• Beranda
  • ...
  • Buku
  • Pengin Jalan-Jalan Keluar Negeri Gratis? Semua Ada di “Negeri Van Oranje”

mukamukaosAvatar border
TS
mukamukaos
Pengin Jalan-Jalan Keluar Negeri Gratis? Semua Ada di “Negeri Van Oranje”








Judul buku  :  Negeri Van Oranje
Pengarang  :  Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana
Penerbit      :  Bentang Pustaka
Tebal            :  viii + 576 halaman
ISBN             :  978-602-291-036-7
Harga          :  Rp 69.000,- (P. Jawa tahun 2016)

Tak ada kata terlambat untuk membaca sebuah novel. Sama halnya seperti ane yang kembali membongkar koleksi buku-buku ane di suatu siang yang kosong. Debu yang tebal langsung mengepul ekstrim seperti abg-abg yang histeris melihat idolanya. Seram. Mata ini tiba-tiba tertumbuk melihat satu novel yang waktu itu dibeli setelah menonton sebuah film.
 


 
Novel setebal lebih dari 500 halaman ini dicetak ulang dengan cover baru, poster film. Sangat eye-catching. Terlebih ukurannya yang kecil membuat buku ini gampang dibawa dan tidak perlu banyak tempat ketika disimpan.
 
Bila cover bagian depan didesain full-color, beda halnya dengan bagian belakang yang hanya berisi sinopsis dengan latar belakang warna hitam polos. Ini dia sinopsis novel Negeri Van Oranje:
 

Quote:


 Tidak cuma sinopsis, di cover belakang terpampang pula testimoni dari 2 penulis tenar.

Quote:


Akibat efek menonton filmnya di bioskop, ane pun penasaran untuk membelinya. Dengan harapan mendapat gambaran gratis dan apik tentang Belanda. Juga penasaran dengan kisah aslinya. Dan … harapan ane terkabul, dong!
 
Kisah dibuka ketika Banjar kehabisan rokok. Di tengah gundahnya hati dan raga yang butuh kehangatan akibat dinginnya cuaca, seorang laki-laki bernama Wicak tiba-tiba menawarinya kretek lintingan. Lucunya, tidak satupun dari keduanya yang membawa korek. Di saat itulah muncul Daus, yang tidak sengaja mendengar dua orang berbahasa Indonesia di Amersfoort. Beruntung dia membawa korek, namun tidak memiliki rokok. Mereka bertiga berkenalan. Tak berselang lama, muncul cowok ganteng bernama Geri, yang juga orang Indonesia. Dengan ramah, Geri menawarkan Gudang Garam yang langsung disambar ketiganya. Mereka pun kenalan. Puncaknya, seorang perempuan cantik muncul dan ikut nimbrung bersama. Namanya Lintang.
 
Berawal dari situ, keempat penulis mempersilakan pembaca untuk mengikuti perjalanan kelima tokoh tersebut. Mulai dari alasan mereka ke Belanda, lalu diajak melihat-lihat kota Rotterdam, Den Haag, Utrecht, Wageningen, hingga Leiden beserta kemeriahan beragam festival yang ada, tak ketinggalan diceritakan betapa pusingnya jadi mahasiswa ‘susah’ yang rela banting tulang demi mencukupi diri di negeri orang.
 
Namun tensi cerita mulai meningkat kala rasa cinta perlahan menjangkiti para pria untuk memperebutkan Lintang seorang. Hal sebaliknya juga dirasakan oleh Lintang. Lantas, kepada siapa hati itu akan berlabuh? Penasaran? Sok, baca novel atau tonton filmnya.
 
Penulisan yang detail mengenai Belanda membuat ane terbayang-bayang betapa indahnya negeri yang dulu pernah menjajah Indonesia. Banyaknya catatan kaki berisi penjelasan maupun tip selama hidup di Belanda nyatanya sangat menambah pengetahuan. Meski di sisi lain terasa terlalu panjang. Dan membosankan.
 
Ada salah satu kutipan favorit ane yang cukup relatable dengan kondisi masyarakat akhir-akhir ini. Diceritakan Banjar, Wicak, dan Lintang terlibat debat seru dengan tema: “Peran dan Sumbangsih Mahasiswa Indonesia di Belanda bagi Indonesia.” Ane pribadi cukup takjub dengan argumen-arguman yang dilontarkan. Beberapa kali mengangguk setuju. Berikut adalah kutipan favorit ane:
 

Quote:


 
Minusnya buku ini, pada cetakan ke 9 penerbit memutuskan mencetak menggunakan kertas buram. Barangkali hal ini dilakukan untuk menekan biaya produksi. Tapi buat ane, membaca di kertas buram rasanya kurang nyaman. Apalagi, kan, ukuran hurufnya kecil-kecil. Sudah kecil, buram pula. Sayang.
 
Selebihnya, novel ini mampu membawa pembaca berkeliling Belanda tanpa perlu beranjak. (Maklum, orang penulisnya saja kuliah di Belanda). Selain itu, alur yang menyenangkan, deskripsi tempat yang detail, banyak tip yang berguna bagi para pelancong yang ingin ke Belanda, jadi poin plus.
 
Ngehenya, usai baca novel ini, ane jadi kepingin pergi dan kuliah di Belanda! Hehe.. Ada yang mau bayarin? emoticon-Wink
 
RATING : 3.7/5

 

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star  emoticon-Rate 5 Star



Review Novel Van Oranjeoleh Mukamukaos

Foto dokumen pribadi




Diubah oleh mukamukaos 16-01-2019 05:55
1
774
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
BukuKASKUS Official
7.7KThread4KAnggota
Tampilkan semua post
mukamukaosAvatar border
TS
mukamukaos
#1
Pengin Jalan-Jalan Keluar Negeri Gratis? Semua Ada di “Negeri Van Oranje”








Judul buku  :  Negeri Van Oranje
Pengarang  :  Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana
Penerbit      :  Bentang Pustaka
Tebal            :  viii + 576 halaman
ISBN             :  978-602-291-036-7
Harga          :  Rp 69.000,- (P. Jawa tahun 2016)

Tak ada kata terlambat untuk membaca sebuah novel. Sama halnya seperti ane yang kembali membongkar koleksi buku-buku ane di suatu siang yang kosong. Debu yang tebal langsung mengepul ekstrim seperti abg-abg yang histeris melihat idolanya. Seram. Mata ini tiba-tiba tertumbuk melihat satu novel yang waktu itu dibeli setelah menonton sebuah film.
 


 
Novel setebal lebih dari 500 halaman ini dicetak ulang dengan cover baru, poster film. Sangat eye-catching. Terlebih ukurannya yang kecil membuat buku ini gampang dibawa dan tidak perlu banyak tempat ketika disimpan.
 
Bila cover bagian depan didesain full-color, beda halnya dengan bagian belakang yang hanya berisi sinopsis dengan latar belakang warna hitam polos. Ini dia sinopsis novel Negeri Van Oranje:
 

Quote:


 Tidak cuma sinopsis, di cover belakang terpampang pula testimoni dari 2 penulis tenar.

Quote:


Akibat efek menonton filmnya di bioskop, ane pun penasaran untuk membelinya. Dengan harapan mendapat gambaran gratis dan apik tentang Belanda. Juga penasaran dengan kisah aslinya. Dan … harapan ane terkabul, dong!
 
Kisah dibuka ketika Banjar kehabisan rokok. Di tengah gundahnya hati dan raga yang butuh kehangatan akibat dinginnya cuaca, seorang laki-laki bernama Wicak tiba-tiba menawarinya kretek lintingan. Lucunya, tidak satupun dari keduanya yang membawa korek. Di saat itulah muncul Daus, yang tidak sengaja mendengar dua orang berbahasa Indonesia di Amersfoort. Beruntung dia membawa korek, namun tidak memiliki rokok. Mereka bertiga berkenalan. Tak berselang lama, muncul cowok ganteng bernama Geri, yang juga orang Indonesia. Dengan ramah, Geri menawarkan Gudang Garam yang langsung disambar ketiganya. Mereka pun kenalan. Puncaknya, seorang perempuan cantik muncul dan ikut nimbrung bersama. Namanya Lintang.
 
Berawal dari situ, keempat penulis mempersilakan pembaca untuk mengikuti perjalanan kelima tokoh tersebut. Mulai dari alasan mereka ke Belanda, lalu diajak melihat-lihat kota Rotterdam, Den Haag, Utrecht, Wageningen, hingga Leiden beserta kemeriahan beragam festival yang ada, tak ketinggalan diceritakan betapa pusingnya jadi mahasiswa ‘susah’ yang rela banting tulang demi mencukupi diri di negeri orang.
 
Namun tensi cerita mulai meningkat kala rasa cinta perlahan menjangkiti para pria untuk memperebutkan Lintang seorang. Hal sebaliknya juga dirasakan oleh Lintang. Lantas, kepada siapa hati itu akan berlabuh? Penasaran? Sok, baca novel atau tonton filmnya.
 
Penulisan yang detail mengenai Belanda membuat ane terbayang-bayang betapa indahnya negeri yang dulu pernah menjajah Indonesia. Banyaknya catatan kaki berisi penjelasan maupun tip selama hidup di Belanda nyatanya sangat menambah pengetahuan. Meski di sisi lain terasa terlalu panjang. Dan membosankan.
 
Ada salah satu kutipan favorit ane yang cukup relatable dengan kondisi masyarakat akhir-akhir ini. Diceritakan Banjar, Wicak, dan Lintang terlibat debat seru dengan tema: “Peran dan Sumbangsih Mahasiswa Indonesia di Belanda bagi Indonesia.” Ane pribadi cukup takjub dengan argumen-arguman yang dilontarkan. Beberapa kali mengangguk setuju. Berikut adalah kutipan favorit ane:
 

Quote:


 
Minusnya buku ini, pada cetakan ke 9 penerbit memutuskan mencetak menggunakan kertas buram. Barangkali hal ini dilakukan untuk menekan biaya produksi. Tapi buat ane, membaca di kertas buram rasanya kurang nyaman. Apalagi, kan, ukuran hurufnya kecil-kecil. Sudah kecil, buram pula. Sayang.
 
Selebihnya, novel ini mampu membawa pembaca berkeliling Belanda tanpa perlu beranjak. (Maklum, orang penulisnya saja kuliah di Belanda). Selain itu, alur yang menyenangkan, deskripsi tempat yang detail, banyak tip yang berguna bagi para pelancong yang ingin ke Belanda, jadi poin plus.
 
Ngehenya, usai baca novel ini, ane jadi kepingin pergi dan kuliah di Belanda! Hehe.. Ada yang mau bayarin? emoticon-Wink
 
RATING : 3.7/5

 

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star  emoticon-Rate 5 Star



Review Novel Van Oranjeoleh Mukamukaos

Foto dokumen pribadi




Diubah oleh mukamukaos 16-01-2019 05:55
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.