iskrimAvatar border
TS
iskrim
'Teror Suara' Itu Disebut Pengamen Gaban!


[ HT# 438 ]

Musik menjadi salah satu hiburan yang bisa dibilang paling murah dan mudah di dapat dan di terima oleh segala lapisan masyarakat. Dengan musik sebuah perbedaan bisa di satukan lewat irama dan lantunan musik yang menghibur dan mengasyikkan. Hingga ada jargon yang mengatakan; dunia tanpa musik ibarat sayur tanpa garam.

Dan musik ketika di tangan yang tepat tentu sesuai dengan tujuan akhir musik itu di ciptakan, kinipun hadir di lingkungan kita. Aransemen dan vokal yang saling mengisi begitu indah di dengar oleh telinga ini. Bahkan meski pemusik sekelas pengamen jalanan pun terkadang memiliki keahlian, teknik memainkan alat musik dan vokal yang tak kalah bagus dari suara artis rekaman.



Pergilah Menjauh
Wahai Teror Suara!




Tapi kini nampaknya musik kelas pengamen jalanan sepertinya tidak lagi seperti dahulu. Kalau dahulu, hanya menyandang gitar dan alat musik ala kadarnya saja mereka membawakan lagu begitu 'bernyawa' menyatu dengan petikan gitar dan alat sederhana lainnya, sepertinya tak sia-sia telinga ini mendengarnya. Kalau dahulu sebelum bernyanyi mereka biasanya mengamati lingkungan sekitarnya, kira-kira lagu seperti apa yang cocok, apakah mengganggu atau tidak. Pengamen dahulu benar-benar bisa menyanyi, ahli memainkan alat musik dan sopan. Beda dengan zaman sekarang di mana fasilitas sepertinya lebih modern tapi ibarat memakai teknik 'hajar bleh', yang penting nyanyi, dapet duit, dan ada suara musiknya, gak peduli suka atau tidak, kalau pun musiknya bagus biasanya keluar dari file mp3 karaoke.

Soal kualitas ada di nomor paling ujung, kalau tidak di kasih ya menggerutu bahkan ada yang berlaku tidak sopan. Ya, tapi ini tidak semua, masih ada yang tetap bagus, namun sayang segelintir masih ada yang menyanyi dengan volume dan gain yang maksimal, sehingga telinga kita di paksa untuk mendengar, telinga kita seperti di 'rudapaksa' dengan suara yang belum tentu kita sukai.

Seperti akhir-akhir ini di daerah tempat saya tinggal yang kebetulan rumah tinggal saya berada di pinggir jalan besar seringkali mendengar orang mengamen dengan membawa 'alat perangnya' penuh segerobak bak pindahan rumah. Gerobak itupun sarat dengan speaker-speaker sebesar gaban, alat-alat elektronik saling bertumpuk; ada ampli, ada equalizer, ada aki, ada toa, ada mic dan entah apalagi yang saya sendiri tidak sempat mendekat lebih jauh karena tak tahan dengan suara bisingnya.


Penyanyi jalan nyaris tertimpa toa speakernya sendiri (curvetube)

Mereka lewat dan hadir di lingkungan rumah tinggal saya, di hari dan jam tertentu, dan anehnya seperti sudah terorganisir, sekalinya lewat satu biasanya akan beruntun gerobak-gerobak lainnya sejenis. Mulai dari lagunya Ayu Tingtong sampai lagunya Van Vallen. Mereka seperti tidak mengenal waktu dan suasana, dari jarak lima puluh meterpun sudah terdengar kehadirannya, bak sebuah panggung berjalan yang di iringi oleh orjen berjalan dalam gerobak suaranya begitu mamakakkan telinga, sangat mengejutkan bak teroris tengah menyalakan bom ke target sasarannya. Menurut saya ini sebuah teror suara yang mengganggu, meski hanya sekilas lewat tapi begitu kuat dan terasa kehadirannya, datang tidak diundang-pergi tidak diantar. Meninggalkan kesan yang mendalam tapi tak di harapkan.

Di tulisan kali ini saya tidak berniat ikut campur atau merecoki urusan orang mencari nafkah, tapi semoga memberikan pencerahan dan kesadaran kepada mereka agar lebih memahami dan menghormati bagaimana cara mengamen yang santun, dan kelak siapa tahu bisa menjadi idola 'fans' nya dengan memberikan tips dan saweran yang lebih besar.

Sebetulnya saya sangat salut dengan kreatifitas dan usaha mereka, betul dengan keahlian yang berkesan 'apa adanya' itulah mereka bertahan mencari nafkah halal namun dengan keahlian yang biasa saja. Tapi mungkin perlu ada yang harus mengatur dan kesadaran tinggi bagaimana supaya kehadirannya selalu dinantikan karena vocalnya yang merdu mendayu-dayu, irama yang pas volumenya, dengan lagu-lagu hits andalannya. Tapi saat ini suara musik mereka masih dengan volume keras maksimal, mamakakan telinga selalu menjadi ciri khasnya, mereka tidak sadar atau pura-pura tidak tahu jika di daerah yang mereka lintasi sangat terganggu, mungkin ada orang yang sedang butuh ketenangan, ada orang sakit, ada bayi dan orang renta yang jantungan, dan yang sedang tertidur mungkin akan terkaget-kahet mendengar kedatangan mereka. Sadarkah mereka? Haruskah mencari rejeki dengan cara mengeraskan suaranya? Padahal kalau kualitas mereka merdu tanpa perlu mengeraskan suara mungkin orang justeru mengampiri dan memberikan tips besar, mungkin.

Tapi dengan kondisi seperti sekarang ini kalaupun ada yang memberi mungkin mereka terpaksa agar segera pergi, cepat berlalu, karena mungkin sulit untuk bisa menikmati lagu-lagunya. Ikhlas? belum tentu,hanya si pemberi dan Tuhan lah yang tahu. Tapi satu hal yang pasti kehadirannya tidak banyak di nanti oleh warga perkampungan yang di lintasinya, sampai kapan trend ini akan terus berlangsung, entahlah. Semoga saja teror kebisingan ini lekas berlalu!









Copyright © 2016 - 2018 iskrim
All Rights Reserved | Member of Thread Creator Gen. 1 - KASKUS

Sumur: Opini iskrim | Sotoshop : iskrim



Diubah oleh iskrim 26-01-2019 15:18
6
9.4K
110
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Tampilkan semua post
a.r.i.f.Avatar border
a.r.i.f.
#14
apapun musiknya,joget dulu aja emoticon-Ngakak
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.