Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#766
Chapter 53
“Pagi, Bang!” sapa Anna pada Tommy.

“Selamat pagi, adikku! Kamu kenapa lemas begitu?” tanya Tommy pada Anna.

“Gak kenapa-napa, Bang. Aku udah biasa begini kalau haid. Suka lemas.” jawab Anna.

“Kau gak sarapan ya?”

“Lagi gak kepengen makan aku, Bang.”

“Jangan gitu. Kamu harus jaga kesehatan. Calon pengantin masa sakit. Hahahahaha...”

****

Tepat pukul 04.30 WIB, pengingat waktu pada telepon genggam milik Rendy berdering. Suara dari Ghea Indrawari yang merdu melantunkan lagu dari Payung Teduh yang berjudul Akad menjadi pilihan Rendy untuk nada dering pengingat waktunya. Rendy bangkit dan melihat adiknya yang tak sengaja tertidur di sampingnya karena curahan hati yang dia ceritakan pada Rendy semalam.

Pukul 06.00 WIB, Rendy sudah siap dengan motor Ninja miliknya. Bersiap berangkat menuju tempat ia bekerja di wilayah Jakarta Pusat. Ditemani oleh kicauan hewan bersayap yang sedang bertengger di ranting pepohonan. Serta sinar yang dipancarkan dari arah timur oleh sang pusat tata surya.

Setiap hari, jalan raya di Jakarta sangat sibuk. Sebagian besar diisi oleh para karyawan yang ingin berangkat ke kantor mereka masing-masing, ada juga para ibu rumah tangga yang ingin pergi ke pasar, dan tak sedikit pula anak-anak sekolah yang ingin menuntut ilmu di sekolahnya. Kemacetan ibukota sudah menjadi icon tersendiri.
****

“Woi!” Rendy menggebrak meja Tommy.

“Alamak! Dasar marmut hitam! Copot jantungku!” Tommy terkejut dan terbangun dari lamunannya.

“Ngelamunin apaan sih lo pagi-pagi?” tanya Rendy.

“Mau tau banget? Eh, bidadari surgamu belum sarapan tuh. Kalau sakit, kau antarlah dia pulang.” ujar Tommy.

Rendy berjalan menghampiri Anna, “Anna... Kamu sakit?” tanya Rendy.

“Eh, Rendy... Enggak, aku lagi haid aja. Udah biasa kok aku begini.” ujar Anna.

“Biasa gimana? Muka kamu pucat banget loh... Kamu kurang tidur ya?”

“Enggak, Rendy... Aku emang gini... Dari dulu kalau haid ya begini...” jawab Anna.

“Kalau sakit, aku anterin pulang.”

“Duh! Aku bilang aku gak kenapa-napa! Aku udah biasa, Rendy! cuma-S-A!” Anna menjawab dengan emosi.

“Kok kamu marah?”

“Apa lagi sih Rendy! Jangan bikin perutku makin nyeri deh!”

“Tuh kan... Sarapan yuk! Pasti kamu belum makan...” ajak Rendy.

“Aku lagi gak mau makan, Ren.”

“Udah ayo. Jangan dibiasain begitu.” ujar Rendy seraya menarik tangan Anna.

“Aku mual, Ren. Nanti muntah gimana?”

“Itu karena kamu belum makan. Yuk!”

Rendy mengajak Anna ke dalam pantry. Di sana sudah ada beberapa bungkus nasi uduk yang biasa Rendy beli di belakang kantornya. Rendy memberikan satu untuk Anna.
“Banyak banget kamu belinya.” ujar Anna keheranan.

“Iya, aku biasa beli banyak buat yang ada di sini. Kali aja ada yang belum sarapan dan butuh sarapan.” ujar Rendy.

“Aku baru tau loh. Tapi, aku beneran gak kepengen makan, sayang.”

“Sedikit aja. Yang penting ada asupan yang masuk.”

“Bener ya? Dikit aja nih.” ujar Anna.

****

Hari menjelang siang pun tiba. Terlihat suasana cerah di luar sana yang dilihat dari celah-celah penghalang sinar matahari yang terpasang di belakang kaca jendela. Bayang-bayang dari pepohonan pinggir jalan ikut menari mengikuti irama tiupan angin yang berhembus.

Anna terlihat memejamkan matanya sambil memegang bagian perutnya. Air matanya keluar serta meringis pelan sambil menekan tombol log outpada IP Phone miliknya.
“Mbak Anna kenapa?” tanya Vera.

“Gak apa-apa, Mbak. Udah biasa sih aku gini kalau haid. Tapi yang ini lebih sakit dari biasanya.” jawab Anna.

“Oh, nyeri haid.”

“Duh!” Anna memegang perutnya sambil membungkuk.

“Mbak, istirahat dulu aja. Jangan terlalu dipaksain. Pucat banget mukanya. Mbak pulang aja. Istirahat di rumah.” ujar Vera.

“Nggak, Mbak. Nanti juga mendingan.”

“Mual atau pusing nggak?” tanya Vera.

“Iya... Udah jangan tanya-tanya lagi... Makin sakit kepalaku.” ujar Anna sedikit emosi.

“Tapi, gak pendarahan kan? Aku curiganya ada pendarahan, Mbak... Kalau sering kayak gini, mending periksa deh.” ujar Vera.

“Gak perlu.” jawab Anna ketus.

“Aku telpon Mas Rendy deh buat anterin Mbak ke sana.”

Vera kembali memakan headset-nya kembali. Lalu, dia menekan nomor telepon yang ditujukan pada nomor telepon genggam milik Rendy. Vera menekan nomor telepon Rendy sangat cepat. Terlihat dia sudah menghafal nomor milik Rendy. Anna yang melihatnya kebingungan karena dia sendiri belum hafal nomor calon suaminya.
“Ya, Ver...”

“Mas, kamu lagi di mana?” tanya Vera.

“Baru selesai meeting sama HRD. Ada apa?”

“Bisa ke sini, Mas? Mbak Anna sakit.” ujar Vera dengan lembut.

“Oh, iya aku ke sana...” Rendy langsung menutup telepon.

*BRUG!*

Astaghfirullah!Mbak Anna!” Vera langsung beranjak dari duduknya.

Tommy yang mendengar kegaduhan langsung menghampiri, “Adekku! Kamu kenapa ini!”

“Tolongin, Bang!”

“Dek... Jangan bercanda kau!” ujar Tommy sambil menepuk pipi Anna yang pingsan mendadak.

Suasana kantor terjadi ketegangan dan panik. Anna yang sudah tak kuat menahan sakit akhirnya tumbang. Pihak keamanan langsung bergegas menelpon pihak gedung untuk menyiapkan bantuan kesehatan serta mobil untuk membawa Anna ke rumah sakit terdekat.
****

“Maaf ya, saya periksa pasiennya dulu.” ujar sang dokter yang masuk dari balik tirai Instansi Gawat Darurat.

“Bapak sama ibu-ibu, mohon tunggu di depan sebentar ya...” lanjutnya.

Rendy bersama ibundanya serta ibunda dari Anna beranjak menuju teras ruang IGD salah satu rumah sakit. Terlihat wajah cemas yang nampak pada raut wajah Rendy. Melihat perempuan yang ia cintai terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
“Tenanglah, Ren...” ujar Ratna selaku ibunda Rendy seraya mengusap punggung Rendy.

“Iya, Ma...”

“Ibu juga khawatir, Ren... Baru kali ini Anna sakit separah ini.” ujar ibunda Anna.

“Aku ke belakang dulu ya...” Rendy beranjak dari duduknya dan berjalan menuju taman belakang rumah sakit.

Di belakang area rumah sakit ini terdapat taman yang luas. Banyak hamparan bunga dan tanaman lainnya. Ada satu pohon besar di sana yang di bawahnya terdapat bangku taman yang berhiaskan lampu taman yang sedang tak menyala di siang hari. Rendy pun duduk di sana.

Rumah sakit ini adalah rumah sakit yang cukup familiar bagi Rendy dan juga Anna. Ini adalah rumah sakit yang di mana Rendy pernah dirawat akibat perkelahian di masa sekolah lalu. Di bawah pohon inilah Anna dan Rendy mulai yakin dengan perasaan saling mencintai.
dany.agus
jalakhideung
itkgid
itkgid dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.