditambah bisa ngobrol Cuma-Cuma sama gw, coba kalau dikonversikan sama klien, berapa jam yang sudah gw keluargan sama dia, tinggal kalikan berapa sudah ketemu nominalnya.
“Kata anak-anak, kamu suka sama gw, benar?”
Bentar, gw nggak terlalu bego kan? Bertanya perihal itu. Bagi gw, kejelasn itu perlu, gw nggak mau kisah hoak dan pancingan sampah ada di kepala gw. Lagipula kalau dia emang suka sama gw, setidaknya gw bakal berterimakasih, plus mengucapkan maaf—kalau gw tidak menyukai dia, tapi nggak tau nanti. Terbuka itu bikin awet muda, soal pait itu wajar.
“…………” dia beku.
“Eh ya, sudah siang gw mau balik, makasih sudah boleh nginep sini, anggap saja menu pagi ini buat balas budi,”
“Ok,” jawab gw polos.
Dia pun pulang dengan sangat sederhana, setelah melewati puntu, dia menghilang.
Sakti.
Gw, lanjut makan plus nonton saun the seep.
Ah bukan, dia lola yang semalam. Pas belum sampai kamar mandi, indra penciuman gw tergelitik dengan bau masakan, cukup sedap untuk ukuran sepagi ini.
Pas sudah pewe di kamar kecil, dikit demi sedikit mata gw terbuka, berbeda dengan otak gw yang sudah kembali normal, berfikir dan terus berfikir, entah itu nyari ide, mikirin bumi, mikirin tuhan dan kadang mikirin joni.
Setelah puas berdiam diri di kamar mandi, gw cabut buat cuci muka, mandi nanti siang saja. lagian, penasaran juga sama masakan yang kayaknya enak barusan.
Gw keluar lanjut ke ruang tamu, jaim lah kalau ke dapur. Acaranya nonton Spongebob, sudah. Gw sudah bisa bahagia, sumpah.
Mulai pencet cenel pertama..
Kedua..
Ketiga..
Dan seterusnya, tapi nggak ada si sepon kuning, pas gw lihat jam, ternyata sudah jam sebelas siang. W H A T !!!
“Aku tadi masak sayur asem, mau tak ambilan?”
Gw masih diam, nggak tau mau memulai mentracking diksi-diksi baru darinya. Kira-kira gw harus jawab bagaimana, gw belum pernah mendapatkan inputan macam itu soalnya.
Gw jadi ingat bunda, bedanya—bunda nggak pernah Tanya mau makan apa, cukup dibuatkan apa saja dan kadang gw dapet gratisan tangan, alias di suapi. Jadi inget bunda.
Belum gw jawab, dia sudah pergi, mungkin itu cara dia balas budi atau ongkos tidur semalam di tempat gw, bisa jadi.
Tak lama, sepiring nasi berbentuk kotak, warna kuning, harum, ada matanya, gigi dan senyuman dari irusan kulit mentimun.
“Sponsbob?” Tanya gw, lebih tepatnya Tanya ke diri gw sendiri.
Apakah gw seimut itu, harus ya kalau makan nasinya di model macam itu?
Lanjut mangkuk sebelahnya berisi sayur dengan kuah bening, kata orang namanya sayur asem. Plus tempe goreng, goreng biasa dan goreng krispi. Tapi satu yang bikin gw ngiler, ada sambel.
Hiiiii…
Apakah gw mimpi? Bukankah cewek di mimpi gw orangnya lebih sexy dan cantik daripada lola, minus moncongnya agak majuan dikit?!.
Bodo amat..
“Gimana,” tanyanya manis. Emang pertanyaan itu ada rasanya? Dan gimana caranya melabeli sesuatu itu dengan label manis atau sebaliknya? Gw! Nyengir onta. Gagal peka.
“Apanya?” Tanya gw absurd.
“Menu buatanku?”
“Nggak tega gw,”
“KOK..”
“Nggak tega buat nggak cepet-cepet nyicipin,”
“Hahahaha, kira in?” jawabnya malu. Percaya nggak percaya, kadang—orang itu bisa salah tingkah kalau berhadapan dengan seseorang yang kiranya menimbulakan rasa. Apa iya? Gak tau gw.
“Makan yak,”
“Oke..”
“La kamu nggak makan sekalian?” tanyaku sok bijak.
“Sudah tadi, nunguin kamu kelamaan ya makan duluan”
“Oh..”
Gw lanjut makan, bingung juga tapi! Gimana makanya? Kuahnya di tuangin ke nasinya, apa nasinya di sendok terus di celupin di kuahnya? Sumpah, gagal paham gw.
Lagian, gw jarang makan beginian, paling makan yang jelas ada tatacaranya makan. Meski itu sebatas tuang air, tunggu hingga mendidih, masukkan bahan, tunggu lima belas menis, tiriskan, kasih bumbu—lanjut makan.
Apa gw sebodoh itu?
Bodo ah, asal masuk perut siapa peduli. Sesendok dua sendok, kena sendok gigi berbunyi. Cipok kena bibir rasanya manis, cipok kena gigi nggak gratis. Apa ya?
Satu kata, E N A K !
“Kamu bisa masak?” tanyaku kembali membuka percakapan.
“Emm iya,” jawabnya malu-malu. Lebih tepatnya malu nggak malu tapi ngarep pujian, grogi dia. Asal kamu tau, dia beruntung bisa tidur di tempat gw, ditambah bisa ngobrol Cuma-Cuma sama gw, coba kalau dikonversikan sama klien, berapa jam yang sudah gw keluargan sama dia, tinggal kalikan berapa sudah ketemu nominalnya.
“Kata anak-anak, kamu suka sama gw, benar?”
Bentar, gw nggak terlalu bego kan? Bertanya perihal itu. Bagi gw, kejelasn itu perlu, gw nggak mau kisah hoak dan pancingan sampah ada di kepala gw. Lagipula kalau dia emang suka sama gw, setidaknya gw bakal berterimakasih, plus mengucapkan maaf—kalau gw tidak menyukai dia, tapi nggak tau nanti. Terbuka itu bikin awet muda, soal pait itu wajar.
“…………” dia beku.
“Eh ya, sudah siang gw mau balik, makasih sudah boleh nginep sini, anggap saja menu pagi ini buat balas budi,”
“Ok,” jawab gw polos.
Dia pun pulang dengan sangat sederhana, setelah melewati puntu, dia menghilang.
Sakti.
Gw, lanjut makan plus nonton saun the seep.
ariid dan yusufchauza memberi reputasi
6