Dulu saya mempunyai seorang teman yang berbeda agama dengan saya. Saya Islam dia Nasrani. Waktu itu kami kemana - mana selalu berdua, bahkan berbagi kamar kost dan berbagi rokok.
Akan tetapi semua keadaan berubah ketika kami berdua memiliki pacar.
Sejak saat itu kami berdua sering pulang malam karena harus kencan dengan pacar masing - masing. Yang dulunya setiap pulang kerja kami pasti selalu meluangkan waktu mengobrol, ngopi, merokok sampai menjalankan usaha bersama setelah kami mempunyai pacar hal - hal tersebut sudah tidak ada lagi.
Tiba saatnya teman saya itu memutuskan untuk menikah dengan teman gerejanya. Sudah pasti dia keluar dari kost untuk mencari kontrakan dengan istrinya.
Dan dengan begitu komunikasi kami hanya sebatas rekan kerja, bahkan untuk ngopi bareng sudah tidak bisa.
Setelah 2 tahun kemudian saya menikah, dan pada saat acara resepsi saya yang datang hanya teman saya itu tanpa membawa istri dan anak.
Jujur saat itu saya merasa kecewa karena pada saat dia menikah saya membawa calon istri saya, waktu itu saya sudah bertunangan dengan pacar saya.
Lebih herannya lagi ketika saya mengajak dia sekeluarga untuk keluar liburan bersama atau bahkan sekedar ngopi dia selalu tidak bisa.
Keadaan semakin buruk ketika komunikasi kami terputus hampir 3 tahun.
Di bulan Januari 2019 akhir kemarin kebetulan kami berdua pulang bareng dan menyempatkan untuk ngopi di kantin. Saya sangat kaget ketika dia ngomong kalo dia mau cerai dengan istrinya.
Masalahnya saya kurang paham,akan tetapi dia bicara jika dia juga mengajak kedua mertuanya tinggal bersama dirumahnya.
Saya tidak berprasangka buruk kepada kedua mertuanya, akan tetapi teman saya ini bercerita bahwa dulu waktu tinggal di kontrakan tanpa mertua dia dan istrinya baik - baik saja. Tetapi sekarang ketika menempati rumah sendiri dan mengajak kedua mertuanya, dia dan istrinya sering bertengkar.
Sampai - sampai istrinya berani mengusir teman saya ini dari rumah, dan kedua mertuanya hanya diam tanpa berbicara apa apa. Secara logika orang tua mana yang mau anaknya bertengkar dengan suami atau istrinya? sampai berani mengusir seperti itu?. Saya hanya terpaku mendengar cerita teman saya ini, rasa kasihan dan pedulipun muncul kembali.
Sekarang teman saya ini sedang menunggu istrinya menggugat cerai dirinya, teman saya ini memiliki anak satu, dan dia berharap bisa membawa anaknya dengannya. Sampai hari inipun 12 Februari 2019 teman saya ini belum mendapat kepastian dari istrinya, hubungan mereka mau dibawa kemana.
Dan saat ini teman saya ini tinggal dikontrakkan, sedang anak, istri dan kedua mertuanya tinggal dirumah yang sudah dibangun oleh teman saya ini.
Ini cerita singkat, tetapi akan saya update terus bagaimana kelanjutannya.