TS
ibliss666
Cerita dan Inspirasi Bisnis ini Perlu di Baca agar Agan Sista Makin Kaya
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA




Jadi Bos itu Penting
Belajar untuk jadi Bos itu Perlu
Mulailah Dari Sini
Membaca Bersama Saya


Quote:
INDEX
Pengalaman bisnis Popok Kain
Think Big
Bisnis Melalui Instagram
Bisnis Hewan Qurban
Jas Hujan Muslimah
Kue
Mie Akhirat
Dasar Digital Marketing
Upgrade Bisnis dengan Coaching
Brand Identity
Branding Fast Changing Product
Pentingnya Tim
Strategi Bisnis Turun Temurun
Penyegaran Bisnis
Meningkatkan Daya Saing UKM
Sinergi Bisnis Online & Offline
Menentukan Bisnis dari DNA kita sendiri
Menjual Tanpa Bicara
Branding Wisata Indonesia
Zalfa Kosmetik
Menemukan Pelanggn, BUKAN pembeli
Billboard Jaman Sekarang
FOODTRUCK
Membangun Bisnis tanpa HUTANG
Marketing Plan
cairo food
5 syarat sukses bisnis online
Business Foundation
Pembukuan
Leads
Panen saat Lebaran
Perlakuan Terhadap Konsumen
Good to Read
Ghost Kitchen
Perjuangan NomiNomi dessert
Bisnis KESEHATAN
Warung Kopi
Baso Karawang
10 Modal Mental Entrepreneur
Rempah Indonesia
Bisnis Saat Corona
Flywheel BARU dalam Bisnis
Pengalaman jual CIRENG
Tentang Investasi
Quote:

Pada tahun 2015 mb novi (kalian g knal) datang berkunjung ke rumah saya dan melihat setumpuk popok kain yang merupakan sisa stok penjualan saya.
Saat itu saya adalah reseller kecil dari beberapa brand lokal dan brand china. Situasi pasar online di dunia popok sangat terasa dalam red ocean, dimana masing masing pemain saling membenturkan harga satu sama lain sekalipun itu brand lokal yang sebenarnya memiliki standart kualitas produk yang jauh lebih baik daripada brand china.
Nah momentum terjadi saat mb novi mengajak saya menjadi rekan bisnis dalam memasarkan popok dari hasil jahitan ibu mertuanya.
Saat melihat sample popok yang akan dipasarkan, seketika benak saya langsung menembak target menengah kebawah, dikarenakan kualitas bahan baku yang dipersepsikan pasar saat itu masih lebih rendah dibanding bahan baku dari beberapa brand pada umumnya.
Setelah beberapa waktu saya berproses menggali semua data, menentukan kompetitor dan lain lain. Kami mulai memasarkan produk ini (kami memberi nama Free) dengan sistem PO; sistem pemasaran pun ATM murni dari produsen lainnya.
Dan yang terjadi adalah dalam waktu 6 bulan sesudah launcing, produksi Free akhirnya harus off sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
Masalahnya hanya satu satu nya tenaga produksi (yang tak lain ibu mertuanya) terkena serangan stroke.
Kami sama sekali tidak mempunyai Plan B karena miskin jaringan penjahit khususnya model halusan
Setelah 8 bulan berjalan akhirnya Free bisa bangkit kembali dengan berbekal evaluasi dari pengalaman sebelumnya, kami merombak semua manajemen yang kami lakukan, baik dr segi pemasaran dan produksinya.
Langkah pertama adalah menjaring data penjahit di sekitar tempat tinggal kami (radius sampai desa tetangga); hasil ternyata WOW, pengalaman kami mendapatkan 10 calon penjahit namun yang bisa dijadikan tim hanya 1-2 orang saja (kami memberikan contoh jahitan dan bahan dalam rupa potongan untuk dikerjakan sendiri dulu).
Di sisi lain saya yang bertanggung jawab dalam mendatangkan buyer, membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk merekrut tim marketing.

Singkatnya dalam kurun waktu 6 bulan (setelah momentum Free dibangkitkan), permintaan dari tim marketing cukup naik significant, namun disinilah akhirnya terkuak masalah masalah operation bisnis yang akhirnya membuat banjir bandang komplainan dari marketing.
Masalah masalah yang kami identifikasikan:
Quote:
1. Miskin jaringan di bidang penjahit hampir membuat kami frustasi.. Di wilayah trdekat kami memang banyak penjahit tp pengalaman menjahit popok kain sama sekali tidak ada.. Bisa dikatakan perjuangan kami dimulai dari nol..
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
2. Tidak ada standart bahan baku dan kompetensi tim produksi yang tidak seragam sehingga berpengaruh pada hasil jahitan yang bervariasi antar 1 penjahit dengan penjahit lainnya, terbukti dari komplain yang memberikan bukti foto ukuran popok yang tidak seragam.
3. Tidak ada kepercayaan dari supplyer. Kami mengawali biaya produksi mulai dari modal yang sangat minim, sehingga kami hanya mampu membeli bahan baku lewat distributor kain.
Disisi lain masing masing distributor memiliki suplay dari beberapa pabrik yang berbeda sehingga tidak ada standart bahan baku yang jelas.
4. Sistem produksi masih belum menemukan kesesuaian. Sehingga masih sering terjadi proses tumpang tindih akibat proses trial eror setiap saat bisa berganti.
Hasil dari kesalahan kesalahan diatas kami bayar mahal dengan cacian komplain tidak profesional dan ancaman pelaporan penipuan, karena kami mengirimkan popok ke buyer setelah h+3 minggu.
Antrian orderan marketing yang semakin mengular namun produksi tidak bisa mengejar dengan cepat.
Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi dalam dunia bisnis.
Belum bisa menghasilkan kolaborasi yang tepat antara tim marketing dengan tim produksi sehingga keduanya tidak sinkron.
Marketing yg sudah menguasai ilmu pemasaran bisa dengan mudah mendatangkan customer sehingga muncul "banjir order"
Sedangkan tim produksi yg belum matang dan belum siap menghadapi "banjir order" kesulitan dalam memenuhinya, terlebih lagi kendala teknis seperti pemadaman lampu yg kerap membuat tim produksi tidak bekerja, lanjut ketersediaan SDM dalam tim produksi pun belum menguasai teknik jahit "halusan" seperti popok (daerah wilayah kami memang bnyak penjahit tetapi umumnya berpengalaman di kemeja, kaos, jaket, celana jins adalah keunggulannya) sehingga kami harus menemani dalam proses membuka mindsetnya bahwa menjahit popok itu bisa mudah asalkan niat belajar dan praktek tekniknya.

Berbekal pengalaman yang sangat tidak mengenakan ini. Akhirnya kami melakukan evaluasi dan merombak untuk sekian kalinya.
Langkah langkah perbaikan :
Quote:
1. Adanya norm (standart) untuk semua aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh semua anggota tim (baik produksi, staff operasional, maupun marketing), seperti meliputi norm bahan baku, norm hasil potong, norm hasil jahitan, norm adminitrasi (keuangan, gudang, ekspedisi, penjualan, dsb), dll.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
2. Dibuatnya sistem yang lebih mudah dikerjakan maupun mudah dievaluasi. Berdasarkan dari alur kerja dari semua anggota tim yang berkesinambungan.
3. Pengembangan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya meliputi workshop untuk tim produksi, praktikum sesuai norm di masing masing aktivitas semua bagian, dll.
Dengan tujuan meningkatkan kompetensi semua anggota tim tanpa terkecuali.
Kami berdua selaku top manajemen, belajar untuk "merangkai" dari kompetensi masing masing tim.
Mengkolaborasikan dengan menanamkan nilai kerjasama tim dalam perumpamaan satu tubuh satu badan.
Bahwa bila ada satu bagian ada kendala/masalah maka bagian lagi juga akan tersendat sehingga berpengaruh pada keseluruhan aktivitas bagi brand Free
Hasilnya perlahan perlahan banyak perbaikan, diantaranya :
Quote:
1. Kapasitas produksi bisa naik mencapai target (setiap bulan selalu ada target naik 10-20%)
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
2. Hasil produksi sesuai standart yang sudah dibuat, komplain sudah hampir jarang terjadi.
3. Marketing semakin semangat memasarkan produk karena adanya perubahan hasil produksi yang memiliki standart jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4. Masing masing anggota tim bisa bekerja dengan memaknai konsep tim work, terbukti kesalahan teknis yang sifatnya keteledoran bisa diminimalisir (karena angota satu sama lain saling mengkoreksi/mengevaluasi hasil kerja rekan di tahapan sebelumnya).
5. Masing masing anggota tim juga muncul rasa untuk selalu siap belajar apapun, karena mereka sadar bahwa alur kinerja memang berkesinambungan, sehingga apabila ada satu bagian yang mengalami masalah dalam pekerjaannya maka bagian yg lain dengan segera ikut menghandle pekerjaan tersebut sehingga alur kerja dalam tim tetap terjaga dengan baik
Quote:
Inspirasi Kedua
“THINK BIG TO BECOME BIG”
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
But, HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[visi gede anda seberapa GEDE?]
1. Ada orang yg membesarkan bisnis kuliner nya setelah bisnis pertama yg dia rintis dari awalnya kecil.., menjadi lebih besar, namun karena tempatnya yang sdh nggak mencukupi, maka mulailah buka cabang, karena sukses, maka buka cabang dan buka cabang lagi...
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
2. Ada orang yg buka usaha kuliner, cukup rame, namun nggak pernah membayangkan bisnis nya bisa buka cabang, dan dikembangkan menjadi berlipat-lipat. Malah orang lain yg bisa ngelihat alias punya “think big” yang menawarkan untuk membesarkan bisnis kuliner yg dimiliki itu. Dan benar aja, setelah ada “orang luar” yg “punya visi” & keberanian, bisnis kuliner nya membesar...
3. Ada orang yang awalnya blom punya bisnis kuliner, tapi sudah “punya think big”, dari awal. Dan sudah merancang untuk membuat bisnis kuliner yg sudah di design untuk bisa dikembangkan menjadi besar dengan jumlah cabang yg berlipat-lipat. Malah sekarang bisa berkembang secara “self running” / auto pilot.
Quote:
Termasuk yang mana anda diantara ketiga skenario diatas..?
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Apa bedanya owner/founders dari skenario 1 vs 2 vs 3?
Mana yang punya kemungkinan “TERBESAR” untuk jatuh atau bangkrut lebih cepat setelah bisnis kuliner nya membesar?
Berapa lama biasanya suatu bisnis kuliner itu mampu bertahan? Dan gimana cara nya supaya tetap bertahan & berkembang terus?
HOW BIG IS YOUR “BIG”?
[mau sebesar apa bisnis kuliner anda?]
[amankah posisi bisnis anda 5-10thn kedepan?]
Sumber:
koko hadiono - praktisi kuliner global & lokal > 22thn
Spoiler for anu:
pak Bi adalah seorang kontributor yang sering mengadakan seminar...
JIKA ADA PIHAK YANG TIDAK BERKENAN BISA PM SAYA YA

Diubah oleh muselimah 08-05-2022 06:38
ekspedisisby dan 26 lainnya memberi reputasi
27
47.1K
Kutip
212
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
UKM
14.8KThread•3.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ibliss666
#77
Quote:
Bagaimana caranya kita menjual tanpa bicara...
Rata2, dari 2 jam waktu yang disediakan oleh klien (perusahaan) untuk saya presentasi, saya sudah closing di 15 menit pertama...
Waktu yang dibutuhkan untuk building rapport (membina hubungan) hanya dalam waktu beberapa detik saja..
sekarang izinkan saya memberikan beberapa pertanyaan :
1. Apakah teman-teman kesulitan untuk closing ?
2. Apakah teman-teman sudah belajar berbagai macam tehnik closing, tp masih sulit closing ?
3. Apakah teman-teman sudah belajar tipe kepribadian prospek, yang ada malah sibuk menganalisa tipe prospek ?
4. Apakah teman-teman sudah menggunakan bahasa yang menghipnosis, tapi masih sulit closing ?
5. Apakah sudah meluangkan waktu 1-2 jam ketemu prospek, tapi masih sulit closing ?
Jika teman-teman2 menjawab YA pada salah satu pertanyaan diatas, mungkin tehnik ini berguna untuk teman-teman...
Selling Without Talking adalah sebuah tehnik yang saya kembangkan, yang akan membuat teman-teman semakin mudah untuk closing...
tidak perlu menghafal skrip dengan tehnik ini...
tidak perlu sibuk menganalisa tipe prospek...
tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk closing..
dan yang paling penting, tidak perlu banyak bicara untuk closing..
sudah siap ?
Mari kita mulai
Seperti yang kita tau dalam komunikasi ada 3 faktor utama :
1. 7% Kata-kata
2. 38% intonasi
3. 55% Bahasa tubuh...
ini yang selama ini dipakai sebagai panduan ketika berbicara..
tapi, tahukan jika ada 1 unsur lagi yang jauh lebih besar daripada semua itu ?
itu adalah ENERGY
yup, betul... ENERGY
contohnya begini...
pernah Anda ketika Anda ketemu prospek, anda ngomong jago sekali, 2 jam...
tapi ga closing juga ?
sementara, tiba2 ada sales kemarin sore ktm prospek anda, ngomong sebentar, eh tau2 closing...
Atau, pernahkah Anda di lingkungan pertemanan lagi asik2 ngobrol, tiba2 datang seseorang... org itu ga ngomong apa2, hanya diam saja..
tapi seketika itu suasana langsung tidak nyaman...
pernah ?
atau kebalikannya, anda punya teman yang membawa keceriaan, klo ga ada dia ga rame.. ga seru.. ?
mengapa bisa berbeda ?
padahal dua2nya hanya datang dan diam saja ?
itu semua terjadi krn setiap orang, masing2 dari kita membawa energi yang kita sebarkan kepada orang lain..
proses penjualan terjadi bukan karena prospek membutuhkan produk Anda, tapi juga karena Anda sebagai salesnya...
pertanyaan selanjutnya adalah, bgitu banyak diluar sana orang yang menjual produk yang sama...
lalu, mengapa prospek tersebut harus membeli dari Anda ?
contoh lain, imajinasikan anda membawa uang cash sebesar 75jt.. Anda ingin membeli sebuah jam mewah..
Anda datang ke toko jam, dan disana ada jam yang Anda inginkan...
namun, ketika anda datang, SPG/SPB tidak melayani anda dengan ramah..
pertanyaan saya, apakah Anda jadi membeli jam tersebut ? atau Anda pindah ke toko lain ?
sebagian besar orang menjawab, tidak jadi membeli jam tersebut...
Contoh kasus :
ada seorang pelaku MLM menjual produk pengelolaan berat badan yang harganya cukup tinggi...
prospeknya punya uang, prospeknya butuh produknya..
leader ini, menjelaskan dengan sangat bagus, sesuai sistem, semuanya dijelaskan....
namun hasilnya.... prospek tersebut tidak juga membeli..
dan prospeknya bilang begini
"bu, saya butuh produknya, saya punya uangnya, perusahaannya bagus, banyak berhasil... tapi entah kenapa saya belum mau beli dari ibu"
ini adalah kisah nyata yang terjadi...
mari kita bahas apa itu SWT
SWT adalah sebuah proses menjual yang bukan menjual
SWT Adalah sebuah proses yang membuat prospek/klien closing dengan sendirinya, tanpa perlu kita minta
SWT adalah sebuah proses menjual tanpa kata-kata
lalu bagaimana mungkin bisa closing tanpa kata2 ?
Bayangka sebuah stasiun radio dan radio di mobil Anda..
jika kita ingin mendengarkan siaran radio tertentu, kita perlu menyamakan frekuensinya...
otak manusia berfungsi sebagai transmitter (yg mengirimkan gelombang frekuensi) dan berfungsi sebagai reciever (yg menerima gelombang frekuensi)
pernahkah ketika Anda berdua dengan teman/pasangan/anak atau siapapun, anda nyanyi sebuah lagu di dalam hari Anda..
dan tidak lama kemudian, orang disebelah Anda menyanyikan lagu yang sama.... ?
banyak peserta kelas saya, mengatakan pernah mengalaminya...
YES, itulah Prinsip Selling Without Talking, SWT
kita cukup dia, berbicara di dalam hati, tau2 prospek kita bilang "oke pak/bu, saya beli produknya"
menarik bukan ?
ada banyak sekali mitos2 dalam penjualan...
saya menulisnya beberapa di facebook saya...
boleh add saya di fb, Rezza Anggara
mungkin saya bahas 1-2 mitos saja pada kesempatan kali ini
#MitosPenjualan
Menggunakan gaya bicara/tata bahasa yang sesuai dengan tipe kepribadian prospek, kemungkinan closing semakin besar
apakah teman-teman sering mendengarnya ?
gunakan gaya bahasa yang sama, klo orangnya auditori kita pakai bahasa auditori, visual pake bahasa visual..
Apakah benar ?
banyak orang ketika ketemu prospek mereka sibuk menyiapkan kata2, menyiapkan alat bantu presentasi, menyiapkan jawaban (handling objection) ketika prosek keberatan..
Dulu pun, saya melakukan itu..
Namun, setelah saya mengambil lisensi di Prancis, baru saya sadar bahwa itu semua tidak perlu Anda lakukan..
bukankah yang ada kita malah sibuk menghadal skrip dan menganalisa prospek ?
lalu kita malah ga dapet klik dengan prospeknya
Lalu apa yang perlu dilakukan ?
berbicaralah kepada UNCONSCIOUSMIND (pikiran tidak sadar) prospek
elama ini banyak orang hanya tahu pikiran manusia itu sadar dan bawah sadar saja...
makanya banyak tehnik jualan yang fokusnya di verbal dan merangkai kata2..
saya pun dulu seperti itu...
Namun di Prancis saya baru mengetahui bahwa ada 1 pikiran lagi, yang jauh lebih powerfull...
yaitu PIKIRAN TIDAK SADAR
selama ini orang hanya fokus memikirkan bagaimana carnya menembus critical factor (pikiran sadar) supaya ide kita diterima di pikiran bawah sadar klien...
meskipun sudah kita lakukan, closing tetap saja sulit terjadi
Kuncinya, Anda perlu berbicara dengan pikiran tidak sadar prospek....
yang tidak mungkin ditolak oleh prospek Anda...
saya lanjut ke mitos selanjutnya ya
*
#MitosPenjualan
Semakin pandai melakukan handling objection, kemungkinan closing semakin besar
apakah teman-teman suka melakukan ini jika klien menolak, jika klien keberatan ?
jika YA, STOP melakuannya
saya pernah di komplain, dikasih saran, dikasih tau, sama leader besar salah satu perusahaan MLM selama hampir 2 jam...
apa yang saya lakukan....... ?????
saya DIAM
saya hanya mengangguk...
saya hanya mengIYAkan...
hasilnya, 5 menit terakhir leader itu tanya sama saya...
"coach, apa yang coach rezza butuhkan dari saya?"
(ini tanda closing)
saya bilang "saya butuh ibu, ngomong ke semua leader besar dibawah ibu, untuk training sama saya"
leader itu bilang "SIap"
itulah SWT
itulah closing tanpa perlu banyak bicara
Quote:
Q:
Customer produk kami 50% orang yang tertutup, kelas elit saya menyebutnya. Sering repeat order tapi nggak mau approve pertemanan di medsos. Kami keep in touch via watsapp atau market place saja.
Padahal saya butuh testimoni mereka untuk menarik friendlistnya membeli juga produk kami.
Ada sarankah untuk saya agar bisa masuk menjadi friendlist mereka?
Terima kasih.
A:
1. Buat dia nyaman dengan kita.
Kunci dari swt adalah membuat klien nyaman dengan kita.
2. Memang ada beberapa klien yg tidak mau memberikan testimoni, saya pun mengalaminya. Yang saya lakukan, saya diemin aja.. cari testi dr yang lain...
Oia, bisa juga untuk memberikan kepada klien tersebut, kue ulang tahun, tanya kabar, ajak makan dll
Customer produk kami 50% orang yang tertutup, kelas elit saya menyebutnya. Sering repeat order tapi nggak mau approve pertemanan di medsos. Kami keep in touch via watsapp atau market place saja.
Padahal saya butuh testimoni mereka untuk menarik friendlistnya membeli juga produk kami.
Ada sarankah untuk saya agar bisa masuk menjadi friendlist mereka?
Terima kasih.
A:
1. Buat dia nyaman dengan kita.
Kunci dari swt adalah membuat klien nyaman dengan kita.
2. Memang ada beberapa klien yg tidak mau memberikan testimoni, saya pun mengalaminya. Yang saya lakukan, saya diemin aja.. cari testi dr yang lain...
Oia, bisa juga untuk memberikan kepada klien tersebut, kue ulang tahun, tanya kabar, ajak makan dll
Q:
mungkin ingin ada contoh kasus di bidang fotografi
A:
Iya mas, disitu kan tertulis "proses menjual tanpa kata2" apakah cukup hanya dg memberikan porto folio hasil karya saya, atau ada trik khusus cara penggunaan SWT itu terhadap calon klien saya. Dan apakah bisa SWT ini besar pengaruhnya dripada forto folio itu sendiri. Dan bagaimana memulai SWT itu. Mohon penjelasan pa reza.. 😊.. mohon maklum masih pemula..
1. Fokus pada kebutuhan klien
2. Berikan solusi kepada klien
3. Buat nyaman klien..
Pernah tau money game ?
Ada produknya ga ?
Perusahaannya jelas ga ?
Portofolionya ada ?
Tapi mengapa banyak org berbondong2 join ?
Di pikiran prospek hanya ada 1 kalimat, "apa untungnya buat saya?"
Nah skrg apa untungnya buat klien ketika klien memakai produk kita ??
Benefit untuk klien dengan membeli produk kita.
Apa masalah klien yg bisa diselesaikan dengan produk kita
Q:
Mohon pencerahannya, kira kira apa pertanyaan/pernyataan dasar sebagai pembuka komunikasi untuk calon konsumen yang masih baru pertama mendengar brand kita ? Agar bisa Closed
A:
Pertanyaan bagus...
Kunci swt berikutnya adalah "kepo is the key"
Penasaran kita mencari tau apa kebutuhan klien dengan dihubungkan dengan produk kita...
Contoh misalnya, ketika saya datang ke perusahaan, pertanyaan saya adalah " apa masalah penjualan yang dialami oleh perusahaan bapak/ibu?"
Nanti muncul jawaban :
1. Sales susah closing
2. Banyak penolakan
3. Kalang bersaing
4. Dll..
Langsung deh, saya tawarkan solusi..
Mau ga supaya salesnya bisa menjual tanpa bicara ?
Dia pasti jawab IYA, abis itu langsung saya kasih solusi training selling without talking..
Closing deh..
alhamdulillah
Q:
SWT tentunya perlu latihan, apa saja yg bisa kita lakukan agar memiliki skill seperti Mas
A:
1. Latihan pernasafan untuk meningkatkan energy
2. Latihan pesence dan grounded
3. Latihan menatap titik hitam
Tekankan bahwa produk kita berbeda dan yang paling penting bisa menjawab kebutuhan dan masalah klien
Q:
Izin bertanya, tema nya sangat menarik, selling without talking, bisa diperjelas seberapa banyak meminimalkan kata? Maklum saya nubie bingung ngejual tanpa kata atau meminimalkan kata.
A;
Sangat banyak.
Saya jarang sekali ngomong ketika prospek.
Saya hanya bertanya dan memberikan solusi.
Setelah itu klien menyerahkan dirina untuk closing..
Dan ingat kirim frekuensi closing ke prospek
Bayangkan sebuah stasiun radio dan radio di mobil Anda..
jika kita ingin mendengarkan siaran radio tertentu, kita perlu menyamakan frekuensinya...
otak manusia berfungsi sebagai transmitter (yg mengirimkan gelombang frekuensi) dan berfungsi sebagai reciever (yg menerima gelombang frekuensi)
pernahkah ketika Anda berdua dengan teman/pasangan/anak atau siapapun, anda nyanyi sebuah lagu di dalam hari Anda..
dan tidak lama kemudian, orang disebelah Anda menyanyikan lagu yang sama.... ?
banyak peserta kelas saya, mengatakan pernah mengalaminya...
YES, itulah Prinsip Selling Without Talking, SWT
kita cukup dia, berbicara di dalam hati, tau2 prospek kita bilang "oke pak/bu, saya beli produknya"
Kirimkan mental sugesti kepada prospek di dalam hati kita
"Closing, beli produk saya, percaya saya, transfer, bayar, nyaman sama saya"
sebelum saya tutup, saya kasih 3 tips dalam SWT
1. Pastikan energy Anda selalu positif sehingga prospek nyaman dengan Anda
2. Buang semua emosi negatif, karena emosi negatif menghasilkan energi negatif
3. Buang keinginan untuk closing ketika prospek
Diubah oleh ibliss666 03-01-2019 11:41
0
Kutip
Balas