"Ternyata apaan, Dam?," potong gw ga sabar.
"Sik,La...ada laler ijo tuh di depan. SIM gw ketinggalan," kata Adam.

Iya sih, sekitar 200 meter di depan ada operasi gabungan. Gw pun mengarahkan Adam jalan-jalan tikus yang sebagai alternatif perjalanan. Karena sibuk memberi instruksi, dan sempat putar balik pula karena gw ternyata salah jalan, buyarlah bahasan kentang di atas. Sampai di tempat tujuan pun,gw sudah terburu-buru karena mepet jadwal. Adam bilang Gendis bakal update secepatnya. OK lah urusan si Baboon ini kudu ditunda.

Kelar mengajar dua term, gw bersiap balik. No Katana in front yang artinya no Didit. Eh, apa nekat pakai motor lagi ya? Setelah clingak-clinguk, gw yakin ga melihat penampakan besar tingginya itu. Dan gw kembali CLBK dengan..babang angkot.

Wilayah Teluk Betung di senja hari, lumayan macet. Apalagi si angkot ini hobinya ngider ga karuan. Janji surga kenyataannya neraka. Bilangnya ga mutar-mutar, eh ternyata pakai acara ngetem segala. Urghhhhhh...

Tiba-tiba, ada sms masuk.
From: Didit
Kok balik duluan,sih? Gw isi bensin dulu. Sampai mana?

Gw hanya jawab "lagi di angkot, ngetem di BW."

Beberapa saat kemudian, dia sms lagi.
"Turun, gw jemput. Sudah jalan,"

Iih kenapa juga kudu manut Ndoro Kanjeng ini. Gw ga jawab, ga pula turun. Berharap ini angkot sialan segera melaju.

Nyebelin tingkat akut kalau naik angkot di Lampung disopiri anak ABG. Ada beberapa alasan. Pertama, musiknya aduuuh....kangen band dengan volume budeg maksimal. Kedua, kaca super gelap yang bikin claustrophobia gw kumat. Yang ketiga, speaker segede gaban yang bikin space sempit. Yang ke empat, seenak udel si sopir aja kapan mau jalan dan menuju kemana. Yang ke lima, ugal-ugalan. Dan alasan paling ngeselinnya, kalau kita protes, dia bisa kasar.

Contoh...
"Mas, maaf...bisa tolong dikecilin volumenya?"
Dan responnya..digedein sampe kaya kondangan,cuy.

Contoh berikutnya..
"Maaf mas,tadi bilangnya langsung, kok mutar ke terminal?"
Dan responnya...
"Namanya cari rejeki,weh..."dengan logat lokalnya.

Contoh selanjutnya. .
"Maaf mas, jangan ngebut-ngebut donk. Asma saya kambuh,"
As you can guess, digeber kenceng deh tuh angkot.

Dan masih banyak kejadian ngeselin lainnya dengan angkot gaul ala ABG Lampung. Itulah sebabnya, gw lebih suka naik angkot dengan sopir bapak-bapak setengah baya. Yang biar lambat asal selamat.

Setelah menunggu nyaris, sepuluh menit, si angkot ini masih anteng saja ga bergerak. Iya, gw naik angkot ABG sore ini, karena susah cari angkot bapak-bapak kalau jam segini. Ini dari tensi normal bisa tuiiiiing langsung maksimal dan mulai mendidih darah rasanya.

"Masih lama ya,mas?" tanya gw.
"Apaaa mbaaaak?," katanya di sela lagu Tentang Aku,Kau dan Dia versi clubhouse yang makin bikin kuping keriting rasanya.
"Ini ngetemnya masih lamakah?," tanya gw lagi.
"Bentar lagiiiii," jawabnya.

Tapi sepertinya gw ga perlu waktu lama. Tepat di depan angkot ajep-ajep ini, Katana mungil itu berhenti. Gw ga tunggu waktu lama, bodo amat sama gengsi.

"Kok turun,mbak?," tanya tuh sopir.
"Lama-lama poni gw kaya Andika kelamaan di angkot lu," kata gw sambil membayar.

"Disuruh turun dari tadi,batu amat sih," kata Didit saat gw menghampiri. Gw cuma melirik galak. Agenda kalau dia jemput seperti biasa..makan duluuu... Kali ini menunya sate.

"Besok-besok, tunggu aja," katanya sewot.
"Sejak kapan lu jadi abudemen gw?," tanya gw. Dia cuma melirik tajam.
"Gimana kuliah?," tanya gw.
"Masih, belum D.O." katanya santai.
"Diiih, narget kok DO," kata gw sebel.
"Lu narget kelar kapan,La?," tanyanya.
"Paling lama tahun depan. Tadi gw sudah serahin draft. Pembimbing gw ga reseh sih orangnya dan bisa cepat kalah rajin," jawab gw.
"Habis tu planning lu apa?," tanyanya.
"Gw manusia ga berplanning sih. Que sherra-sherra aja lah," jawab gw.
"Mau nikah kapan?," tanyanya. Gw ngakak dengar pertanyaan ini. Dari sekian banyak mimpi, memang gw belum pernah memasukkan menikah di dalam list. Sadar kalau dia tidak bercanda, gw berhenti tertawa.
"Aduh, Dit..yang itu gw ga narget. Adik gw masih sekolah, gw tulang punggung loh," jawab gw. Dan kamipun hening sesaat.
"Tapi lu punya gambaran lah laki kaya apa yang lu mau," katanya.

Lama gw berpikir. Dan kembali terngiang kalimat sakti bokap. Kalau niru sinetron, tiba-tiba ada suara bergema "kalau ibumu sampai mati satu, istrikupun begitu,".

"Yang ga buaya, pastinya," jawab gw sambil menatap matanya.
"Nyindiiir," katanya.
"Kesindiiir, haha. Yah nikah aja gw belum ada gambaran,Dit. Gw masih fokus sama diri sendiri. Kenapa sih lu nanya-nanya?", tanya gw.
"Kalau sudah ada gambaran, bilang ya," katanya.
Dasar makhluk aneh.

Sampai di rumah, Didit ga berlama-lama. Beres mandi dan ngerumpi dengan adik dan Tante gw tersayang, gw cek eh ada sms masuk dari Gendis.

From: Gendis
Besok ketemuan ya, gw ada info. Tapi jangan di tempat tadi ah, ga enak makanannya. Kantin dekat kolam aja, mie ayamnya ok punya.

Hahaha...dasar perut karet. Well...info apa yaaa dari detektif gw?