#26 - Di Persimpangan Jalan

Akbar termenung memandang muka Kevin, teman seperjuangan dalam team nasional, yang kini tampak begitu menyebalkan. Bagiamana tidak menyebalkan, wanita yang begitu ia cintai kini dalam keadaan sakit. Sakit tubuhnya dan terlebih sakit emosinya. Namun dengan seenaknya Kevin menyuruhnya untuk berpikir ulang mengenai rencana menikahi Radine

“Are you sure? Kalo lu tetep jadi nikah, berarti usia pernikahan elu hanya berusia satu tahun. Setelah itu selesai. Finish” kata teman bulenya dengan sok gaul. Kosakata miliknya sudah bertambah dengan aneka kata-kata pergaulan. Namun demikian, kata-kata ‘lu’ diucapkan dengan logat asing yang kental hingga terasa mengganjal di kuping.

“Trus kenapa kalo finish?”
“Lu jadi duda! Wahahaha...”
Tertawa di atas penderitaan orang lain, kejam sekali, “Lu tuh ga pernah jatuh cinta ya?”
“Cinta? Cinta itu apa ya? Apa tanpa cinta gue gak hidup?”

Akbar menarik nafas panjang. Percuma bicara dengan seseorang yang tinggal di dunia yang berbeda. Dunia tanpa cinta,“Gue cinta Radine. Gue mau ada di hidupnya, hingga akhir hidupnya. Bahkan kalo perlu, gue juga yang bakal ngerawat dia.”

"Ya udah, jadi sahabatnya aja. Tetep deket dengan dia hingga akhir hayatnya. Tapi kan elu gak perlu menikahi dia”

“Justru karena gue mau ngerawat dia, gue harus jadi suaminya. Dengan jadi suaminya gue bisa merawat dia lebih banyak lagi” “Dan itu semua karena cinta?”
“Iya”
“Cinta itu bikin orang bego. Persis kayak elu. Bego. Tetep mau nikah walau cuma satu tahun. Apa bedanya dengan narkoba? Narkoba bikin orang jadi lupa diri, bikin orang jadi obeng. Sama persis dan sebangun dengan zat yang elu kasih nama ce i en te a”

Akbar mendelik mendengarnya, cinta sama dengan narkoba? Enak aja. Lagian apa pula maksudnya obeng? Dasar bule gila, pasti bukan itu maksudnya, “Oneng bukan obeng!”

“Obeng itu apa?”
“Obeng itu screwdriver”
“Oke, oneng.. Cuma beda sedikit lah..”
Siapa yang oneng sebenernya, pikir Akbar kesal
“sekarang gue tanya, apakah pujaan hati elu, Radine, mau menikah dengan elu?”

Akbar terdiam. Kemarin Radine baru saja bilang bahwa ia tidak ingin menikah dengan siapapun. Ia ingin menghabiskan satu tahun terakhirnya dengan kebebasan. Bebas untuk pergi kemana saja, bebas untuk berbuat apa saja, bebas tanpa perlu tanggung jawab kepada siapapun juga. Ia ingui menikmati dunia. Akbar dengan berat menggeleng.

“Gak kan, nah trus buat apa kita bicara panjang lebar? Percuma kita debat tentang cinta atau tentang perlu gak nya elu nikah ama dia. Yang dinikahinnya aja gak mau nikah. Elu malah memaksakan kehendak kalo tetep maksa pengen nikahin dia..”

Skak mat. Knock out. Akbar merasa terpojok dan dipukul tepat dirahang. Membuatnya limbung dan terjatuh. Sungguh menyebalkan, “Oke, gue akan tunggu sampe dia kembali siap...”

Tetap bertahan. Ciri khas orang yang sedang jatuh cinta. Cinta sejati bagi yang romantic, bego bagi kubu seberangnya.

]]Kini giliran Kevin yang terdiam dan hanya bisa geleng-geleng kepala. Takjub ada orang yang begitu bego karena dimabukkan oleh Cinta, “inilah kenapa gue gak pernah mau jatuh cinta...”