- Beranda
- Stories from the Heart
JATMIKO THE SERIES
...
TS
breaking182
JATMIKO THE SERIES
JATMIKO THE SERIES
Quote:
EPISODE 1 : MISTERI MAYAT TERPOTONG
Quote:
EPISODE 2 : MAHKLUK SEBERANG ZAMAN
Quote:
EPISODE 3 : HANCURNYA ISTANA IBLIS
Diubah oleh breaking182 07-02-2021 01:28
itkgid dan 26 lainnya memberi reputasi
25
58K
Kutip
219
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
breaking182
#72
PART 7
Quote:
KEDUA lelaki berbadan kekar melangkah mendahului memasuki rumah besar nan megah, diikuti oleh seorang lelaki yang mengusung seorang wanita muda di pundak. Gadis itu diam tidak bergerak tetapi jika dilihat lebih teliti lagi nafasnya masih ada. Hanya matanya yang terpejam rapat. Jelas adanya gadis itu dalam keadaan pingsan dan diusung memasuki sebuah kamar.
Disitu telah menunggu seorang lelaki yang hanya mengenakan pakaian tidur, bertubuh kerempeng tapi jangkung dan memelihara kumis tebal melintang yang tidak sesuai dengan tampangnya yang kecil panjang dan cekung pada kedua pipinya. Kulit tubuhnya sangat pucat seperti mayat dan gigi tonggosnya menambah keburukan tampangnya. Lelaki ini bernama Juragan Bodas. Mantan benggol rampok yang termasyur di dataran Pasundan karena jasanya pada kompeni ia diangkat menjadi juragan yang bertugas memungut pajak.
Dia menyeringai ketika melihat paras gadis di atas usungan lalu berpaling pada lelaki yang mengusungnya. Tubuh gadis itu diletakkan di atas pembaringan. Setelah pengusung keluar diikuti seorang lagi yang berbadan kekar, lelaki tinggi kurus ini melangkah mendekati lelaki kekar yang memakai ikat kepala berwarna merah dan menepuk-nepuk bahunya.
"Cantik sekali anak gadis si Karta. Tapi kenapa wajahnya agak pucat?"
Lelaki kekar tadi tersenyum mendengar kata-kata orang di depannya itu.
" Dia meronta –ronta terus selama perjalanan, seperti yang Juragan Bodas katakan. Kalau Karta tidak bisa membayar tunggakan hutang itu beserta bunganya maka, anak gadisnya yang akan kita ambil “
"Ah...." Bodas mengangguk.
"Aku mengucapkan terima kasih. Kalian selalu memberikan yang terbaik untukku"
“ Siapa nama gadis itu Parja?”
“ Ningsih juragan...”
“ Nama yang bagus, sebagus bentuk tubuhnya “
Lelaki tadi hanya terdiam sembari sunggingkan senyuman tipis di sudut bibirnya yang menghitam. Sejurus kemudian lelaki tadi membuka mulutnya.
“ Saya mendengar berita yang kurang sedap di telinga Juragan “
Juragan Bodas batuk-batuk beberapa kali.
“ Apa itu Parja, apakah mengenai penarikan pajak yang belakangan ini seret dan ada beberapa dari penduduk desa yang membangkang? “
Lelaki yang bernama Parja itu mengecilkan volume suaranya, setengah berbisik.
“ Kamal mati dua hari yang lalu, menurut kabar yang saya dengar......”
Parja menghentikan ucapannya, lidahnya tiba –tiba terasa kelu.
Juragan Bodas menatap Parja yang berdiri di depannya dengan tidak sabar. Lalu lelaki tinggi kurus itupun bertanya.
“ Tidak kau lanjutkan perkataan mu Parja?”
Parja menghela nafas panjang, lalu...
“ Dia dibunuh di rumahnya. Menurut kabar yang saya dengar dia terbunuh oleh seseorang yang membawa kereta kuda dengan peti besar di dalamnya. Lebih mengherankan lagi mayatnya raib dibawa oleh orang misterius itu “
Juragan Bodas sesaat lamanya termenung. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan itu. Akan tetapi, seperti ada suara bisikan yang bergema sangat dekat dengan telinganya,
“ Selanjutnya giliran nyawa busuk mu itu Bodas yang akan diambil! “
Bodas menelan ludah dengan kelu, jauh di lubuk jiwanya dihinggapi perasaan khawatir. Nyalinya tiba –tiba lumer.
"Hemm... sepertinya kau dan teman –teman kamu akan punya tugas tambahan Parja “
Juragan Bodas lalu berjalan ke arah lemari ukiran kayu jati yang berada di sudut ruangan. Tangannya membuka pintu lemari itu dan mengambil bungkusan kain berwarna kelabu yang ujungnya disimpul menggunakan tali berwarna merah. Terdengar suara bergemerincing riuh manakala sang juragan mengambilnya dari lemari.
Bungkusan itu lalu dilemparkan ke arah Parja sembari berucap,
“ Cari orang yang membunuh Kamal, bawa padaku. Kalau dia melawan....singkirkan untuk selamanya “
Parja hanya mengangguk lalu tanpa banyak bicara lagi ia pamit untuk undur diri. Juragan Bodas hanya mengiyakaan dengan anggukan kepala. Juragan itu mengantarkan Parja sampai ke pintu depan. Belum lagi Parja dan orang-orangnya keluar dari halaman rumah, Juragan ini sudah menutup pintu dan setengah berlari dia masuk kembali ke dalam kamar. Selimut yang menutupi tubuh gadis tadi disingkapkannya. Sepasang mata lelaki ini seperti silau ketika melihat bahwa di balik selimut itu tak ada apapun yang menutupi tubuh bagus si gadis.
Meski sudah diberi tahu bahwa gadis itu dalam keadaan pingsan dan dalam waktu tak berapa lama lagi ia akan siuman dengan sendirinya, namun saat itu Bodas mana bisa sabar. Ditelitinya sekujur tubuh gadis itu.
Sebagai orang yang memiliki kepandaian Juragan ini akhirnya mengurut bagian –bagian tertentu dari tubuh gadis itu. Dengan mengerahkan tenaga dalam dia mengurut urat besar dekat ketiak kiri si gadis. Sesaat kemudian tubuh Ningsih tampak bergerak. Kedua matanya perlahan-lahan membuka.
Melihat tampang Juragan itu Ningsih seperti melihat setan. Mendengar suara bisikannya Ningsih seolah mendengar suara hantu. Maka gadis ini pun menjerit keras! Juragan Bodas cepat menutup mulut Ningsih. Gadis ini berusaha melompat tetapi sekujur tubuhnya lemah lunglai tak bertenaga. Dia hanya bisa menggulingkan diri ke samping kiri tempat tidur. Sementara itu Juragan Bodas dengan cepat menanggalkan pakaian tidurnya. Lalu sekali lompat saja diterkamnya tubuh gadis itu.
Disitu telah menunggu seorang lelaki yang hanya mengenakan pakaian tidur, bertubuh kerempeng tapi jangkung dan memelihara kumis tebal melintang yang tidak sesuai dengan tampangnya yang kecil panjang dan cekung pada kedua pipinya. Kulit tubuhnya sangat pucat seperti mayat dan gigi tonggosnya menambah keburukan tampangnya. Lelaki ini bernama Juragan Bodas. Mantan benggol rampok yang termasyur di dataran Pasundan karena jasanya pada kompeni ia diangkat menjadi juragan yang bertugas memungut pajak.
Dia menyeringai ketika melihat paras gadis di atas usungan lalu berpaling pada lelaki yang mengusungnya. Tubuh gadis itu diletakkan di atas pembaringan. Setelah pengusung keluar diikuti seorang lagi yang berbadan kekar, lelaki tinggi kurus ini melangkah mendekati lelaki kekar yang memakai ikat kepala berwarna merah dan menepuk-nepuk bahunya.
"Cantik sekali anak gadis si Karta. Tapi kenapa wajahnya agak pucat?"
Lelaki kekar tadi tersenyum mendengar kata-kata orang di depannya itu.
" Dia meronta –ronta terus selama perjalanan, seperti yang Juragan Bodas katakan. Kalau Karta tidak bisa membayar tunggakan hutang itu beserta bunganya maka, anak gadisnya yang akan kita ambil “
"Ah...." Bodas mengangguk.
"Aku mengucapkan terima kasih. Kalian selalu memberikan yang terbaik untukku"
“ Siapa nama gadis itu Parja?”
“ Ningsih juragan...”
“ Nama yang bagus, sebagus bentuk tubuhnya “
Lelaki tadi hanya terdiam sembari sunggingkan senyuman tipis di sudut bibirnya yang menghitam. Sejurus kemudian lelaki tadi membuka mulutnya.
“ Saya mendengar berita yang kurang sedap di telinga Juragan “
Juragan Bodas batuk-batuk beberapa kali.
“ Apa itu Parja, apakah mengenai penarikan pajak yang belakangan ini seret dan ada beberapa dari penduduk desa yang membangkang? “
Lelaki yang bernama Parja itu mengecilkan volume suaranya, setengah berbisik.
“ Kamal mati dua hari yang lalu, menurut kabar yang saya dengar......”
Parja menghentikan ucapannya, lidahnya tiba –tiba terasa kelu.
Juragan Bodas menatap Parja yang berdiri di depannya dengan tidak sabar. Lalu lelaki tinggi kurus itupun bertanya.
“ Tidak kau lanjutkan perkataan mu Parja?”
Parja menghela nafas panjang, lalu...
“ Dia dibunuh di rumahnya. Menurut kabar yang saya dengar dia terbunuh oleh seseorang yang membawa kereta kuda dengan peti besar di dalamnya. Lebih mengherankan lagi mayatnya raib dibawa oleh orang misterius itu “
Juragan Bodas sesaat lamanya termenung. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan itu. Akan tetapi, seperti ada suara bisikan yang bergema sangat dekat dengan telinganya,
“ Selanjutnya giliran nyawa busuk mu itu Bodas yang akan diambil! “
Bodas menelan ludah dengan kelu, jauh di lubuk jiwanya dihinggapi perasaan khawatir. Nyalinya tiba –tiba lumer.
"Hemm... sepertinya kau dan teman –teman kamu akan punya tugas tambahan Parja “
Juragan Bodas lalu berjalan ke arah lemari ukiran kayu jati yang berada di sudut ruangan. Tangannya membuka pintu lemari itu dan mengambil bungkusan kain berwarna kelabu yang ujungnya disimpul menggunakan tali berwarna merah. Terdengar suara bergemerincing riuh manakala sang juragan mengambilnya dari lemari.
Bungkusan itu lalu dilemparkan ke arah Parja sembari berucap,
“ Cari orang yang membunuh Kamal, bawa padaku. Kalau dia melawan....singkirkan untuk selamanya “
Parja hanya mengangguk lalu tanpa banyak bicara lagi ia pamit untuk undur diri. Juragan Bodas hanya mengiyakaan dengan anggukan kepala. Juragan itu mengantarkan Parja sampai ke pintu depan. Belum lagi Parja dan orang-orangnya keluar dari halaman rumah, Juragan ini sudah menutup pintu dan setengah berlari dia masuk kembali ke dalam kamar. Selimut yang menutupi tubuh gadis tadi disingkapkannya. Sepasang mata lelaki ini seperti silau ketika melihat bahwa di balik selimut itu tak ada apapun yang menutupi tubuh bagus si gadis.
Meski sudah diberi tahu bahwa gadis itu dalam keadaan pingsan dan dalam waktu tak berapa lama lagi ia akan siuman dengan sendirinya, namun saat itu Bodas mana bisa sabar. Ditelitinya sekujur tubuh gadis itu.
Sebagai orang yang memiliki kepandaian Juragan ini akhirnya mengurut bagian –bagian tertentu dari tubuh gadis itu. Dengan mengerahkan tenaga dalam dia mengurut urat besar dekat ketiak kiri si gadis. Sesaat kemudian tubuh Ningsih tampak bergerak. Kedua matanya perlahan-lahan membuka.
Melihat tampang Juragan itu Ningsih seperti melihat setan. Mendengar suara bisikannya Ningsih seolah mendengar suara hantu. Maka gadis ini pun menjerit keras! Juragan Bodas cepat menutup mulut Ningsih. Gadis ini berusaha melompat tetapi sekujur tubuhnya lemah lunglai tak bertenaga. Dia hanya bisa menggulingkan diri ke samping kiri tempat tidur. Sementara itu Juragan Bodas dengan cepat menanggalkan pakaian tidurnya. Lalu sekali lompat saja diterkamnya tubuh gadis itu.
Quote:
Angin bertiup kencang. Hujan yang tadi hanya turun rintik-rintik kian mulai membesar lalu mencurah lebat. Kereta itu meluncur terus seperti tidak perduli akan lebatnya hujan dan pekatnya kegelapan malam. Benar-benar seperti kereta hantu!
Dua belas pengawal yang bertebaran di sekitar rumah terheran-heran ketika melihat sebuah kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda memasuki halaman. Tidak kusir atau sais ada di atas kereta itu. Sesekali lidah kilat menjilat kereta msiterius itu. sSelagi perhatian semua pengawal itu tertuju pada kereta tersebut, tanpa mereka ketahui sesosok bayang hitam berkelebat masuk ke dalam rumah!
Di atas kereta ada sebuah peti mati kayu jati berwarna hitam, berukuran besar luar biasa. Diam beku dan membisu. Kayu di sebelah atas atau penutup peti mati tampak terbuka secara misterius. Ketika kereta itu akhirnya berhenti di tengah halaman, kedua belas pengawal sesaat melangkah mengelilingi kereta itu. Kemudian seperti diberi isyarat mereka sama berserabutan untuk melihat dari dekat apa isi peti mati itu. Begitu mereka mengulurkan kepala, serentak kepala masing-masing seperti disentak setan. Paras mereka menjadi berubah. Ada yang merasa jijik, tetapi lebih banyak yang merasa ketakutan luar biasa!
"Ada mayat dalam peti itu…" desis salah seorang dari mereka.
"Mayat siapa...?" yang lain bertanya dengan suara agak gemetar.
Ada seorang diantara mereka yang berani dan coba melongok kedalam peti mati kembali. Lalu kepalanya cepat-cepat dipalingkan.
"Aku rasa-rasa pernah melihat orang ini..." katanya seraya berpikir keras. Lalu dia ingat.
"Astaga! Ini mayat Kamal! Tuan tanah di daerah Karangmojo!"
"Siapa yang mengirimkannya...? Tidak mungkin kereta ini bisa menempuh jarak sejauh itu tanpa ada kusirnya! Keanehan apa yang kita saksikan hari ini!" kata yang lain.
Baru saja dia berkata begitu tiba-tiba pintu rumah terhempas jebol lepas dari engselnya. Lalu terhampar dilantai mengeluarkan bunyi berisik. Serempak kedua belas orang pengawal palingkan kepala. Apa yang mereka saksikan kemudian membuat semuanya jadi melotot.
Seorang lelaki berpakaian serba hitam tegak di depan rumah dengan muka datar dan dingin. Sorot matanya seperti tidak memancarkan sinar kehidupan. Tangan kanan lelaki itu menyeret sesosok tubuh. Dan ini yang membuat dua belas pengawal itu terkejut dan terbelalak, ialah sosok tubuh juragan mereka sendiri. Sang juragan hanya mengenakan celana tidur. Kepalanya terkulai ke bawah. Leher itu patah! Dan dari mulut Bodas jelas kelihatan mengucur darah!
"Pemuda itu membunuh Juragan Bodas!" seorang pengawal berteriak. Semuanya menjadi gempar. Lalu sadar apa yang harus mereka lakukan, kedua belasnya serentak menyerbu!
Dua belas pengawal yang bertebaran di sekitar rumah terheran-heran ketika melihat sebuah kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda memasuki halaman. Tidak kusir atau sais ada di atas kereta itu. Sesekali lidah kilat menjilat kereta msiterius itu. sSelagi perhatian semua pengawal itu tertuju pada kereta tersebut, tanpa mereka ketahui sesosok bayang hitam berkelebat masuk ke dalam rumah!
Di atas kereta ada sebuah peti mati kayu jati berwarna hitam, berukuran besar luar biasa. Diam beku dan membisu. Kayu di sebelah atas atau penutup peti mati tampak terbuka secara misterius. Ketika kereta itu akhirnya berhenti di tengah halaman, kedua belas pengawal sesaat melangkah mengelilingi kereta itu. Kemudian seperti diberi isyarat mereka sama berserabutan untuk melihat dari dekat apa isi peti mati itu. Begitu mereka mengulurkan kepala, serentak kepala masing-masing seperti disentak setan. Paras mereka menjadi berubah. Ada yang merasa jijik, tetapi lebih banyak yang merasa ketakutan luar biasa!
"Ada mayat dalam peti itu…" desis salah seorang dari mereka.
"Mayat siapa...?" yang lain bertanya dengan suara agak gemetar.
Ada seorang diantara mereka yang berani dan coba melongok kedalam peti mati kembali. Lalu kepalanya cepat-cepat dipalingkan.
"Aku rasa-rasa pernah melihat orang ini..." katanya seraya berpikir keras. Lalu dia ingat.
"Astaga! Ini mayat Kamal! Tuan tanah di daerah Karangmojo!"
"Siapa yang mengirimkannya...? Tidak mungkin kereta ini bisa menempuh jarak sejauh itu tanpa ada kusirnya! Keanehan apa yang kita saksikan hari ini!" kata yang lain.
Baru saja dia berkata begitu tiba-tiba pintu rumah terhempas jebol lepas dari engselnya. Lalu terhampar dilantai mengeluarkan bunyi berisik. Serempak kedua belas orang pengawal palingkan kepala. Apa yang mereka saksikan kemudian membuat semuanya jadi melotot.
Seorang lelaki berpakaian serba hitam tegak di depan rumah dengan muka datar dan dingin. Sorot matanya seperti tidak memancarkan sinar kehidupan. Tangan kanan lelaki itu menyeret sesosok tubuh. Dan ini yang membuat dua belas pengawal itu terkejut dan terbelalak, ialah sosok tubuh juragan mereka sendiri. Sang juragan hanya mengenakan celana tidur. Kepalanya terkulai ke bawah. Leher itu patah! Dan dari mulut Bodas jelas kelihatan mengucur darah!
"Pemuda itu membunuh Juragan Bodas!" seorang pengawal berteriak. Semuanya menjadi gempar. Lalu sadar apa yang harus mereka lakukan, kedua belasnya serentak menyerbu!
Quote:
Kita kembali ke kamar di dalam rumah untuk mengetahui apa yang terjadi sebelum sesosok lelaki misterius itu keluar dengan menyeret tubuh Juragan Bodas yang telah menjadi mayat. Juragan Bodas tersenyum puas, entah sudah berapa kali ia melampiaskan hasrat kotornya kepada Ningsih gadis yang sekarang terkapar di sampingnya.
Keringat orang ini bercucuran membasahi tubuhnya yang tanpa selembar benangpun disana. Perlahan juragan itu turun dari ranjang dan meraih teko air dari perunggu yang berada di atas meja tidak jauh dari ranjang. Air dalam teko itu ditenggaknya dalam sekali reguk.
“ Rupanya sudah malam, tidak terasa bergelut dengan perawan anaknya si Karta sedahsyat itu. Hingga aku tidak tahu, hari telah berganti malam di luar sana “
“ Kau sabar dulu manis, setelah aku beristirahat sejenak kita lanjutkan mendayung bersama menuju pulau kenikmatan...ha..ha....ha...”
Namun seperti mendengar suara petir begitu kagetnya sang juragan ketika pintu kamar tiba-tiba hancur berantakan di hantam orang dari luar. Dan terkejut seperti melihat hantu dia membeliak sambil melangkah mundur. Di hadapannya bergerak mendekat seorang lelaki yang sungguh sangat dikenalnya.
“ Parlin......”
Dia cepat menyambar celana tidurnya. Parlin biarkan orang itu mengenakan celananya. Selesai mengenakan celana dengan tampak beringas dia melangkah ke hadapan Parlin. Sementara itu Ningsih berusaha menutupi tubuhnya dengan kain alas tempat tidur.
"Orang gila! Kau tahu tengah berhadapan dengan siapa saat ini?!"
“ Rupanya kau ingin mati untuk kedua kalinya Parlin? Aku tahu kau kesohor dengan segala ilmu yang kau punyai. Tetapi aku tidak akan mundur barang setindak pun juga!”
"Pengawal!" teriak Juragan Bodas.
Namun teriakannya hanya keluar sepotong karena saat itu Parlin sudah melompatinya dan menghantamkan satu jotosan ke muka juragan mantan perampok ini. Juragan Bodas berkelit ke samping. Tangan kananya susupkan satu jotosan ke perut Parlin. Bersamaan dengan itu kaki kanannya ikut menendang. Sebagai mantan seorang rampok yang disegani tentu saja kemampuan bertarung Juragan Bodas tidak bisa dianggap remeh. Akan tetapi, diam –diam ia merasa jerih juga. Pukulan dan tendangan yang kena telak melabrak dada dan perut Parlin seperti memukul kapas. Dan lawannya sama sekali tidak terluka bergetar saja tidak.
Bersamaan dengan itu tangan kanan Parlin terayun dengan deras. Ketika ada angin yang mendahului pukulan tangan kanan lawan, Juragan Bodas maklum kalau pukulan Parlin mengandung maut. Maka juragan yang cukup punya pengalaman ini cepa-cepat melompat ke samping kiri. Lima jari tangannya membuat gerakan merenggut ke arah tenggorokan Parlin.
Serangan balasan sang juragan ternyata mampu mencapai sasaran lebih dulu dari hantaman tangan kanan yang hendak dilepaskan Parlin. Hal ini tidak membuat Parlin menarik serangannya. Jari –jari Bodas laksana besi yang mencengkeram leher Parlin dengan erat.
“ Mati kau parlin!”
Juragan Bodas mengira Parlin akan megap –megap lalu tidak bernafas dengan leher patah. Akan tetapi, hal itu tidak pernah terjadi. Parlin mencengkeram tangan Bodas dengan erat. Bodas merasa cengkeraman itu sangat kuat, kalau dia tidak melepaskan cekikan dileher niscaya tulang tangan kanannya pasti akan patah. Buru – buru Bodas melepaskan cengkeraman tangan di leher Parlin.
Gerakannya cepat Parlin melompat ke atas tempat tidur masih sambil mencengkeram tangan Bodas dengan erat. Tubuh mantan ketua rampok itu ikut terbetot ke depan mengikuti gerakan Parlin. Dari sini Parlin susupkan lututnya ke arah wajah Bodas.
Tak ada kesempatan untuk menangkis, lelaki ini jatuhkan dirinya. Begitu punggungnya menyentuh lantai maka dia akan hantamkan kaki kanannya ke perut lawan. Tapi ternyata Parlin lagi –lagi tahu kemana lawannya akan menghindar. Dari arah ini tebasan tangannya masih terus menderu dengan deras. Wajah Juragan Bodas memang luput dari serangannya tapi kini gantinya justru adalah batang leher juragan itu!
Kraak!
Tulang leher Juragan Bodas berdetak patah! Tubuhnya langsung terhuyung roboh. Nyawanya sebenarnya sudah putus saat Itu juga. Sebelum tubuh itu jatuh ke lantai, Parlin hantamkan tumitnya ke dada Juragan Bodas. Tak ampun lagi tubuh yang sudah jadi mayat itu mencelat menghantam dinding. Dari mulutnya yang terbuka kelihatan darah memuncrat!
Satu erangan terdengar dari arah tempat tidur. Parlin berpaling. Seorang gadis telanjang setengah terduduk. Wajahnya pucat. Gadis itu berusaha menutupkan kain alas tempat tidur ke tubuhnya. Parlin menatap tanpa ekspresi. Wajahnya tetap dingin lalu lelaki ini menghampiri tubuh Bodas yang sudah menjadi mayat. Gerakan tangannya enteng menyeret mayat Bodas keluar dari kamar. Lelehan darah yang mengucur dari mulut Bodas menetes di sepanjang lantai menuju ke luar rumah.
Keringat orang ini bercucuran membasahi tubuhnya yang tanpa selembar benangpun disana. Perlahan juragan itu turun dari ranjang dan meraih teko air dari perunggu yang berada di atas meja tidak jauh dari ranjang. Air dalam teko itu ditenggaknya dalam sekali reguk.
“ Rupanya sudah malam, tidak terasa bergelut dengan perawan anaknya si Karta sedahsyat itu. Hingga aku tidak tahu, hari telah berganti malam di luar sana “
“ Kau sabar dulu manis, setelah aku beristirahat sejenak kita lanjutkan mendayung bersama menuju pulau kenikmatan...ha..ha....ha...”
Namun seperti mendengar suara petir begitu kagetnya sang juragan ketika pintu kamar tiba-tiba hancur berantakan di hantam orang dari luar. Dan terkejut seperti melihat hantu dia membeliak sambil melangkah mundur. Di hadapannya bergerak mendekat seorang lelaki yang sungguh sangat dikenalnya.
“ Parlin......”
Dia cepat menyambar celana tidurnya. Parlin biarkan orang itu mengenakan celananya. Selesai mengenakan celana dengan tampak beringas dia melangkah ke hadapan Parlin. Sementara itu Ningsih berusaha menutupi tubuhnya dengan kain alas tempat tidur.
"Orang gila! Kau tahu tengah berhadapan dengan siapa saat ini?!"
“ Rupanya kau ingin mati untuk kedua kalinya Parlin? Aku tahu kau kesohor dengan segala ilmu yang kau punyai. Tetapi aku tidak akan mundur barang setindak pun juga!”
"Pengawal!" teriak Juragan Bodas.
Namun teriakannya hanya keluar sepotong karena saat itu Parlin sudah melompatinya dan menghantamkan satu jotosan ke muka juragan mantan perampok ini. Juragan Bodas berkelit ke samping. Tangan kananya susupkan satu jotosan ke perut Parlin. Bersamaan dengan itu kaki kanannya ikut menendang. Sebagai mantan seorang rampok yang disegani tentu saja kemampuan bertarung Juragan Bodas tidak bisa dianggap remeh. Akan tetapi, diam –diam ia merasa jerih juga. Pukulan dan tendangan yang kena telak melabrak dada dan perut Parlin seperti memukul kapas. Dan lawannya sama sekali tidak terluka bergetar saja tidak.
Bersamaan dengan itu tangan kanan Parlin terayun dengan deras. Ketika ada angin yang mendahului pukulan tangan kanan lawan, Juragan Bodas maklum kalau pukulan Parlin mengandung maut. Maka juragan yang cukup punya pengalaman ini cepa-cepat melompat ke samping kiri. Lima jari tangannya membuat gerakan merenggut ke arah tenggorokan Parlin.
Serangan balasan sang juragan ternyata mampu mencapai sasaran lebih dulu dari hantaman tangan kanan yang hendak dilepaskan Parlin. Hal ini tidak membuat Parlin menarik serangannya. Jari –jari Bodas laksana besi yang mencengkeram leher Parlin dengan erat.
“ Mati kau parlin!”
Juragan Bodas mengira Parlin akan megap –megap lalu tidak bernafas dengan leher patah. Akan tetapi, hal itu tidak pernah terjadi. Parlin mencengkeram tangan Bodas dengan erat. Bodas merasa cengkeraman itu sangat kuat, kalau dia tidak melepaskan cekikan dileher niscaya tulang tangan kanannya pasti akan patah. Buru – buru Bodas melepaskan cengkeraman tangan di leher Parlin.
Gerakannya cepat Parlin melompat ke atas tempat tidur masih sambil mencengkeram tangan Bodas dengan erat. Tubuh mantan ketua rampok itu ikut terbetot ke depan mengikuti gerakan Parlin. Dari sini Parlin susupkan lututnya ke arah wajah Bodas.
Tak ada kesempatan untuk menangkis, lelaki ini jatuhkan dirinya. Begitu punggungnya menyentuh lantai maka dia akan hantamkan kaki kanannya ke perut lawan. Tapi ternyata Parlin lagi –lagi tahu kemana lawannya akan menghindar. Dari arah ini tebasan tangannya masih terus menderu dengan deras. Wajah Juragan Bodas memang luput dari serangannya tapi kini gantinya justru adalah batang leher juragan itu!
Kraak!
Tulang leher Juragan Bodas berdetak patah! Tubuhnya langsung terhuyung roboh. Nyawanya sebenarnya sudah putus saat Itu juga. Sebelum tubuh itu jatuh ke lantai, Parlin hantamkan tumitnya ke dada Juragan Bodas. Tak ampun lagi tubuh yang sudah jadi mayat itu mencelat menghantam dinding. Dari mulutnya yang terbuka kelihatan darah memuncrat!
Satu erangan terdengar dari arah tempat tidur. Parlin berpaling. Seorang gadis telanjang setengah terduduk. Wajahnya pucat. Gadis itu berusaha menutupkan kain alas tempat tidur ke tubuhnya. Parlin menatap tanpa ekspresi. Wajahnya tetap dingin lalu lelaki ini menghampiri tubuh Bodas yang sudah menjadi mayat. Gerakan tangannya enteng menyeret mayat Bodas keluar dari kamar. Lelehan darah yang mengucur dari mulut Bodas menetes di sepanjang lantai menuju ke luar rumah.
Quote:
MENGHADAPI dua belas pengeroyok tentu bukan pekerjaan mudah bagi manusia biasa, akan tetapi lelaki berpakaian serba hitam yang tidak lain adalah Parlin bukan lagi manusia normal. Setelah kepalanya terpenggal dan tubuhnya jatuh ke dalam jurang entah bagaimana ia bisa hidup lagi dengan nyawa ke duanya.
Mayat Bodas yang ada di bahu kanan itu tersentak keras dan melayang di udara. Tentu saja hal ini membuat kedua belas pengawal tadi sama keluarkan seruan tertahan saking terkejutnya. Ada yang berusaha untuk menangkap tubuh juragan mereka itu. Namun tubuh itu melayang di atas kepala mereka ke arah kereta lalu dengan suara bergedebuk keras menggidikkan jatuh masuk ke dalam peti mati yang terbuka! Lalu peti yang tadinya menganga itu tertututp dengan sendirinya meninggalkan suara yang ganjil.
"Kawan-kawan!" salah seorang pengawal berteriak.
"Mari kita bunuh orang ini!"
Maka dua belas orang yang tadi terhenti gerakan mereka sesaat kini kembali menyerbu. Beberapa orang di antaranya kelihatan mencabut senjata. Parlin diam tidak bereaksi apa –apa. Ia melangkah kaku menuju ke arah kereta yang berada di tengan halaman. Satu serangan pertama datang dari seoran pengawal yang memiliki hidung besar. Tangan kanan Parlin lepaskan satu jotosan. Sasarannya adalah pengawal berhidung besar di ujung kiri yang menyerangnya. Namun dari samping kawan si pengawal ini datang membabatkan goloknya. Kaki kanan Parlin berkelebat.
Bukk!
Pengawal yang tadi hendak membacoknya terpental sambil keluarkan suara mengeluh tinggi. Rahangnya rengkah. Tubuhnya terhempas ke tanah. Nyawanya langsung minggat ke akherat. Sebelas kawannya berteriak marah dan menyerang laksana air bah. Parlin mengibaskan kedua tangannya ke samping, serangkum angin topan tiba –tiba mendera menyerang para pengeroyoknya. Para penyerang berteriak kaget. Tiga di antara mereka terpental dan terguling-guling di tanah sementara debu dan pasir bertebaran disapu angin dengan kekuatan besar.
Lalu sekali lagi Parlin mengibaskan ke dua tangannya. Para pengawal merasa seolah-olah tempat itu dilanda angin puting beliung. Tubuh mereka bergetar keras sedang kaki masing-masing terasa goyah. Beberapa orang tampak jatuh terbanting ke tanah dengan keadaan patah tulang. Debu pasir beterbangan menutupi pemandangan. Terdengar suara cambuk dipecutkan. Lalu gemertak roda-roda kereta. Ketika debu dan pasir surut ke tanah, kereta yang ditarik dua ekor kuda itu bersama penumpangnya sudah tak ada lagi di tempat itu. Tak ada satupun dari para pengawal itu berani bergerak untuk mengikuti apa lagi coba mengejar.
Mayat Bodas yang ada di bahu kanan itu tersentak keras dan melayang di udara. Tentu saja hal ini membuat kedua belas pengawal tadi sama keluarkan seruan tertahan saking terkejutnya. Ada yang berusaha untuk menangkap tubuh juragan mereka itu. Namun tubuh itu melayang di atas kepala mereka ke arah kereta lalu dengan suara bergedebuk keras menggidikkan jatuh masuk ke dalam peti mati yang terbuka! Lalu peti yang tadinya menganga itu tertututp dengan sendirinya meninggalkan suara yang ganjil.
"Kawan-kawan!" salah seorang pengawal berteriak.
"Mari kita bunuh orang ini!"
Maka dua belas orang yang tadi terhenti gerakan mereka sesaat kini kembali menyerbu. Beberapa orang di antaranya kelihatan mencabut senjata. Parlin diam tidak bereaksi apa –apa. Ia melangkah kaku menuju ke arah kereta yang berada di tengan halaman. Satu serangan pertama datang dari seoran pengawal yang memiliki hidung besar. Tangan kanan Parlin lepaskan satu jotosan. Sasarannya adalah pengawal berhidung besar di ujung kiri yang menyerangnya. Namun dari samping kawan si pengawal ini datang membabatkan goloknya. Kaki kanan Parlin berkelebat.
Bukk!
Pengawal yang tadi hendak membacoknya terpental sambil keluarkan suara mengeluh tinggi. Rahangnya rengkah. Tubuhnya terhempas ke tanah. Nyawanya langsung minggat ke akherat. Sebelas kawannya berteriak marah dan menyerang laksana air bah. Parlin mengibaskan kedua tangannya ke samping, serangkum angin topan tiba –tiba mendera menyerang para pengeroyoknya. Para penyerang berteriak kaget. Tiga di antara mereka terpental dan terguling-guling di tanah sementara debu dan pasir bertebaran disapu angin dengan kekuatan besar.
Lalu sekali lagi Parlin mengibaskan ke dua tangannya. Para pengawal merasa seolah-olah tempat itu dilanda angin puting beliung. Tubuh mereka bergetar keras sedang kaki masing-masing terasa goyah. Beberapa orang tampak jatuh terbanting ke tanah dengan keadaan patah tulang. Debu pasir beterbangan menutupi pemandangan. Terdengar suara cambuk dipecutkan. Lalu gemertak roda-roda kereta. Ketika debu dan pasir surut ke tanah, kereta yang ditarik dua ekor kuda itu bersama penumpangnya sudah tak ada lagi di tempat itu. Tak ada satupun dari para pengawal itu berani bergerak untuk mengikuti apa lagi coba mengejar.
1980decade dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
Tutup