- Beranda
- Stories from the Heart
Lampung Undercover (Kekerasan, Seks, Narkoba, dan Kriminal)
...
TS
lampungunder
Lampung Undercover (Kekerasan, Seks, Narkoba, dan Kriminal)

RULES DICERITA GUE.
1. NO SARA
2. TERDETEKSI BOCAH GUE REPORT
3. 21+
4. BANYAK TULISAN YANG TIDAK MENYENANGKAN
5. KATA-KATA KASAR
TAPI SELOW JANGAN NGEGAS, GUE MAIN SANTUY DAN TETAP ELEGANT.
BAPERAN, SOK MOTIVATOR, JANGAN MAMPIR DAH (JIJIK LIATNYA)
NETIJIN BUDIMAN DAN SARJANA KEBIJAKSANAAN JUGA JANGAN MAMPIR, DARI PADA GUE TAMPOLIN NANTI.
GASS AJA LANGSUNG !
DIBAWAH
Spoiler for INDEX TOT:
Diubah oleh lampungunder 06-06-2019 01:38
anasabila dan 20 lainnya memberi reputasi
21
41.2K
135
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
lampungunder
#26
3. Trash but Gold
Sampah tapi emas, istilah yang sangat cocok untuk Sira, perawakan tubuh Sira cukup tinggi tapi tidak lebih tinggi dari gue, kulitnya putih, putih khas Sumatera, ukuran dadanya tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil, ukuran bokongnya kecil namun pinggangnya langsing, rambutnya sedang dan tidak terlalu panjang. Bulu matanya tipis, matanya sedang dan hidungnya tidak pesek, yang paling gue suka dari dirinya adalah bibirnya yang mungil. Untuk wajah penilaian gue sekitar 9 dan untuk ukuran badan masih 7, seandainya bokongnya besar sedikit gue akan memberikan dia nilai 8.
Setelah perkenalan itu, gue jadi sering main ke kossannya, dan juga terkadang dia didatangi anak-anak mental tempe yang pernah mukulin gue, walaupun kalau ada gue ditempat Sira mereka gak berani mendekat dan hanya melihat dari jauh. Disuatu malam kala itu ketika gue sedang duduk diteras kosaan Sira.
"Ada berapa kamar disini?" tanya gue
"Ada 7 kamar."
"Pemiliknya tante itu?"
Sira mengangguk.
"Lo serius masih perawan?" tanya gue penasaran, karena dia selalu mengaku ke gue bahwa dia masih perawan.
"Lo gak percaya amat sih, kalo lo mau ngent*t banyak tuh anak-anak koss sini, banyak kok yang cantik." Katanya
"Ih sensi amat dah."
Gue masih gak abis pikir, gimana bisa seorang cewek yang perawan dikelilingi jablai jablai disini, dan apa alasan dia untuk tinggal dikossan ini.
"Kok lo gak mutusin pindah aja?" tanya gue
Dia diam sejenak dan masuk kekamarnya dengan alasan mau minum.
"Sorry ya, gua haus."
Gue menunggu diteras kossannya, lalu ada tetangga koss Sira yang sedang mabuk menghampiri gue dan duduk disebelah gue, gue lihat belahannya dengan jelas, bahkan hampir terlihat, walaupun masih tertutup. Gue cium bau alcohol yang menyengat dari tubuh cewek ini, parfum yang menyengat dengan bau parfum yang benar-benar aneh dan sama sekali tidak gue sukai.
"lo temennya putri ya?" ucapnya ngelantur
"Putri siapa?"
"Itu putri salju, hahahaha. Baru magnum om-om sekali dah muntah-muntah, udah itu mewek. Ngecewain."
Plak. Tamparan keras mendarat dipipi cewek yang mabuk ini, gue lihat Sira wajahnya memerah dan dia sepertinya sangat marah.
"pramuria lo!" teriak Sira
"Eh lo anak kecil, jangan gara-gara lo ponakan tante lo bisa semena-mena ya, gue cabik muka lo jadi kaya anjing dah lo."
Sira ingin menampar cewe mabuk ini lagi, tapi gue manahannya dan menariknya untuk menjauh dari cewe itu.
"Sira sabar!"
"Emang pramuria sini tuh gak tau diri semua."
"Memang lo kenapa?"
"Lo gak harus tau urusan gue bol, mending lo pergi dari mari."
Gue lihat Sira tiba-tiba mengeluarkan air mata.
"Sir..." ucap gue lirih
Sesaat kemudian gue lihat tante datang menghampiri kami.
"Bol kamu pulang ya sekarang." Kata tante
Gue mengangguk, sebelum gue pulang gue usap kepala Sira dan berkata sesuatu kepadanya.
"Lo sampah Sir, tapi emas."
Dia melihat gue dan tangisannya semakin jadi, sesegukkan. Gue tinggalin dia dan berjalan menuju kossan, sepanjang perjalanan pulang gue lihat ada bapak-bapak yang duduk dipinggir ruko dengan tatapan kosong, lalu gue berjalan lagi ada ibu-ibu yang memeluk anaknya kedinginan, yah ini lah kota gue dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Keesokan harinya gue menjalani aktivitas seperti biasa, mencium bau ikan busuk, disertai bau amis dari orang-orang pasar yang seliweran, walaupun tubuh gue juga bau karena keringat, namun tubuh mereka semua benar-benar menjijikan. Seusai kerja gue membeli sebotol pigur kecil, diwarung tersebut gue lihat ibu-ibu menabokki anaknya yang masih sangat kecil, gue kisar umur anak itu sekitar 6-8 tahun. Ibunya sembari teriak-teriak yang membuat hati gue sebenernya cukup teriris.
"Anak haram! Kalo bapak lo gak ngwnt*t gue, kagak lahir gak lo anak haram! Tinggal sana lo sama bapak lo."
Orang-orang yang lewat cuma ngeliatin tanpa bisa apa-apa, lalu dipojok-pojok pasar ini banyak anak-anak umur puluhan sedang menghisap lem, dan tatapan mereka kosong tanpa masa depan. Gue kadang berpikir, seandainya bapak gue gak nikah lagi dan ibu gue gak kabur dan depresi, jadi apa hidup gue sekarang. Mungkin hidup gue jauh lebih baik dari pada seperti sekarang yang tidak lebih dari sampah masyarakat. Hidup tanpa tujuan, namun masih takut akan kematian. Bukan sekali gue berpikir untuk sudahi saja hidup ini, tapi rasa takut kepada ilahi masih membuat gue berpikir puluhan kali untuk bunuh diri. Yah inilah rutinitas gue untuk saat ini, seandainya Sira tak ada, mungkin gue akan bosan di kota ini dan gue mungkin akan pindah keluar kota. Tapi, karena Sira lah gue betah dikota ini, dan gue rasa sampai mati gue akan tetap berada dikota ini.
Sampah tapi emas, istilah yang sangat cocok untuk Sira, perawakan tubuh Sira cukup tinggi tapi tidak lebih tinggi dari gue, kulitnya putih, putih khas Sumatera, ukuran dadanya tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil, ukuran bokongnya kecil namun pinggangnya langsing, rambutnya sedang dan tidak terlalu panjang. Bulu matanya tipis, matanya sedang dan hidungnya tidak pesek, yang paling gue suka dari dirinya adalah bibirnya yang mungil. Untuk wajah penilaian gue sekitar 9 dan untuk ukuran badan masih 7, seandainya bokongnya besar sedikit gue akan memberikan dia nilai 8.
Setelah perkenalan itu, gue jadi sering main ke kossannya, dan juga terkadang dia didatangi anak-anak mental tempe yang pernah mukulin gue, walaupun kalau ada gue ditempat Sira mereka gak berani mendekat dan hanya melihat dari jauh. Disuatu malam kala itu ketika gue sedang duduk diteras kosaan Sira.
"Ada berapa kamar disini?" tanya gue
"Ada 7 kamar."
"Pemiliknya tante itu?"
Sira mengangguk.
"Lo serius masih perawan?" tanya gue penasaran, karena dia selalu mengaku ke gue bahwa dia masih perawan.
"Lo gak percaya amat sih, kalo lo mau ngent*t banyak tuh anak-anak koss sini, banyak kok yang cantik." Katanya
"Ih sensi amat dah."
Gue masih gak abis pikir, gimana bisa seorang cewek yang perawan dikelilingi jablai jablai disini, dan apa alasan dia untuk tinggal dikossan ini.
"Kok lo gak mutusin pindah aja?" tanya gue
Dia diam sejenak dan masuk kekamarnya dengan alasan mau minum.
"Sorry ya, gua haus."
Gue menunggu diteras kossannya, lalu ada tetangga koss Sira yang sedang mabuk menghampiri gue dan duduk disebelah gue, gue lihat belahannya dengan jelas, bahkan hampir terlihat, walaupun masih tertutup. Gue cium bau alcohol yang menyengat dari tubuh cewek ini, parfum yang menyengat dengan bau parfum yang benar-benar aneh dan sama sekali tidak gue sukai.
"lo temennya putri ya?" ucapnya ngelantur
"Putri siapa?"
"Itu putri salju, hahahaha. Baru magnum om-om sekali dah muntah-muntah, udah itu mewek. Ngecewain."
Plak. Tamparan keras mendarat dipipi cewek yang mabuk ini, gue lihat Sira wajahnya memerah dan dia sepertinya sangat marah.
"pramuria lo!" teriak Sira
"Eh lo anak kecil, jangan gara-gara lo ponakan tante lo bisa semena-mena ya, gue cabik muka lo jadi kaya anjing dah lo."
Sira ingin menampar cewe mabuk ini lagi, tapi gue manahannya dan menariknya untuk menjauh dari cewe itu.
"Sira sabar!"
"Emang pramuria sini tuh gak tau diri semua."
"Memang lo kenapa?"
"Lo gak harus tau urusan gue bol, mending lo pergi dari mari."
Gue lihat Sira tiba-tiba mengeluarkan air mata.
"Sir..." ucap gue lirih
Sesaat kemudian gue lihat tante datang menghampiri kami.
"Bol kamu pulang ya sekarang." Kata tante
Gue mengangguk, sebelum gue pulang gue usap kepala Sira dan berkata sesuatu kepadanya.
"Lo sampah Sir, tapi emas."
Dia melihat gue dan tangisannya semakin jadi, sesegukkan. Gue tinggalin dia dan berjalan menuju kossan, sepanjang perjalanan pulang gue lihat ada bapak-bapak yang duduk dipinggir ruko dengan tatapan kosong, lalu gue berjalan lagi ada ibu-ibu yang memeluk anaknya kedinginan, yah ini lah kota gue dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Keesokan harinya gue menjalani aktivitas seperti biasa, mencium bau ikan busuk, disertai bau amis dari orang-orang pasar yang seliweran, walaupun tubuh gue juga bau karena keringat, namun tubuh mereka semua benar-benar menjijikan. Seusai kerja gue membeli sebotol pigur kecil, diwarung tersebut gue lihat ibu-ibu menabokki anaknya yang masih sangat kecil, gue kisar umur anak itu sekitar 6-8 tahun. Ibunya sembari teriak-teriak yang membuat hati gue sebenernya cukup teriris.
"Anak haram! Kalo bapak lo gak ngwnt*t gue, kagak lahir gak lo anak haram! Tinggal sana lo sama bapak lo."
Orang-orang yang lewat cuma ngeliatin tanpa bisa apa-apa, lalu dipojok-pojok pasar ini banyak anak-anak umur puluhan sedang menghisap lem, dan tatapan mereka kosong tanpa masa depan. Gue kadang berpikir, seandainya bapak gue gak nikah lagi dan ibu gue gak kabur dan depresi, jadi apa hidup gue sekarang. Mungkin hidup gue jauh lebih baik dari pada seperti sekarang yang tidak lebih dari sampah masyarakat. Hidup tanpa tujuan, namun masih takut akan kematian. Bukan sekali gue berpikir untuk sudahi saja hidup ini, tapi rasa takut kepada ilahi masih membuat gue berpikir puluhan kali untuk bunuh diri. Yah inilah rutinitas gue untuk saat ini, seandainya Sira tak ada, mungkin gue akan bosan di kota ini dan gue mungkin akan pindah keluar kota. Tapi, karena Sira lah gue betah dikota ini, dan gue rasa sampai mati gue akan tetap berada dikota ini.
Diubah oleh lampungunder 11-01-2019 21:50
i4munited dan avice002 memberi reputasi
6