Kaskus

Story

seenueAvatar border
TS
seenue
Tak Punya Hati ?
Ada saat, dimana kehidupan hanyalah omong kosong belaka.


Spoiler for Index:


Adakah Senyum di Semarang,


Spoiler for Index:

Diubah oleh seenue 06-05-2020 14:27
ipppsssAvatar border
anton2019827Avatar border
dbase51Avatar border
dbase51 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
30.4K
264
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
seenueAvatar border
TS
seenue
#3
Hari itu sedang cerah, secerah perasan gw. Gimana nggak cerah coba, di depan gw ada cewek cantik, semeja dengan gw dan sudah akrab. Entah namanya siapa, gw lupa. Yang jelas, tubuhnya porposional, apalagi buah encutnya, pas kalau di raba. Dia jenis cewek casual, simple, elegan, ditambah potongan pendek, semakin menampakkan keihiranya. Amazing..

Tapi sayang, moncongnya rada maju sedikit.

Kita ngobrol dari barat ke timur, ujungnya sampai papua sana. Endingnya nggak jelas.

Dan lapp…

Ternyata Cuma mimpi.

Gw mimpi pas lagi ketiduran di kantor, pas gw bangun! Ternaya memang sebatas mimpi.

Tapi, ada satu yang perlu kamu ketauhi, yaitu tentang kriteria cewek gw, meski di mimpi moncongnya agak surplus, semoga di alam nyata nggak ngalahin eli su gigi. Amin.

Pas gw masih berwajah bego, temen gw nyamperin, seperti biasa—sebatas ngasih draf system yang harus gw aplikasikan ke website atau android. Tau kan, kira-kira gw kerja apa. Pekerjaan gw nggak butuh orang banyak cing-cong, butuhnya selesai. Selesai deal sama customer terbitlah revisi, kurang ini kurang itu, oke-in saja, toh.. ongkosnya nambah.

“Bos.., anak-anak ntar malem ngopi di panji, datang ya.. sekalian makan-makan, katanya.. lola ultah”

“Emm..” jawab gw nggak jelas.

“Ayolah bos, peka dikit lah!” ujarnya dengan wajah tengil.

Gw Cuma melihat sekilas, mau jawab! lagi nggak ada alasan mau jawab apa. Lalu, makhluk yang namanya Sandi itu pergi dengan senyum tanpa busana. Btw, lola itu karyawan sini juga, Cuma beda divisi. Kata orang-orang, dia menyukai gw. Gw? Masih belum sreg, tandanya si joni nggak hormat kalau ada dia. Karena gw orang baik, keputusan si joni adalah prioritas kelas wahid. Lagian, kalau gw nekat tapi joni nggak mau, gw bisa apa. Ya nggak jon.

***
Malamnya gw hadir, entah dengan alasan apa gw kok tumben hadir, biasanya gw nyingkir.

Karena gw hadir, sudah pasti pipi putih itu jadi bakpau rebus. Apalagi pas dia nyambut gw di pintu masuk, pake acara gandeng tangan segala. Gw, biasa aja!. Lagian, gw lupa nggak bawa kado, itung-itung itu dulu kadonya.

Pas acara sudah rame, banyak juga yang teller, termasuk dia, gw mendadak bingung. Lantas, sebuah pertanyaan masuk di benak gw, kenapa ya.. di tempat yang ramai seperti ini, gw merasa kesepian?
Belum sempet nemu jawaban, lola sudah roboh di pangkuan gw, dia masih dengan pipi yang merah, bibir apalagi dan satu yang umum, dari bibirnya merancau kata nggak jelas. Gw, jadi kasihan. Entahlah, sebejat-bejatnya gw, gw kok masih bisa merasa kasihan.

Acara masih terus berlanjut, sebagian sudah tepar, sebagian masih heboh dengan gaple dan sebagian lagi asik dengan curhatan nggak jelas, mungkin—sedikit melepas kejenuhan hidup. Sedangkan lola, bubuk dengan pulas di pangkuan gw.

Sebenarnya gw mau pulang duluan, tapi nggak enak sama lola, apalagi dia KO beneran. Sebajingan-bajinganya gw, gw masih berperikemanusiaan, apalagi dia sedang ulang tahun. Anggap saja, ini kado buat dia. Mungkin!, bagi gw biasa saja, tapi bagi lola? Bisa jadi luar biasa, mengingat, dia menyukai gw, sedangkan gw!, biasa aja.

Sekitar jam dua pagi, gw balik..

Sama lola.

Lebih tepatnya, lola bakalan nginep di apartemen gw. Katanya sudah kemalaman, mau pulang takut sama bokapnya, sekalian nggak pulang katanya, besok tinggal bilang—nginep di rumahnya Sella, beres.

Gw, bilang ke lola.

Seperma gw, cukup kalau bikin dia bunting..

Lalu dia jawab apa, BODO AMAT. Oke, kita balik. Mobilnya dia titipin, jadi dia semobil sama gw.

Selama perjalanan, dia Cuma merem, diem dan nggak tau dia hidup apa tidur. Sesampainya di besmen, dia bangun. Mungkin, selama perjalanan dia tidur nggak tidur, lebih tepatnya bahagia, apalagi sama gw. Gw bisa berkata demikian, gw yang horror ini kadang nonton drama korea.

Kita keluar mobil Cuma diem-dieman. Pun kita jalan ke lift, di dalam lif dia Cuma diem, gw! Biasa aja. Anggap saja sedang nonton drama korea. Simple kan.

CLING..

Kita sampai di lantai sepuluh, keluar lif, jalan lurus, mentok, hadap kanan—itu pintu apartemen gw.

Berbekal eyescaner, pintu sudah terbuka dengan otomatis, disusul lampu led menyala bergantian. Mulai dari ruang tamu, dapur dan kamar. Gw masuk seperti biasanya, tapi tidak dengan lola. Dia masih mematung di depan puntu. Mungkin dia sudah sadar, kalau di depan sana ada seperma nakal.

“Masuklah, nggak enak sama tetangga..” sahut gw datar.

Dia berbisik assalamualaikum.. lanjut melangkahkan kaki masuk kedalam. Gw masih bisa mendengar meski lirih. Gw jadi inget kata Eyang, kalau kita hidup di dunia ini nggak sendirian, meski mata kita nggak bisa melihat, di samping kita—di sekitar kita ada makhluk lain yang sama-sama menghuni alam belantara, so—kata Eyang, kalau mau masuk terlebih itu ada pintu, paling nggak harus salam. Salam ke yang punya rumah atau salam kepada yang punya tempat namun kasat mata.

Gw, tiba-tiba tersenyum.

Meski dia sudah masuk tapi dia masih berdiri seolah sedang dalam acara formal, belum duduk kalau belum dipersilahkan duduk.

“Nggak usah sungkan, biasa aja.. anggap rumah sendiri, kalau mau minum, kulkas di belakang. Meski kamu tamuku, gw bukan tuan rumah yang baik, kalau mau apa-apa ambil sendiri, oke”

Dia hanya senyum kecil, lantas ke belakang, bisa ke dapur bisa ke toilet. Gw, mlipir ke meja kerja. Meski besok weakend, kalau ada kerjaan yang belum selesai, rasa-rasanya seperti ampas. Dimakan nggak enak, ngak dimakan juga nggak enak.

Kadang gw juga berfikir, apakah kehidupan memang seperti ini. Meski seperti ini yang seperti apa gw juga gagal paham. Mungkin, hidupku terlalu lurus, pun kalau ada percabangan—itu tak lebih dari variable-variabel sebalum sampai ke output kehiduapn itu sendiri.
Lantas, kehidpan macam apa yang gw inginkan sebenarnya?

Pekerjaan bagus, sudah..
Rumah, sudah..
Tempat kimpoi, kalau gw mau—tinggal calling..
Lalu, apa yang gw inginkan?
Apa yang sebenarnya gw piukirkan?

Meski otak ini terfokus ke data-data, kadang iklan-iklan macam itu sering muncul tanpa permisi, kalau sudah akut—gw bisa seperti zombie. Mangkanya gw tadi bilang, pagi kerja, malam ngopi, tengah malam coli. Lebih tepatnya bukan coli recehan, tapi coli pikiran yang butuh tempat untuk menyalurkan hasrat nan sekarat. Kamu tau, di balaik manusia pendiam, ada dunia yang teramat bising di kepalanya. Dan aku sedang mengalaminya.

Pas otak gw masih berkutat dengan dunianya, seseorang mengacaukan tanpa permisi.

“Kopi..” sapanya sembari meletakkan cagkir di meja kerja gw.

“Thanks..” jawabku datar.

Lantas dia pergi ke balkon dengan cangkir yang sama dengan yang dia letakkan di meja gw. Mungkin dia lagi suntuk? Mungkin juga lagi happy? Siapa peduli. Gw, lanjut ke draf-draf yang masih bertebaran di banyak folder.

kira-kira jam lima pagi, gw istirahat. Mungkin karena kopi, gw bisa on sampai jam segini. Pas gw jalan ke ruang tamu, lola sudah pulas di sofa. Berbekal selimut, gw selimutin dia. Gw, otw kamar dengan pikiran nggak jelas, sumpah—gw capek dengan kepala macam pc pabrik. Kapan diamnya ini otak.

Gw sudah berbaring di ranjang, empuk, putih dan bersih. Mulai memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam, hembuskan! Konsentrasi, hitung domba satu-satu.

Tidur…
ym15
njek.leh
oktavp
oktavp dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.