leph15Avatar border
TS
leph15
Ini hidupku
1.1

Tok… tok… tok….

“Masuk.”

Pintu itu terbuka. Tampak seorang pria sedang duduk di singgasana kerjanya dan berkutat dengan lembaran kertas di hadapannya.

“Silahkan kopinya pak.” Seorang wanita bertubuh seksi, rambut hitam panjang tergerai, wajah ayu khas negara tropis … meletakkan secangkir kopi demi mendapat atensi sang pria.

Si wanita berhasil. Pria itu mendongak, menatap wajah ayu di hadapannya dengan sorot mata tak percaya, hingga senyum terkembang lebar di bibirnya. “Tyas? Kau di sini? Menemuiku di kantorku dan membuatkanku secangkir kopi?”

Tyas, Ayu Ningtyas lengkapnya. Tersenyum mendengar nada yang dilontarkan lawan bicaranya. “Jangan berlebihan seperti itu mas. Aku hanya membunuh waktu sebelum menjemput Yura.”

Adinata Rajendra, meminum kopinya. Menyesapnya perlahan dan menikmati cairan panas itu memenuhi mulutnya sebelum melanjutkan perjalanannya menuju lambung dan meninggalkan rasa hangat di sana. “Aku selalu suka kopi buatanmu. “

Tyas tersenyum lembut. “Sebentar lagi aku bisa membuatkanmu kopi setiap saat mas.” Tyas melangkahkan kakinya menuju sofa dan mendaratkan bokongnya di sana.

Nata menatap Tyas, terkejut mungkin.

“Apa? Aku butuh pekerjaan setelah ini. Aku tak keberatan jadi asisten pribadi.” Sambung Tyas.

Ekspresi Nata berubah tegas, diikutinya Tyas dan duduk di sampingnya. “Apa keputusanmu sudah bulat Tyas?”

Tyas mengangguk lemah. “Tak ada yang bisa kulakukan. Mas Ferdi bersikeras menikahi wanita itu. Aku tak bisa berjuang sendiri mas.”

Di sudut hati Nata berontak. Pria tampan yang tampak lebih muda dari usia aslinya itu sebenarnya ingin menarik Tyas ke pelukannya. Namun apa daya? Status sebagai teman curhat … tak mengijinkannya. “Ya sudahlah, masih banyak pria baik diluar sana. Jangan pikirkan pria brengsek sepertinya.”

“Eoh… kau khawatir padaku ya? Cie… yang perhatian.” Tyas terkikik geli, lalu menatap Nata sambil tersenyum manis. “Jangan khawatir mas, aku ini kuat.”

“Jangan senyum seperti itu, kalau nyatanya matamu ingin menangis. Aku tahu hatimu hancur saat ini.” Andai Tyas tahu betapa gemasnya Nata saat ini padamu. Ingin sekali dia memelukmu erat dan mungkin tak dilepas lagi.

Lagi-lagi Tyas terkikik geli. “Jangan sok tahu seperti itu mas. Aku ini baik-baik saja. Bahkan nanti sepulang dari kantor mas Ferdi, aku akan bersenang-senang.”

“Kau mau kemana?”

“Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku akan pergi ke bar atau club. Entahlah, pokoknya aku ingin tahu tempat hiburan malam itu seperti apa.”

“Aku akan menemanimu.”

“Tidak.” Tolak Tyas cepat. “Aku ingin pergi sendiri.” Cicit Tyas sambil menunduk.

“Itu bahaya Tyas. Bagaimana kalau ada yang mencampuri minumanmu dengan sesuatu?”

“Aku tak akan mabuk.” Kekeh Tyas. “Memangnya apa yang akan mereka lakukan padaku? Kalau pun terjadi ya sudah, lagian aku kurbel beberapa bulan ini.” Tyas memalingkan wajahnya yang memerah. Menolak menatap Nata.

Membuat Nata menjadi geram bercampur gemas. Tak tahan lagi, Nata meraih tubuh kecil itu dan memeluknya sangat erat. “Aku takkan rela jika kau disentuh orang lain. Kalau memang begitu ingin … kenapa tak lakukan saja denganku?”

“Melakukan dengan teman, hanya akan menambah beban mas. Aku hanya bercanda, aku akan hati-hati. Aku hanya ingin mencari suasana baru.” Tyas mendorong dada Nata, melepaskan diri dari sebuah pelukan yang nyaman tanpa nafsu.

“Jadi kau akan menandatanganinya hari ini?”

“Tidak. Akan ‘ku tandatangani bulan depan. Aku… ingin sedikit balas dendam.” Tyas menunduk.

“Kenapa sedih seperti itu? Tak sanggup? Dia pantas mendapatkannya. Selingkuh dari wanita sepertimu, dia brengsek.” Nata meremas pelan pundak Tyas yang duduk disampingnya. “Aku akan selalu mendukungmu. Katakan saja yang kau butuhkan.”

Tyas menatap Nata dalam dan tersenyum lembut. “Terima kasih mas, kau selalu membuatku nyaman.”

Nata balas tersenyum, tulus.

“Aku pergi sekarang mas, sudah waktunya menjemput Yura. Aku harus mengantarkannya ke rumah Ibu.”

“Ibu?” Nata mengernyit.

“Ibu mertua mas. Beliau masih belum rela kami bercerai. Kemarin, beliau bilang padaku sampai kapan pun aku tetap anaknya dan memintaku untuk tidak berubah. Tak tega sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi.”

“Wajar saja. Selama ini hanya kamu yang memperhatikannya. Menantunya yang lain, bahkan anak kandungnya sendiri seolah tak peduli pada dirinya.” Nata berdiri, merapikan jasnya dan mengulurkan tangannya pada Tyas. “Ayo, aku akan mengantarmu. Sekalian kita makan siang.”

Tyas tersenyum. Disambutnya uluran tangan itu. Meresapi bagaimana Nata meremas lembut jemarinya. Menikmati kehangatan yang tersalur dari genggaman tangan itu. Tyas rapuh, dia rindu saat-saat seperti ini. Dia ingin merasa aman.

Polling
0 suara
Nata menyukai Tyas. Salahkah jika Tyas hanyut dalam perasaan Nata?
Diubah oleh leph15 08-01-2019 08:29
anasabila
anasabila memberi reputasi
2
1.1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Tampilkan semua post
leph15Avatar border
TS
leph15
#1
Ini hidupku
1.1

Tok… tok… tok….

“Masuk.”

Pintu itu terbuka. Tampak seorang pria sedang duduk di singgasana kerjanya dan berkutat dengan lembaran kertas di hadapannya.

“Silahkan kopinya pak.” Seorang wanita bertubuh seksi, rambut hitam panjang tergerai, wajah ayu khas negara tropis … meletakkan secangkir kopi demi mendapat atensi sang pria.

Si wanita berhasil. Pria itu mendongak, menatap wajah ayu di hadapannya dengan sorot mata tak percaya, hingga senyum terkembang lebar di bibirnya. “Tyas? Kau di sini? Menemuiku di kantorku dan membuatkanku secangkir kopi?”

Tyas, Ayu Ningtyas lengkapnya. Tersenyum mendengar nada yang dilontarkan lawan bicaranya. “Jangan berlebihan seperti itu mas. Aku hanya membunuh waktu sebelum menjemput Yura.”

Adinata Rajendra, meminum kopinya. Menyesapnya perlahan dan menikmati cairan panas itu memenuhi mulutnya sebelum melanjutkan perjalanannya menuju lambung dan meninggalkan rasa hangat di sana. “Aku selalu suka kopi buatanmu. “

Tyas tersenyum lembut. “Sebentar lagi aku bisa membuatkanmu kopi setiap saat mas.” Tyas melangkahkan kakinya menuju sofa dan mendaratkan bokongnya di sana.

Nata menatap Tyas, terkejut mungkin.

“Apa? Aku butuh pekerjaan setelah ini. Aku tak keberatan jadi asisten pribadi.” Sambung Tyas.

Ekspresi Nata berubah tegas, diikutinya Tyas dan duduk di sampingnya. “Apa keputusanmu sudah bulat Tyas?”

Tyas mengangguk lemah. “Tak ada yang bisa kulakukan. Mas Ferdi bersikeras menikahi wanita itu. Aku tak bisa berjuang sendiri mas.”

Di sudut hati Nata berontak. Pria tampan yang tampak lebih muda dari usia aslinya itu sebenarnya ingin menarik Tyas ke pelukannya. Namun apa daya? Status sebagai teman curhat … tak mengijinkannya. “Ya sudahlah, masih banyak pria baik diluar sana. Jangan pikirkan pria brengsek sepertinya.”

“Eoh… kau khawatir padaku ya? Cie… yang perhatian.” Tyas terkikik geli, lalu menatap Nata sambil tersenyum manis. “Jangan khawatir mas, aku ini kuat.”

“Jangan senyum seperti itu, kalau nyatanya matamu ingin menangis. Aku tahu hatimu hancur saat ini.” Andai Tyas tahu betapa gemasnya Nata saat ini padamu. Ingin sekali dia memelukmu erat dan mungkin tak dilepas lagi.

Lagi-lagi Tyas terkikik geli. “Jangan sok tahu seperti itu mas. Aku ini baik-baik saja. Bahkan nanti sepulang dari kantor mas Ferdi, aku akan bersenang-senang.”

“Kau mau kemana?”

“Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku akan pergi ke bar atau club. Entahlah, pokoknya aku ingin tahu tempat hiburan malam itu seperti apa.”

“Aku akan menemanimu.”

“Tidak.” Tolak Tyas cepat. “Aku ingin pergi sendiri.” Cicit Tyas sambil menunduk.

“Itu bahaya Tyas. Bagaimana kalau ada yang mencampuri minumanmu dengan sesuatu?”

“Aku tak akan mabuk.” Kekeh Tyas. “Memangnya apa yang akan mereka lakukan padaku? Kalau pun terjadi ya sudah, lagian aku kurbel beberapa bulan ini.” Tyas memalingkan wajahnya yang memerah. Menolak menatap Nata.

Membuat Nata menjadi geram bercampur gemas. Tak tahan lagi, Nata meraih tubuh kecil itu dan memeluknya sangat erat. “Aku takkan rela jika kau disentuh orang lain. Kalau memang begitu ingin … kenapa tak lakukan saja denganku?”

“Melakukan dengan teman, hanya akan menambah beban mas. Aku hanya bercanda, aku akan hati-hati. Aku hanya ingin mencari suasana baru.” Tyas mendorong dada Nata, melepaskan diri dari sebuah pelukan yang nyaman tanpa nafsu.

“Jadi kau akan menandatanganinya hari ini?”

“Tidak. Akan ‘ku tandatangani bulan depan. Aku… ingin sedikit balas dendam.” Tyas menunduk.

“Kenapa sedih seperti itu? Tak sanggup? Dia pantas mendapatkannya. Selingkuh dari wanita sepertimu, dia brengsek.” Nata meremas pelan pundak Tyas yang duduk disampingnya. “Aku akan selalu mendukungmu. Katakan saja yang kau butuhkan.”

Tyas menatap Nata dalam dan tersenyum lembut. “Terima kasih mas, kau selalu membuatku nyaman.”

Nata balas tersenyum, tulus.

“Aku pergi sekarang mas, sudah waktunya menjemput Yura. Aku harus mengantarkannya ke rumah Ibu.”

“Ibu?” Nata mengernyit.

“Ibu mertua mas. Beliau masih belum rela kami bercerai. Kemarin, beliau bilang padaku sampai kapan pun aku tetap anaknya dan memintaku untuk tidak berubah. Tak tega sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi.”

“Wajar saja. Selama ini hanya kamu yang memperhatikannya. Menantunya yang lain, bahkan anak kandungnya sendiri seolah tak peduli pada dirinya.” Nata berdiri, merapikan jasnya dan mengulurkan tangannya pada Tyas. “Ayo, aku akan mengantarmu. Sekalian kita makan siang.”

Tyas tersenyum. Disambutnya uluran tangan itu. Meresapi bagaimana Nata meremas lembut jemarinya. Menikmati kehangatan yang tersalur dari genggaman tangan itu. Tyas rapuh, dia rindu saat-saat seperti ini. Dia ingin merasa aman.

Diubah oleh leph15 08-01-2019 08:29
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.