"Dit...," panggil gw. Dia hanya berbalik. Kami membisu sesaat.
"Kenapa lu mau bertahan?," tanya gw. Dia gak menjawab, hanya menaikkan sebelas alisnya.
"Kenapa ga nyerah aja?," tanya gw lagi setelah jarak kami ga lebih dari tiga langkah.
"Lu maunya gw nyerah?," tanya dia. Gw bingung mau jawab apa. Masa iya gw mau teriak "tidaaaaak" keras-keras. Dan kebingungan gw ini nampak dalam wujud muka yang makin merah. Mata Didit menyiratkan kemenangan. Urghhh...
"Dah ga usah dijawab,muka lu kebaca banget. I'll give up when i must give up. Buat sekarang ga ada yang mengharuskan begitu," setelah mengatakan ini dia berbalik dan mulai melangkah. Ga tau kenapa jawabannya membuat gw lega, dan sedikit tersenyum. Ga gw sangka dia berbalik. Duuh, malunya waktu dia lihat gw cengar-cengir bego.

Kelar transaksi,pengangkutan dan pembayaran pekerja, kami pulang.
"Cape,La?," tanyanya. Gw hanya menggeleng.
"Bosan ya?," tanyanya. Lagi-lagi gw menggeleng.
"Baru ini ya kencan di ladang jagung?," katanya sambil terkekeh.
"Ah sama lu mah memang anti mainstream. Kencan pertama di pelelangan ikan, sekarang ladang jagung...ada planning yang lebih ajaib lagi?," tanya gw. Dia hanya tersenyum misterius.
"Gimana skripsi?," tanyanya mengalihkan fokus bicara.
"Bulan depan seminar hasil" jawab gw. Dia diam.
"Ada kendala?," tanyanya.
"So far so good," jawab gw singkat. Dia hanya manggut-manggut.
"Habis wisuda lu mau apa,La?"tanya Didit.
"Hmmmm...belum gw pikirin sih," kata gw.
"Ya masa ga ada keinginan sama sekali?," tanyanya.
"Kan gw udah bilang, gw memang hajar yang di depan mata dulu," jawab gw.
"Ga pengen nikah gitu?," tanyanya.
"nah yang itu jelas engga,Dit," jawab gw.
"Kenapa?," tanya Didit.
"Karena gw mau adik gw kelar kuliah dulu," jawab gw.
"Oowh..masih panjang berarti waktu gw," jawabnya yang gw balas dengan cubitan di lengannya.

"Lu ndiri apa rencananya?," tanya gw.
"Yah gw mah masih panjang,La. Makul gw masih banyak, belum pula PKL...masih jauh perjalanan," jawabnya
"Semangat donk...," kata gw. Dia hanya tersenyum.
"Gw ada sih pengen ambil sumpah penerjemah," jawab gw.
"Kenapa lu tertarik ke situ?," tanyanya.
"Gw tuh ga suka terikat aturan. Kudu pakai seragam lah, kudu kerja dengan jadwal baku lah, pusing kepala. Bisa selonjoran di pinggir pantai, pakai hot pants sambil nerjemahin...duit ngalir..asik kali,ya?," kata gw sambil mengkhayal.
"Ga nyangka gw lu ga tertarik gawe kantoran," katanya.
"Lah lu ga merhatiin tah kostum gw ngampus aja beda sama anak lain. Ribet amat ga boleh jeans, kudu pakai rok...sengsara amat jalan gw," jawab gw.
"Lu pengen nerjemahin apa? Dokumen? Film?," tanyanya.
"Buku..novel. kan asik...bisa baca duluan,hahaha," jawab gw. Dia hanya mengacak sayang poni gw.
"Prosedurnya gimana,La?," tanyanya serius.
"Setau gw sih kudu punya KTP Jabodetabek,deh," jawab gw.
"Jadi?," tanyanya.
"Yah lihat nanti,deh," kata gw.

"Listen...you've lost dream once...i'll never let you loose this one," katanya...perlahan dengan tatapan mata memabukkan.

My oh my...i think i've found myself a cheer-leader