evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
KAU BUKAN DIA
GIF

Edisi Cerita Bersambung
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
❤Happy Reading❤



Bagian 1
***

“Mas, jangan bengong kayak Keong! Ayo kita bicara jika memang Mas sudah cape dengan keadaan ini Jangan diam membisu Mas?”

Mia Astuti tak henti-hentinya bicara, mengomel, bahkan kadang memaki. Seperti punya banyak perbendaharaan kata, setiap hari selalu ada kalimat kalimat baru yang meluncur dari bibir tipis mungilnya itu.
Sementara laki-laki dihadapannya cuma bisa menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih abu-abu. Tak memberi respon, apalagi melontarkan satu kata pun.

Cuma terdiam, membisu.

Ya! Agus Sukiman nama laki-laki itu memang sudah seperti mayat hidup. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi sebulan lalu membuatnya koma dan mengharuskan terbaring di salah satu ruang rumah sakit lengkap dengan segala kabel yang terpasang di tubuhnya tak berdaya. Sementara Mia, istrinya, selalu datang tiap hari menjenguk, melihat kondisi laki-laki yang dicintainya. Seringkali mengajak bicara bahkan kadang sampai seperti orang yang sedang berantem. Semua upaya dilakukannya agar ada respon dari Agus, walau selalu berakhir dengan keheningan.

“Kalau Mas masih betah diam, ya diam saja sepuas hati Mas,” ujar Mia sambil membelai pipi Agus.

“Mia selalu ada di sisi Mas Agus meski keadaan kita seperti ini sekarang.”

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk pelan.

“Assalamu alaikum, Mia? Ini Aku, Kevin,” sahut suara di balik pintu.

Mia melepaskan tangannya dari pipi Agus, kemudian beranjak menuju pintu lalu membukanya perlahan.

“Masuk, Vin,” ujar Mia lembut. Mempersilahkan Kevin, sahabat Agus masuk ke dalam kamar.

“Makasih Mia,” balas Kevin lalu melangkah menuju sisi ranjang Agus.

“Mia, bagaimana kondisi terakhir Agus? Apa kata dokter? Apa sudah ada perubahan?” tanya Kevin bertubi-tubi membuat Mia menghela napas panjang.

“Ya ampun Vin, tanya satu-satu dong?

Kevin menyadari jawaban Mia dan terkekeh pelan menahan tawa.

“Maaf Mia, terlalu semangat soalnya.”

“Menurut dokter sejauh ini belum ada perkembangan yang maksimal, setidaknya kita harus terus mencoba mengajaknya berbicara agar otaknya bisa memberi respon” balas Mia pelan, sangat pelan sampai Kevin harus memperlebar telinganya agar bisa mendengar jawaban Mia.

“Kalau begitu kamu harus sabar Mia, jangan patah semangat. Berusahalah terus agar Agus bisa kembali dari komanya.”

“Ya! Itu harus Vin! Makasih ya atas kunjungannya,” ujar Mia penuh haru.

***

Seminggu kemudian.

Langkah Mia tergopoh-gopoh bergegas berjalan melewati koridor rumah sakit, sebelumnya menyempatkan diri meminta ijin kepada majikan tempat ia bekerja untuk ke rumah sakit. Masih teringat pihak rumah sakit menelpon memberi tahu kondisi terakhir Agus.

“Selamat Siang Bu, kami dari pihak Rumah Sakit Persada ingin memberi tahu kalau dokter Yani mau bertemu dengan Ibu siang ini.”

Begitu sampai di ruangan dokter Yani, langkah Mia terhenti. Tangannya mengulur mengetuk pintu, untunglah dokter ada di ruangannya.

“Silahkan duduk, Bu.”

“Terima kasih Dok, berita apa yang ingin di sampaikan?”

“Maaf sebelumnya jika mengganggu pekerjaan Ibu, ini tentang Pak Agus. Ibu harus kuat menerimanya, harus tabah karena semua sudah menjadi takdir Allah semata.”

“Astagfirullah al adziim, suami saya kenapa Dok?”

“Maaf Bu, saya mewakili tim medis lainnya selama ini sudah berusaha sebaik mungkin. Segala upaya telah kami lakukan untuk menyelamatkan suami Ibu, namun Yang Kuasa berkehendak lain. Pak Agus telah berpulang menghadap-Nya.”

Seperti kilat menyambar bumi, seperti itu pula kata-kata dokter Yani menyayat hati Mia. Bagaimana tidak, mas Agus yang dia harap bisa kembali sadar membuka mata melihatnya kini telah tiada. ‘Ya Allah, kuatkan aku,’ bisik Mia, air mata pun tumpah. Tangisannya memenuhi ruangan, dokter Yani beranjak dari kursi menepuk bahu Mia perlahan, memberi kekuatan.

***
Diubah oleh evywahyuni 20-04-2019 10:25
parmansuyadi01
khuman
bukhorigan
bukhorigan dan 23 lainnya memberi reputasi
24
6.7K
68
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
#7
KAU BUKAN DIA #8
***

Sekarang sudah jam lima sore, saatnya mereka yang bekerja mencari nafkah kembali ke rumah masing-masing. Tak luput Kevin, setelah membereskan meja, dan merapikan berkas-berkas laporan, serta mematikan komputer. Ia pun bergegas meninggalkan biliknya, ke luar ruangan bersisian dengan Iwan, dan beberapa teman lainnya.

Begitu sampai di parkiran semuanya menyebar ke kendaraan masing-masing, rasa letih di wajah mereka terhapuskan. Terbayang wajah anak, istri, dan keluarga yang sedang menanti.

Hari ini Kevin sangat bahagia, perasaannya disambut baik oleh Mia. Semangatnya menggebu-gebu, malam ini ia akan datang ke rumah Mia, ingin mengajak wanita idamannya itu kencan atau jalan-jalan kemana Mia mau.

Begitu hendak membuka pintu mobil, gawainya berdering. Ada nama Arumi tertera di sana. Tak menunggu lama, Kevin segera menerima panggilan itu.

"Ya, ada apa Arumi?"

Tiada suara di seberang sana, hanya terdengar rintihan kesakitan. Kevin menatap layar HP-nya, jangan-jangan ia salah menerima panggilan.

Kembali ia dekatkan telinganya, menyimak suara itu. "Halo ... Arumi? Ada apa?" tanyanya.

"Keeviin ... tolong akuu, Viin." Suara Arumi terdengar memelas. 'Hei ... ada apa pula dengan gadis itu? Bukankah tadi ia baik-baik saja?'

"Kamu dimana, Arumi?" tanya Kevin lagi, dilihatnya mobil Arumi masih di parkiran, tetapi tak ada Arumi di dalamnya.

"Aku masih di ruangan, Vin. Segera kemari ya?" jawab Arumi, lalu mematikan panggilan teleponnya.

Iwan yang hendak berlalu segera ditahan oleh Kevin, tak ingin terjadi apa-apa dengan Arumi akhirnya Iwan mengikuti ajakan Kevin untuk segera kembali ke ruangan mereka. Bersama-sama memeriksa keadaan Arumi.

***
Begitu tiba di ruangan, suasana sepi dan lengang. Kevin menunjukkan jari telunjuk ke bibir, menyuruh Iwan agar tak bersuara. Kevin merasa, ada sesuatu yang aneh.

"Arumi? Kau di mana?" kata Kevin sambil berjalan mengendap-endap, Iwan menyusul di belakangnya.

"Aku di sini, Vin," ucap Arumi di balik mejanya.

Kevin segera ke balik meja Arumi, ternyata keadaan Arumi tidak baik. Dia terduduk di lantai dalam kondisi lemah sambil memegang perutnya, sesekali meringis kesakitan.

"Kau kenapa, Arumi?" Kevin masih waspada, jangan-jangan ini hanya jebakan Arumi.

"Perutku tiba-tiba sakit, Vin. Antar aku pulang ya?"

Iwan menghampiri Arumi, berjongkok di dekat gadis itu "Mari sini, kubantu berdiri, tampaknya kau sangat kesusahan".

Arumi menepis tangan Iwan, " Gak usah, aku cuma mau Kevin yang membantuku."

"Sudahlah, tak usah diperpanjang. Kalau kau tak mau ditolong oleh Iwan, sebaiknya kau berdiri saja sekarang sebelum kupanggil satpam untuk membantumu." Kevin tetap bergeming di tempatnya, terus menatap tajam ke arah Arumi.

'Sial! Dia tahu jebakanku. Aku harus berpura-pura tetap meringis kesakitan sampai Kevin mau menolongku' batin Arumi.

"Aduuh ... sakit, aduuh!" Arumi mengerang kesakitan.

Iwan tak sampai hati melihat kondisi Arumi, tanpa bertanya lagi segera ia membopong Arumi. Mengangkat tubuh gadis itu lalu ke luar ruangan.

Kevin mengikuti mereka. Sampai di parkiran, segera dibukanya pintu mobil Iwan. Iwan pun mendudukkan Arumi di kursi depan. Ada raut kecewa di wajah Arumi, 'bukan ini yang kuharapkan!'

"Wan, bawa Arumi ke rumah sakit terdekat. Aku menyusul di belakangmu," ujar Kevin.

"Gak usah! Antar aku pulang saja, Wan." sahut Arumi sambil memasang seat belt.

"Baiklah." Mobil Iwan akhirnya melaju, meninggalkan Kevin yang masih berdiri di parkiran.

***
Lepas Maghrib mobil Kevin telah melintasi jalan raya, menuju rumah Mia, sang pujaan hati. Arumi baik-baik saja, begitu laporan Iwan tadi. Kevin tersenyum lepas, hari ini selamat dari jebakan Arumi.

Tok ... tok ... tok ....
"Assalamualaikum," ucap Kevin yang telah berdiri di depan pintu Mia.

"Waalaikumussalam." Pintu terbuka, Mia keluar dengan memakai mukena. Selepas salat Magrib dia langsung mengaji dulu.

"Ada apa, Vin? Tumben kemari malam-malam," tanyanya.

"Boleh masuk? Masa tamu dibiarkan di luar gak di suruh masuk." Kevin balas bertanya.

"Maaf, Vin. Ini sudah malam, tak baik bila aku menerima tamu di dalam. Kita duduk di sini saja ya?" Mia menuju kursi di teras rumahnya. Kevin tersenyum hambar, mengikuti Mia duduk di kursi.

"Habis ngaji ya?" tanya Kevin ramah.
"Iya nih, kebiasaan kalau sudah dapat Magrib kudu ngaji dulu, Vin," balas Mia.
"Oh gitu, kita makan di luar yuk. Lapar nih. Sekalian ajak Novi biar gak ada fitnah," sahut Kevin kemudian, berharap Mia mau mengabulkan ajakannya.

Mia mengangguk setuju. "Tunggu bentar ya? Aku ganti pakaian dulu. Eh, sekalian tolong hubungi Novi, supaya bersiap-siap juga, Vin." Selepas bicara Mia berlalu masuk.

Kevin merogoh sakunya, mengeluarkan HP-nya. Lalu men-dial nomor seluler Novi.

Sesaat kemudian. Mia keluar dengan pakaian sederhana yang tampak elegan di mata Kevin. Pandangan takjub jelas terpancar di wajahnya.

"Mia, kau cantik sekali." Tak sadar pujian itu keluar juga. Mia tersipu malu, "Biasa saja kok, Vin. Sudah hubungi Novi? Apa katanya? Dia siap nggak?"

"Eits, satu-satu dong tanyanya," sahut Kevin sumringah.

Mia merengut, dia sadar kalau biasanya Kevin-lah yang sering bertanya seperti itu padanya. Akhirnya dia pun tertawa.

"Sudah ah ketawanya, Novi sedang menunggu kita sekarang. Yuk, berangkat," ajak Kevin,. Beranjak dari kursi ke luar menuju mobil.

"Tunggu, aku kunci pintu dulu," sahut Mia.

Kevin membukakan pintu, "Silahkan masuk, tuan putri."

Mia tersenyum, sungguh manis di mata Kevin. Setelah Mia masuk, Kevin menutup pintunya lalu masuk dari pintu di sebelahnya. Segera mobil pun melaju, menuju rumah Novi yang sedang menunggu.

***
Jalanan malam ini sangat ramai, Kevin berhati-hati mengemudikan kendaraannya. Sesampainya di rumah makan, mereka bertiga segera keluar dari mobil. Suasana di rumah makan itu tampak ramai oleh pengunjung. Begitu mendapat meja kosong, ketiga orang itu pun duduk. Pelayan datang membawa menu, setelah mencatat menu pilihan masing-masing pelayan itu pergi memesankan makanan pilihan mereka.

Sambil menunggu makanan datang, mereka asyik berbincang. Membahas tentang tempat kerja masing-masing. Diselingi kekocakan Novi yang selalu menghibur.

"Vin, gimana dengan Arumi? Apa dia masih mendekatimu?" tanya Mia. Sesaat semuanya diam, pandangannya tertuju pada Kevin.

"Iya, seperti biasa, tapi sudahlah. Jangan membicarakan dia lagi, toh sekarang ada kamu dalam hatiku." jawab Kevin, dia balas menatap Mia.

"Cieee ... cieee! Aku jadi obat nyamuk nih ceritanya!" seru Novi, menggoda Mia yang kini tersipu malu.

"Sssttt, Novi! Jangan berisik dong. Semua orang memperhatikan kita sekarang," ujar Kevin.

Pelayan datang membawa makanan yang telah mereka pesan. Setelah itu mereka bertiga mulai menyantapnya sebelum terlebih dahulu membaca doa makan.

Disela-sela keasyikan mereka, entah dari mana datangnya Arumi telah berdiri di samping Kevin. Mia yang duduk di depan Kevin sontak meletakkan sendoknya. Di ikuti oleh Novi. Kevin yang tidak merasakan kehadiran Arumi heran melihat Mia menghentikan makannya.

"Kenapa, Mia? Kok berhenti makan?"

"Ada Arumi, Vin. Tuh di sampingmu," jawab Mia, ekor matanya mengarah ke Arumi.

***
Diubah oleh evywahyuni 14-02-2019 14:00
actandprove
bekticahyopurno
pulaukapok
pulaukapok dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.