- Beranda
- Stories from the Heart
Thread Perlombaan COC SFTH Kembalikan Cinta Yang Hilang
...
TS
sabna.tamara
Thread Perlombaan COC SFTH Kembalikan Cinta Yang Hilang
Quote:
Thread ini adalah thread perlombaan. Dilarang chit-chat, junk atau apapun disini. Hanya ada cerita yang dilombakan. Jika melanggar akan dikenakan sanksi berupa delete post, reset post atau banned.


Untuk melihat info selanjutnya atau ingin bertanya jika masih ada yang mengganjal, silahkan dilihat dan ditanyakan di Thread Utama. Terima kasih.


Diubah oleh sabna.tamara 04-02-2019 20:55
terbitcomyt dan 17 lainnya memberi reputasi
18
44K
117
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
Dhika
#104
Iris, Sang Pelangi
Quote:

Quote:
Iris adalah perempuan yang mampu membuat para pria meliriknya setiap kali ia berjalan. Iris memang tak secantik Indah Kusuma atau seseksi Ariel Tatum, tapi pesonanya terletak dari pembawaannya yang begitu anggun dan mempesona. Cara berpakaiannya yang tak berlebihan namun modis selalu menjadi daya tarik tersendiri. Pesona Iris juga ditunjang dengan keenceran otaknya. Ditunjukannya dengan menjadi salah satu juara dalam dunia hukum nan licin yang katanya hanya milik para manusia berjakun di umurnya yang masih sangat muda 27 tahun.
Tak banyak yang tau tentang latar belakang Iris, yang mereka tau hanya sepak terjang dan betapa tangguh seorang Iris. Iris, perantau yang jauh dari kampung kelahirannya tanah Toraja. Ia tak pernah senang jika ditanya tentang masa lalu dan asalnya, katanya itu terlalu pribadi dan tak penting untuk dibahas. “ Apa pedulimu dengan yang lalu? Toh aku telah berdiri di sini sekarang dan tak kurang satu apapun. “ begitu guraunya setiap kali ditanyakan tentang masa lalunya.
Lagian apa peduli pria-pria tersebut dengan masa lalunya, mereka seperti kerbau yang ditusuk hidungnya jika bersama Iris. Harus dicantumkan, Iris punya seribu satu cerita dan lelucon yang mampu membuatmu terpikat dengan caranya menuturkan. Mungkin saat dia tak lagi laku jadi pengacara Iris boleh coba melamar menjadi presenter atau penyiar.
Kebanyakan perempuan pasti begitu iri melihat Iris. Apa yang tak dimilikinya? Iris punya selusin pria yang siap melakukan apa saja untuk dirinya. Walau hal ini malah menjadi kendala tersendiri bagi Iris. Ia tak pernah mampu menseleksi pria mana yang benar-benar melihat Iris sebagai seorang iris. Rata-rata semua hanya kagum dengan pengacara muda bahenol yang pintar serta penuh percaya diri.
Hal ini juga yang membuat Iris tak pernah menanggapi serius semua pria-pria yang dikenalnya. “ Siapa yang tak ingin menggapai bintang? Mereka hanya tertarik dengan penampilanku! Bukan siapa aku.. “ begitu curhatnya kepada para sahabat yang selalu mempertanyakan tentang status single yang masih terus dipertahankannya.
Mungkin masalah sebenarnya adalah pintu hatinya yang telah terkunci rapat karena dia yang lalu. Tapi hal itu tak pernah diceritakannya, kecuali pada Micko anjing kesayangannya yang begitu setia menemani. Seperti malam ini di beranda rumah sembari memandangi langit malam. Iris teringat akan dia. Dia yang membuat Iris begitu mencintai malam dan sahabat-sahabatnya.
Malam penuh bintang selalu membuat Iris bermimpi dalam jaga, dan kembali ke masa-masa dulu
Quote:
Betapa malam itu begitu indah dan tak terlupakan. Kenangan yang tak mungkin bisa lepas dari ingatan Iris. Memori berharga yang tak akan sudi ditukarnya dengan apapun di dunia ini.
“ Bintang.. teganya dirimu! Mana janjimu untuk terus menyinariku? Tapi bodoh saja aku masih bertanya-tanya tentang keberadaanmu! “ desahnya dalam lirih sembari memeluk Micko erat dalam pangkuan.
Hanya Micko temannya untuk berbagi kepedihan dan air mata, tak diizinkannya seorangpun untuk melihatnya dalam keadaan terluka dan terpuruk begitu. “ Biar micko, biar hanya kamu yang tau betapa rapuhnya aku! Aku tak ingin mendengarkan kata-kata prihatin dan basa basi busuk itu! “
Telah sejak lama sebenarnya Iris tak lagi ingin memperlihatkan kelemahannya kepada orang lain. Sejak dia yang begitu dipercaya membuat hatinya hancur berkeping-keping. Semenjak itu Iris bertekad untuk menjadi wanita kuat dan tabah serta menjadi bintang dengan usahanya sendiri. Inilah Iris yang sekarang, bintang benderang yang bersinar dan tak tergapai.
Perempuan yang terlihat tangguh namun punya hati rapuh bak kaca. Orang yang selalu ingin memperlihatkan pada dunia, bahwa dia mampu untuk menjadi bintang. “Akh.. bukan pada dunia, sebenarnya hanya padamu. Lihat! Aku bukan lagi bulan yang selalu menunggu cahaya darimu. Aku bisa menjadi bintang meski tanpamu. Walau kamu tak lagi menemaniku di langit ini! “ batin Iris dalam hati.
Tapi ternyata saat aku jadi bintang benderangpun, aku tak mampu mengisi semua ruang kosong yang ada di sini karena kehilanganmu.
Quote:
“ ya.. aku kalah! aku salah berpikir dengan menjadi bintang mampu melupakan perasaanku saat menjadi bulan! Ternyata aku tetap merindukan saat-saatku diterangi olehmu bintang, walau sudah berlalu 2 tahun silam. Akh.. sampai kapan? Mungkin sampai kutemukan bintang lainnya. Setidaknya begitu harapanku. “
Pagi itu seperti pagi pagi sebelumnya, hanya serasa lebih dingin dan lebih menusuk buat Iris. Kompres mata yang biasa digunakannya tak lagi efisien untuk menyembuhkan sembab di matanya karena menangis. Tiba-tiba terdengar suara memanggil namanya dari ujung lorong, ternyata Surya. Patner sekantornya yang penuh wibawa dan tak banyak bicara.
“Kenapa Sur? “
“Aku dengar kamu begitu menyukai bintang. Maukah kamu menemaniku makan malam hari ini? Aku punya vocher makan di sky dinning! “ cerocos Surya dengan wajah penuh senyum.
Tak pernah Iris melihat Surya tersenyum seperti itu sebelumnya. Namun Iris terhenyuk mendengar kata bintang disebutkan lagi pagi ini, menjadi linglung dan tak mendengarkan penggalan selanjutnya dari permintaan Surya. Iris hanya tersenyum kecil sambil mengangguk dan terus berlalu.
“Aku jemput jam 7!” teriak Surya masih dengan senyum lebar
Iris tersadar kembali mendengar kata-kata Surya, tapi terlambat untuk meralat kesalah pahaman ini. Ia tak tega menyurutkan senyuman Surya dan tak ingin membongkar aib masa lalunya kepada siapapun. Makan malam dengan Surya toh tidak akan merugikan. Walau Iris bingung dari mana Surya tau tentang kecintaannya terhadap bintang.
Sudahlah pikirnya, Surya teman yang baik dan selama ini begitu tulus jika membantunya. Tak terlalu banyak bicara, lebih banyak mengamati. Juga tidak seperti rekan-rekan pria lainnya yang sering mencari seribu satu cara untuk bisa berduaan dengan Iris. Setidaknya Surya secara gentle mengajaknya makan malam, meski tak pernah terbersit di kepalanya Surya punya perhatian lebih untuknya. Tapi segara ditepis pikiran itu, tak usah terlalu banyak berpikir aneh. Menemani seorang teman makan malam bukanlah hal yang luar biasa kan.
Sesampainya di rumah, Iris bermain-main sejenak dengan micko lalu mandi dan bersiap-siap. Lama dia berputar-putar di depan kaca menimbang-nimbang baju mana yang paling pantas dikenakannya. Tanpa sengaja Iris menemukan gaun putih polos yang dulu begitu disukainya, lalu dia terdiam dan tertegun. Terakhir kali dia menggunakan gaun putih itu, dia ingin tampil begitu sempurna di depan bintangnya.
Waktu yang begitu lama, belakangan yang dikenakan Iris hanyalah setelan kantor dan baju gombrong serta jeans kesukaannya.
Sedikit aneh sebenarnya mengapa tiba-tiba dia bertingkah seperti remaja yang menantikan kencan pertamanya. Berdandan walau seadanya untuk menantikan makan malam yang sesungguhnya sebuah ketaksengajaan. Aneh, runtuknya dalam hati. Tapi Iris sedang tak peduli dengan semua itu, dia berpikir apa salahnya sekali-sekali memanjakan diri. “ Belum ada larangan bagi seorang pengacara untuk tampil manis layaknya perawan kan? Akh perawan.. Apa masih ada yang berharap mendapatkan perawan di zaman seperti sekarang? Mungkin dia butuh mencarinya di pelosok kampung sana, gadis lugu, kembang desa! “ kerlingnya pada Micko yang duduk manis di pojok kamar.
“ Sebenarnya ada rasa enggan di diriku untuk menggunakan gaun putih ini! Ntah.. Apa karena aku tak seputih yang mereka bayangkan? Tapi sudah lah.. Tanpa hitam, putih tak akan terlihat benderang! “ Iris tersenyum kecut.
Tak lama terdengar bunyi bel dari pintu rumah Iris. Micko yang pertama bangkit disusul dengan Iris yang masih dengan perasaan tak menentu dalam balutan gaun putihnya . Iris terlihat berbeda dengan gaun itu, manis dan begitu lembut, sangat berbeda dengan Iris yang anggun dan berwibawa ketika di kantor. Hal ini membuat Surya terpana dan tertegun sesaat, ketika melihatnya.
“Kita jalan sekarang? “ Iris memecahkan lamunan Surya yang sedang terpana memandangnya.
“eee… Mari.. “ Surya sedikit gelagapan sembari mempersilahkan Iris berjalan ke arah mobilnya.
Sepanjang perjalanan awalnya mereka diam seribu bahasa. Tapi ternyata Surya punya bakat tersembunyi yang belum diketahui banyak orang, dia mampu membuat Iris tertawa terbahak-bahak. Membuat suasana hati Iris perlahan-lahan membaik dan melupakan beban hatinya.
“ Gitu dong! Jangan manyun mulu.. jelek! “ canda Surya ketika mereka memasuki lift
Iris baru pertama kali datang ke restoran ini, restoran yang memang sengaja menjual pesona malam dan semua sahabatnya. Restoran yang harus di-book minimal sehari sebelum untuk dapat sekedar menikmati pesona yang ditawarkan malam dan sahabat-sabatnya itu. Cukup sering dia mendengar cerita tentang restoran ini, namun Iris belum punya kesempatan untuk membuktikan sendiri hal tersebut.
“ Wow.. “ Iris hanya terkagum-kagum begitu memasuki restoran tersebut yang berada di lantai 25.
Atap restoran itu dibuat sangat transparan, suasana lampu temaram di restoran tersebut semakin meleburkan pesona malam ke dalamnya. Iris sungguh kagum dan terpesona dengan tempat ini. Kebetulan malam itu langit cukup cerah dan semua bintang terlihat berkeling mesra.
“Apa kamu tau, bintang yang kita lihat sekarang hanyalah cahayanya? “
“ Maksudmu?”
“ Bintang asli yang memancarkan cahaya itu tak lagi ada di sana.. Bintang itu telah berkelana ntah ada di mana.. “
“ hah? Jadi kita hanya melihat semburat sinar tanpa pemiliknya? “
“ Ya.. kita hanya melihat pancaran cahaya yang dipancarkan ntah berapa juta tahun yang lalu, sedang bintang aslinya ntah sedang berada di mana.” Surya mengambil jedah lalu melanjutkan dengan lebih perlahan “Fakta itu seperti kamu Iris! Kamu yang benderang, namun jiwamu berkenala ntah ada di mana. “
Iris terperanjat kaget mendengar kata-kata Surya barusan. Tak pernah disangkanya ada yang menyadari tentang kerapuhan dan kesedihannya. Iya hanya bisa tertunduk pasrah dan mengakuinya dalam hati.
“ Aku tak tertarik dengan cahaya yang benderang itu, yang ingin kucari bintang asli yang sedang terombang ambing di angkasa sana. Aku ingin kamu yang utuh, bukan segala topeng anggunmu itu! “
Iris hanya bisa berkaca-kaca dengan pandangan yang penuh arti. Tak sebarispun kalimat bisa keluar dari bibir mungilnya, pandangannya berbicara banyak. Suryapun tak memaksanya untuk membalas segala permintaan itu, hanya mengenggam erat tangan Iris.
“ Mengapa kamu yakin aku sedang terombang ambing di langit sana? “
“ Mata.. Matamu Iris! Mulutmu yang mungil itu mungkin telah terbiasa untuk terus tersenyum apapun keadaan hatimu, tapi tidak dengan matamu. Matamu sendu dan penuh biru, dan selalu membuatku terhisap ke dalamnya! “
Rupanya Surya telah lama mengamati Iris. Saat Iris mencoba menepi dari segala kerumunan yang ada di setiap pesta. Saat Iris mulai pamit teratur ketika obrolan menjadi semakin pribadi dan mulai memperbincangkan tentang masa lalu. Saat Iris dengan mata sendu mencoba tertawa di tengah hiruk pikuk tawa.
Iris menarik nafas dalam memandang langit dan akhirnya berkata
“ akh… aku ketahuan! Padahal hampir semua orang begitu yakin aku sedang terang bendarang dan selalu tersenyum senang. Taukah kamu fakta lain tentang sahabat-sahabat malam? “
“ Sahabat malam? “
“ ya.. tentang para sahabat malam, tentang bulan dan bintang. Tentang Bulan yang jadi benderang karena bintang. Bulan yang tak memancarkan sinar dan hanya memantulkan sinar dari bintang. Sesungguhnya bintanglah yang memancarkan sinar, bukan bulan. “
“ jadi itu alasanmu begitu menyukai bintang? “
“ Salah satunya begitu.. “ tutur Iris dengan mata yang mulai berlinang air mata
“ Aku tak tau, memori apa yang kamu simpan tentang bulan dan bintang! Tapi yang pasti aku tak ingin menjadi bulan yang hanya memantulkan sinarmu, aku ingin jadi matahari. Matahari yang mungkin tak selalu terlihat ada bersama bintang, tapi terus menemani bintang dari belahan langit sana. Matahari yang akan siap sedia memberikan cahayanya untuk bintang. Percayalah! “
Iris tak lagi dapat berkata-kata, hanya tersenyum penuh haru dan meneteskan air mata yang lama dibiarkan membeku di hatinya.
“ kamu membuatku menangis.. Jangan bilang siapa-siapa ya! “ ucap Iris lirih dalam sedu sedannya
“ Janji.. “ sembari Surya mengangkat tangannya dan mengerling jail kepada Iris
“ Kamu tau arti dari namamu, Iris? “
Iris hanya menggeleng lemah
“ Namamu berarti pelangi dalam bahasa yunani! Lingkaran indah tujuh warna yang konon katanya adalah jembatan para bidadari. Senyuman semesta yang hanya terbentuk sehabis badai yang begitu hebat. Bukan menyombong, tapi pelangi terbentuk dari semburat cahaya lembut matahari yang mengenai titik-titik hujan yang masih tersisa di angkasa. Rasa-rasanya kamu telah merasakan badai besar tersebut, sekarang yang kamu butuhkan hanya semburat lembut matahari yang akan membuatmu memancarkan warna indah pelangi. “ cerocos Surya sembari menepuk dadanya dengan dibuat-buat.
“ Aku tak ingin tau dengan segala macam luka yang terjadi di masa lalumu, tapi kamu adalah indah dan akan tetap indah Iris! I I (ai) I (iris) . Sayangilah dirimu dan warnailah langit biru ini! Jangan lagi gunakan segala topeng gemerlap itu. Karena aku begitu menyukai pelangi “
Iris terbahak bahak melihat tingkah Surya yang begitu kocak ketika mengatakan hal itu. Dalam hati iris berdoa dan berkata, ternyata yang kubutuhkan saat ini matahari bukan bulan. Lalu Irispun dengan lantang ikut meneriakan
“ I I I ?!!! “
Lalu mereka berdua tertawa terbahak-bahak dan melanjutkan menikmati malam dan semua sahabatnya.
----------
Sesampainya di rumah Iris langsung menuju beranda tamannya sambil kembali memandang bintang-bintang. Tapi kali ini tatapannya sedikit berbeda, dikeluarkannya sebuah foto lusuh yang tersimpan di dompetnya, dipandangnya foto itu, dikecup mesra untuk terakhir kali. “Sampai saat ini aku mungkin masih mencintaimu, tapi aku ingin hidup yang lurus sayang! Maaf.. Akh.. Apakah kecupan adam akan seintim kecupanmu sayang?” Iris mulai berkaca-kaca. “ Lalu satu-satunya foto yang tersisa itupun dibakarnya.
“ Semoga surya memang benar-benar bisa menggantikan posisi bulan dan bintang bagiku! “
Quote:
1
